Benarkah Qur’an Memprediksi Pengawetan Jasad Firaun? [Analisis]
Sebuah artikel di situs Miracles Of The Qur’an menyatakan kalau Qur’an telah memprediksi sebuah kejadian, yaitu tentang diawetkannya jasad Firaun dalam kisah Nabi Musa.
Artikel itu memuat referensi dari situs lain, yaitu Angelfire.com yang menjelaskan prediksi ini lebih detil.
Laman dari Angelfire.com menjelaskan kalau Dr. Maurice Bucaille telah melakukan penelitian dan mengklaim kalau ia telah membuktikan kalau mumi Memeptah (Merneptah dalam Wikipedia) adalah Firaun (Pharaoh) yang mengejar Moses (Musa) menyeberangi Laut Merah.
Ia juga menyatakan kalau tidak mungkin jasad Firaun tersebut tenggelam di air dalam waktu yang lama, karena tidak ada tanda-tanda pembusukan yang disebabkan terendamnya jasad dalam waktu lama.
Hal ini diklaim cocok dengan ayat Qur’an yang menyatakan kalau jasad Pharaoh memang sengaja diawetkan agar menjadi peringatan bagi generasi seterusnya.
Berikut ayatnya:
Setelah melihat informasi di atas, apa saja yang perlu kita telusuri dan pertanyakan?
Pertama, Quran tidak pernah menjelaskan siapakah Pharaