purchase books written by me.

purchase books written by me.
harga buku Rp. 21.000,- atau US$ 7.00

Saturday, July 30, 2016

Sakit dan kematian Muhammad (Tahun 11 Hijrah)

Sakit dan kematian Muhammad (Tahun 11 Hijrah)

Lalu matilah orang yang mengubah dunia. Tidak ada manusia yang berjalan di planet ini yang lebih berdampak selain dari Muhammad. Tidak hanya ratusan juta orang binasa oleh karena dia, ia menunda kemajuan sains dan peradaban manusia setidaknya selama 500 tahun. Tanpa Islam, dunia telah mencapai masa pencerahan berabad-abad lebih cepat.
Musibah terbesar masih akan datang, kecuali umat manusia bangkit dan mengakhiri kegilaan ini. Jika Setan itu nyata dan ia ingin menghancurkan umat manusia, rencana baik apa yang dapat ia rancangkan selain dari menciptakan agama palsu dan membuat orang saling membunuh dalam nama Tuhan? Tetapi Islam bukanlah dari Setan. Islam berasal dari pikiran seseorang yang sakit dan cacat. Islam hanyalah sebuah kegilaan yang telah diwarisi oleh 1,5 milyar orang.
 

Muhammad mempunyai kebiasaan bangun di tengah malam dan pergi ke pekuburan. Aisha meriwayatkan suatu malam ketika ia sedang berbaring di sebelah Aisha, di tengah malam ia bangun dan mengira Aisha sedang tidur, lalu diam-diam mengendap keluar rumah. Aisha pun diam-diam mengikutinya dan melihatnya pergi ke pekuburan. Ia berdiri disana untuk waktu yang lama. “Kemudian ia mengangkat tangannya 3 kali, dan kemudian kembali maka aku pun kembali ke rumah. Ia mempercepat langkahnya, demikian juga aku. Ia berlari dan aku juga berlari. Ia datang (ke rumah) dan aku juga. Namun, aku mendahuluinya dan aku masuk (ke dalam rumah), dan ketika aku berbaring di tempat tidur, ia masuk dan berkata:
‘Mengapakah Aisha, engkau kehabisan nafas?’ Aku berkata, ‘Tidak apa-apa’. Ia berkata, ‘Katakan padaku atau Yang Licik dan Yang Waspada akan memberitahuku’. Lalu aku memberitahukannya. Ia berkata, ‘Apakah engkau yang ada dalam kegelapan yang aku lihat di hadapanku?’ Aku berkata, ‘Ya’. Ia memukul dadaku sehingga aku kesakitan, dan kemudian berkata, ‘Jibril datang kepadaku ketika engkau melihatku. Ia memanggilku dan ia menutupinya darimu. Aku menjawab panggilannya, tetapi aku juga menutupinya darimu, karena engkau tidak benar-benar berpakaian. Aku berpikir engkau telah tertidur, dan aku tidak ingin membangunkanmu, kuatir engkau akan merasa takut. Ia (Jibril) berkata: Tuhanmu telah memerintahkanmu untuk pergi ke ke masyarakat Baqi’ (kepada orang-orang yang terbaring di kubur) dan mintalah pengampunan bagi mereka’”.[1]
Saya ragu Allah akan meminta seseorang untuk melobi-Nya agar Ia mengampuni orang yang sudah mati. Saya yakin jika Allah benar-benar ingin mengampuni sutu jiwa, ia dapat melakukannya tanpa perlu ada orang yang memohon kepada-Nya. Mengapa Ia mendatangkan banyak kesulitan kepada nabi-Nya yang lemah dan memintanya untuk pergi ke pekuburan pada tengah malam, dan memohon pada-Nya untuk melakukan sesuatu yang telah Ia putuskan untuk lakukan? Faktanya, ini menyeramkan.
Kisah-kisah seperti ini menyatakan bahwa Muhammad menderita gangguan mental. Ia mengalami halusinasi, mendengar suara-suara dan melihat hantu. Aisha meriwayatkan, “Sihir telah bekerja pada rasul Allah sehingga ia selalu berpikir ia melakukan hubungan seksual dengan istri-istrinya padahal tidak. (Sufyan mengatakan ini adalah jenis sihir yang sangat kuat karena mempunyai dampak seperti itu). Kemudian suatu hari ia berkata, ‘Wahai Aisha, tahukah engkau bahwa Allah telah memerintahkan aku berkenaan dengan perkara yang aku tanyakan kepada-Nya? Dua orang datang kepadaku dan salah satunya duduk dekat kepalaku dan yang lainnya duduk dekat kakiku. Yang di dekat kepalaku bertanya kepada yang satunya. Apa yang salah dengan orang ini?’ Yang satunya menjawab, ‘Ia ada dalam pengaruh sihir’. Yang pertama bertanya, ‘Siapakah yang telah menyihirnya?’ Yang satunya menjawab, ‘Labid ibn A’Sam, seorang dari Bani Zuraiq yang adalah sekutu orang Yahudi dan seorang munafik’. Yang pertama bertanya, ‘Bahan apakah yang digunakannya?’ Yang lain menjawab, ‘Sebuah sisir dan rambut yang terkait disitu’. Yang pertama bertanya, ‘Dimanakah (benda itu)?’ Yang lain menjawab, ‘Dalam kantung kulit yang terbuat dari pohon kurma jantan, disimpan di bawah batu dalam sumur Dharwan’. Lalu nabi pergi ke sumur itu dan mengambil keluar benda-benda itu dan berkata, ‘Itulah sumur yang telah ditunjukkan kepadaku. Airnya terlihat seperti campuran daun-daun henna dan pohon-pohon kurmanya terlihat seperti kepada setan’. Aku berkata, ‘Mengapa engkau tidak menyembuhkan dirimu dengan Nashra?’ ia berkata, ‘Allah telah menyembuhkan aku; aku tidak suka membiarkan kejahatan menyebar di antara umatku’’”.[2]
Apakah definisi kejahatan menurut Muhammad? Ia menyerang orang saat mereka sedang tidur, membantai mereka saat mereka melarikan diri, menjarah harta milik mereka, membakar rumah-rumah mereka, menebang pohon-pohon mereka, menghancurkan sumur-sumur mereka, mengambil para wanita dan anak-anak mereka sebagai tawanan dan menjual mereka sebagai budak, memperkosa para wanita yang ditangkap dalam penyerangan, membunuh wanita dan anak-anak dan mengijinkan para pengikutnya melakukan hal yang sama dan berkata, “Mereka berasal dari mereka”, membantai para penyair dan cendekiawan pada jamannya, mempraktikkan genosida dan pembersihan etnis. Tidak satupun dari semua ini merupakan kejahatan baginya. Ia menganjurkan para pengikutnya untuk melakukan semua itu. Ia berkata mereka akan mendapatkan pahala untuk itu. Jadi apa definisi kejahatan? “Nashra!” Itulah pendapatnya mengenai kejahatan. Salah satu arti dari Nashra, menurut albahith.net online Arabic dictionary adalah mantra.   Bukannya Muhammad tidak percaya kepada sihir. Ia menciptakan versi mantranya sendiri, yaitu du’a, yang merupakan hal yang sama tetapi berbeda namanya.
Saat kondisinya menurun, ia meminta salah seorang budaknya yang sudah merdeka untuk menemaninya ke pekuburan. Orang ini berkata, “Pada tengah malam rasul memanggilku dan mengatakan padaku bahwa ia memerintahkan untuk bersembahyang bagi orang mati di pekuburan ini dan aku harus pergi dengannya. Aku pergi; dan ketika ia berdiri di antara makam-makam itu ia berkata, ‘Damai besertamu wahai orang-orang dalam kubur! Berbahagialah engkau karena keadaanmu lebih baik daripada orang-orang disini’”. Kemudian ia berkata kepada orang ini, “Aku telah diberi pilihan antara kunci kekayaan dunia ini dan umur panjang disini diikuti dengan firdaus, dan bertemu Tuhanku dan firdaus (sekaligus)”.
Bagian kedua kisah ini nampaknya merupakan rekayasa yang diciptakan kemudian. Kemungkinan besar Muhammad tidak tahu ia akan mati. Jika ia mengetahuinya dan tidak menunjuk penggantinya, maka ia bertanggung-jawab atas perpecahan/schisma yang terjadi setelah kematiannya, yang menelan korban jutaan nyawa. Itu akan menjadi tindak kejahatan tertinggi yang dilakukan seseorang yang menganjurkan para pengikutnya untuk membenci dan membunuh orang-orang tidak beriman, dan kini saat kematiannya mendekat, ia menyebabkan mereka saling bertikai berkenaan dengan siapa yang akan menggantikannya.   
Suatu malam ketika ia kembali dari pekuburan, Aisha sakit kepala dan ia mengeluh, “Aduh kepalaku”, katanya. Muhammad berkata, “Tidak Aisha, oh kepalaku!” Kemudian Muhammad berkata, “Apakah engkau akan bersusah hati jika engkau mati mendahuluiku sehingga aku akan mengkafanimu, sembahyang dan menguburkanmu?” Aisha berkata, “Aku melihatmu setelah menguburkanku, kembali ke rumahku dan bermalam pengantin disana dengan salah satu istrimu”. Muhammad tersenyum, tetapi sakit yang dirasakannya menguasainya. Ia memanggil para istrinya dan berkata ia akan tinggal di rumah Aisha, walaupun saat itu bukan gilirannya. 
Lima hari sebelum kematiannya, suhu tubuhnya meningkat tajam dan ia menderita rasa sakit yang teramat sangat sehingga ia pingsan. Ketika ia sadar, ia mengatakan kepada salah seorang istrinya, “Tuangkanlah bagiku tujuh qirab (kantung air dari kulit) air dari berbagai sumur agar aku dapat keluar untuk bertemu orang-orang dan berbicara pada mereka”. Ketika rasa sakitnya mulai berkurang, ia memanggil seseorang untuk melakukan bekam kepadanya. “Nabi sendiri telah membekam dirinya 3 kali pada nadinya di dekat leher dan di pundak”.[3] Ia berkata, “Pengobatan terbaik yang dapat engkau lakukan adalah bekam dan wewangian laut”. Saya tidak dapat menemukan informasi apapun mengenai wewangian laut, dan khasiatnya. Tetapi bekam terbukti benar-benar tidak manjur. Maka kondisinya semakin merosot. Aisha meriwayatkan, “Aku belum pernah melihat siapapun  yang menderita sakit lebih parah daripada rasul Allah”.[4]
Pada akhirnya ia tidak dapat berjalan dan para pengikutnya harus menggendongnya berkeliling. Aisha berkata, “Ketika nabi menjadi sakit parah dan penyakitnya semakin berat ia meminta ijin dari para istrinya agar dirawat di rumahku dan ia diijinkan. Ia keluar dengan bantuan dua orang dan kakinya terseret di tanah”.[5] Salah seorang yang membantunya adalah Ali, yang didiamkan Aisha. Jelaslah obat yang diresepkan Muhammad sendiri ternyata tidak manjur. Apakah penyebab sakitnya? Dadanya terasa terbakar dan ia tidak dapat bernafas.
Pamannya Abbas mengatakan mungkin ia menderita peradangan pada pleura. Ibn Ishaq mengatakan, “Kemudian ia turun dan memasuki rumahnya dan rasa sakitnya bertambah sehingga ia kepayahan. Lalu beberapa istrinya berkumpul di sekitarnya, Umm Salama dan Maymuna dan beberapa istri orang Muslim, di antaranya Asma’ bint Umays, sementara pamannya juga bersamanya, dan mereka sepakat akan memaksanya minum obat. Abbas berkata, ‘Biarlah aku memaksanya’. Tetapi mereka tetap melakukannya.  Ketika ia mulai membaik ia bertanya siapa yang telah mengobatinya. Saat mereka mengatakan pamannya yang telah mengobatinya, ia berkata, ‘Inilah obat yang telah dibawa para wanita dari negara itu’, dan ia menunjuk ke arah Abyssinia. Ketika ia bertanya mengapa mereka melakukan hal itu pamannya berkata, ‘Kami takut engkau akan menderita pleurisy’. Ia berkata, ‘Itu adalah penyakit yang tidak akan Allah timpakan kepadaku. Jangan biarkan seorangpun berhenti dalam rumah ini hingga mereka dipaksa meminum obat ini, kecuali pamanku’. Maymuna dipaksa meminumnya walaupun ia sedang berpuasa karena sumpah rasul, sebagai hukuman atas apa yang telah mereka lakukan kepadanya”.[6]
Sebagai seorang kanak-kanak yang narsistik dalam tubuh seorang yang dewasa, kematangan emosi Muhammad telah membeku pada usia 3 atau 4 tahun, ketika ia mengenal dunia sekitarnya dan menyadari ia terpisah dari dunia ini. Kini di usianya yang mencapai 63 tahun, saat menjelang ajal ia masih bertingkah seperti anak berusia 3 tahun. “Engkau membuat aku meminum obat yang pahit, maka semua orang harus meminumnya sebagai hukuman”. Tidak ada cara lain untuk memahami tingkah kekanak-kanakan kecuali itu adalah gangguan kepribadian narsisistik. 
Juga tidak jelas mengapa Muhammad berpikir Allah tidak akan pernah membuat dia menderita pleurisy. Pernyataan ini menjadi semakin aneh berhubungan dengan apa yang dikatakannya mengenai nilai pleurisy. “Ada 7 jenis kesyahidan sebagai tambahan untuk terbunuh di jalan Allah: orang yang mati karena wabah adalah syahid; orang yang tenggelam adalah syahid; orang yang mati karena pleurisy adalah syahid; orang yang mati karena masalah internal adalah syahid; orang yang mati terbakar adalah syahid; orang yang terbunuh karena tertimpa reruntuhan bangunan adalah syahid; dan wanita yang mati ketika sedang hamil adalah syahid”.[7] Ia juga mengklaim bagaimana ia suka menjadi martir. “Demi Dia yang menggenggam hidupku! Aku suka menjadi syuhada (martir) di jalan Allah dan dibangkitkan lalu syahid kembali, dibangkitkan lagi dan syahid lagi, dibangkitkan lagi dan syahid kembali”.[8] Jadi jika ia sangat menyukai kesyahidan dan pleurisy adalah sebuah bentuk lain kesyahidan, lalu mengapa ia berkata Allah tidak akan pernah membunuhnya dengan pleurisy?
Dalam sebuah hadith lain Aisha meriwayatkan, “Nabi berkata, ‘Demam berasal dari panasnya neraka, jadi hilangkanlah demam dengan air’”.[9]  Bagaimanapun, ketika ia demam tinggi, ia mengklaim ia akan mendapatkan pahala besar oleh karenanya. Seseorang mendatanginya dan berkata, “Engkau demam tinggi. Apakah karena engkau akan mendapatkan pahala ganda untuk itu?” Ia menjawab, “Ya, karena tidak ada orang Muslim yang terkena musibah apapun karena Allah akan menghapus dosa-dosanya seperti daun-daun berguguran dari pohon”.[10] Ia beranggapan demam “menghapuskan dosa keturunan Adam”.[11]
Mengenai penyebab sakitnya, ia mendiagnosa dirinya sendiri. “Umm Mubashir berkata kepada nabi saat ia sedang menderita sakit yang mematikannya: ‘Apakah pendapatmu mengenai penyakitmu, wahai rasul Allah? Aku tidak memikirkan penyakit putraku kecuali daging domba beracun yang telah dimakannya bersamamu di Khaybar’. Nabi berkata, ‘Dan aku pun tidak memikirkan penyakitku kecuali [karena hal] itu. Inilah saatnya [racun] itu memotong nadiku’”.[12]
Quran berkata, “Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya” (Sura 69:44-46). Apakah Muhammad mengakui bahwa ia adalah pendusta? Ada ribuan cara untuk mati. Quran berkata jika Muhammad berdusta mengenai Allah, maka Allah akan memotong nadinya. Bertahun-tahun kemudian, ketika Muhammad akan mati, ia berkata nadinya terpotong. Apakah ini sebuah plesetan Freudian? Berulangkali ia mengatakan “Aku selalu merasa sakit karena potongan daging yang kumakan di Khaybar. Kali ini [racun] itu telah memotong nadiku”.[13] Ia mengatakan hal yang sama kepada Aisha, “Wahai Aisha, aku masih merasakan sakit oleh karena makanan yang kumakan di Khaybar, dan kali ini, aku merasa seakan-akan nadiku dipotong oleh karena racun itu”.[14]
Itulah yang ia pikirkan. Ia beranggapan Allah telah memotong nadinya atas semua dusta yang telah dibuatnya terhadap Allah. Tetapi bukan racun itu yang membunuhnya. Peristiwa peracunan itu terjadi di Khaybar, 4 tahun sebelumnya. Apapun itu, racun itu telah membunuh Bishr, seorang yang jauh lebih muda darinya, hanya dalam beberapa menit. 
Penyakit Muhammad adalah sesuatu yang lain. Anas, salah seorang sahabatnya berkata, “Aku terus melihat dampak racun itu di langit-langit mulut rasul Allah”. Apa yang dipikirkan Anas tidaklah relevan. Ia bukanlah tabib. Ia melihat langit-langit mulut Muhammad tidak normal. Apakah yang menyebabkannya? Itu bukan hanya di mulut. Banyak fitur wajahnya menjadi tidak sempurna. Kepalanya besar, hidungnya besar, rahang besar, gigi yang jarang, bibir dan lidah yang tebal. Kaki dan tangannya berdaging tebal, besar dan dingin. Semua karakteristik fisik Muhammad yang diceritakan secara terperinci oleh para sahabatnya mengindikasikan ia menderita acromegaly. Acromegaly adalah akibat terjadinya pertumbuhan hormon secara berlebihan dan umumnya menghasilkan tumor yang disebut pituitary adenoma, yang menjelaskan mengapa ia sakit kepala. Acromegaly umumnya diderita pada usia pertengahan, dan dapat mengakibatkan cacat tubuh (bentuk tubuh yang tidak beraturan) yang parah dan kematian prematur. Oleh karena perkembangannya yang lamban, penyakit ini seringkali tidak terdeteksi pada tahap-tahap awal dan seringkali tidak terlihat selama bertahun-tahun hingga figur eksternal telah berubah, terutama pada wajah, barulah ia dikenali. Dalam buku saya Understanding Muhammad saya membahas hal ini dalam satu bab penuh.  
Lalu matilah orang yang mengubah dunia. Tidak ada manusia yang berjalan di planet ini yang lebih berdampak selain dari Muhammad. Tidak hanya ratusan juta orang binasa oleh karena dia, ia menunda kemajuan sains dan peradaban manusia setidaknya selama 500 tahun. Tanpa Islam, dunia telah mencapai masa pencerahan berabad-abad lebih cepat.
Musibah terbesar masih akan datang, kecuali umat manusia bangkit dan mengakhiri kegilaan ini. Jika Setan itu nyata dan ia ingin menghancurkan umat manusia, rencana baik apa yang dapat ia rancangkan selain dari menciptakan agama palsu dan membuat orang saling membunuh dalam nama Tuhan? Tetapi Islam bukanlah dari Setan. Islam berasal dari pikiran seseorang yang sakit dan cacat. Islam hanyalah sebuah kegilaan yang telah diwarisi oleh 1,5 milyar orang.  
Ketika Muhammad mati, Umar berkata, “Beberapa pemberontak akan mengatakan bahwa rasul sudah mati, tetapi demi Allah ia tidak mati: ia telah pergi kepada Tuhannya seperti Musa ibn Imran dan disembunyikan dari umatnya selama 40 hari, kembali kepada mereka setelah itu. Mereka mengatakan ia telah mati, tetapi demi Allah, rasul akan kembali seperti Musa kembali dan akan memotong tangan dan kaki orang-orang yang berkata rasul sudah mati”.
Ketika Abu Bakr mendengar apa yang terjadi ia datang ke pintu mesjid saat Umar sedang berbicara kepada umat. Ia tidak memperhatikannya namun masuk ke dalam rumah Aisha, menemui Muhammad, yang terbaring ditutupi mantel. Ia menyingkap kain yang menutupi wajah Muhammad dan menciumnya dan berkata, “Engkau lebih terkasih daripada ayahku dan ibuku. Engkau telah mengecap kematian yang telah ditetapkan Allah: kematian kedua tidak akan menguasaimu”. Kemudian ia kembali ke mesjid. Umar masih berbicara dan ia berkata, “Tenanglah, Umar, diamlah!” Tetapi Umar terus berbicara, dan ketika Abu Bakr melihat Umar tidak akan diam ia maju ke hadapan umat. Ketika mereka mendengar perkataannya, mereka mendatanginya dan meninggalkan Umar. 
Setelah bersyukur dan memuji Allah, ia berkata, “Wahai orang-orang, jika ada yang menyembah Muhammad, Muhammad sudah mati; jika ada yang menyembah Allah, Allah hidup dan kekal”. Kemudian ia mengucapkan ayat “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (Sura 3:144)
Ishaq mengatakan, “Demi Tuhan, seakan-akan orang tidak tahu bahwa ayat ini turun saat Abu Bakr mengucapkannya pada hari itu. Orang-orang menerima ayat itu darinya dan senantiasa mereka ucapkan”. Umar berkata, “Demi Tuhan, ketika aku mendengar Abu Bakr mengucapkan perkataan itu aku membisu dan kakiku tidak dapat menopangku dan aku jatuh ke tanah, sadar bahwa rasul benar-benar sudah mati”.[16]
Kisah ini menunjukkan citra bidat yang telah Muhammad ciptakan untuk dirinya sendiri hingga kepada tingkat dimana para sahabatnya tidak lagi menganggapnya manusia fana.


bukti mamad pengikut setan.
1. Muhammad mempunyai kebiasaan bangun di tengah malam dan pergi ke pekuburan.
2. Aisha meriwayatkan, “Sihir telah bekerja pada rasul Allah sehingga ia selalu berpikir ia melakukan hubungan seksual dengan istri-istrinya padahal tidak. 
3. (Sufyan mengatakan ini adalah jenis sihir yang sangat kuat karena mempunyai dampak seperti itu). Kemudian suatu hari ia berkata, ‘Wahai Aisha, tahukah engkau bahwa Allah telah memerintahkan aku berkenaan dengan perkara yang aku tanyakan kepada-Nya? Dua orang datang kepadaku dan salah satunya duduk dekat kepalaku dan yang lainnya duduk dekat kakiku. Yang di dekat kepalaku bertanya kepada yang satunya. Apa yang salah dengan orang ini?’ Yang satunya menjawab, ‘Ia ada dalam pengaruh sihir’. Yang pertama bertanya, ‘Siapakah yang telah menyihirnya?’ Yang satunya menjawab, ‘Labid ibn A’Sam, seorang dari Bani Zuraiq yang adalah sekutu orang Yahudi dan seorang munafik’. Yang pertama bertanya, ‘Bahan apakah yang digunakannya?’ Yang lain menjawab, ‘Sebuah sisir dan rambut yang terkait disitu’. Yang pertama bertanya, ‘Dimanakah (benda itu)?’ Yang lain menjawab, ‘Dalam kantung kulit yang terbuat dari pohon kurma jantan, disimpan di bawah batu dalam sumur Dharwan’. Lalu nabi pergi ke sumur itu dan mengambil keluar benda-benda itu dan berkata, ‘Itulah sumur yang telah ditunjukkan kepadaku. Airnya terlihat seperti campuran daun-daun henna dan pohon-pohon kurmanya terlihat seperti kepada setan’. Aku berkata, ‘Mengapa engkau tidak menyembuhkan dirimu dengan Nashra?’ ia berkata, ‘Allah telah menyembuhkan aku; aku tidak suka membiarkan kejahatan menyebar di antara umatku’’”.
4. Apakah definisi kejahatan menurut Muhammad? Ia menyerang orang saat mereka sedang tidur, membantai mereka saat mereka melarikan diri, menjarah harta milik mereka, membakar rumah-rumah mereka, menebang pohon-pohon mereka, menghancurkan sumur-sumur mereka, mengambil para wanita dan anak-anak mereka sebagai tawanan dan menjual mereka sebagai budak, memperkosa para wanita yang ditangkap dalam penyerangan, membunuh wanita dan anak-anak dan mengijinkan para pengikutnya melakukan hal yang sama dan berkata, “Mereka berasal dari mereka”, membantai para penyair dan cendekiawan pada jamannya, mempraktikkan genosida dan pembersihan etnis. Tidak satupun dari semua ini merupakan kejahatan baginya. Ia menganjurkan para pengikutnya untuk melakukan semua itu. Ia berkata mereka akan mendapatkan pahala untuk itu.
5. Saat kondisinya menurun, ia meminta salah seorang budaknya yang sudah merdeka untuk menemaninya ke pekuburan. Orang ini berkata, “Pada tengah malam rasul memanggilku dan mengatakan padaku bahwa ia memerintahkan untuk bersembahyang bagi orang mati di pekuburan ini dan aku harus pergi dengannya. Aku pergi; dan ketika ia berdiri di antara makam-makam itu ia berkata, ‘Damai besertamu wahai orang-orang dalam kubur! Berbahagialah engkau karena keadaanmu lebih baik daripada orang-orang disini’”. Kemudian ia berkata kepada orang ini, “Aku telah diberi pilihan antara kunci kekayaan dunia ini dan umur panjang disini diikuti dengan firdaus, dan bertemu Tuhanku dan firdaus (sekaligus)”.
6. Pamannya Abbas mengatakan mungkin ia menderita peradangan pada pleura. Ibn Ishaq mengatakan, “Kemudian ia turun dan memasuki rumahnya dan rasa sakitnya bertambah sehingga ia kepayahan. Lalu beberapa istrinya berkumpul di sekitarnya, Umm Salama dan Maymuna dan beberapa istri orang Muslim, di antaranya Asma’ bint Umays, sementara pamannya juga bersamanya, dan mereka sepakat akan memaksanya minum obat. Abbas berkata, ‘Biarlah aku memaksanya’. Tetapi mereka tetap melakukannya.  Ketika ia mulai membaik ia bertanya siapa yang telah mengobatinya. Saat mereka mengatakan pamannya yang telah mengobatinya, ia berkata, ‘Inilah obat yang telah dibawa para wanita dari negara itu’, dan ia menunjuk ke arah Abyssinia. Ketika ia bertanya mengapa mereka melakukan hal itu pamannya berkata, ‘Kami takut engkau akan menderita pleurisy’. Ia berkata, ‘Itu adalah penyakit yang tidak akan Allah timpakan kepadaku. Jangan biarkan seorangpun berhenti dalam rumah ini hingga mereka dipaksa meminum obat ini, kecuali pamanku’. Maymuna dipaksa meminumnya walaupun ia sedang berpuasa karena sumpah rasul, sebagai hukuman atas apa yang telah mereka lakukan kepadanya”
7. Pernyataan ini menjadi semakin aneh berhubungan dengan apa yang dikatakannya mengenai nilai pleurisy. “Ada 7 jenis kesyahidan sebagai tambahan untuk terbunuh di jalan Allah: orang yang mati karena wabah adalah syahid; orang yang tenggelam adalah syahid; orang yang mati karena pleurisy adalah syahid; orang yang mati karena masalah internal adalah syahid; orang yang mati terbakar adalah syahid; orang yang terbunuh karena tertimpa reruntuhan bangunan adalah syahid; dan wanita yang mati ketika sedang hamil adalah syahid”.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...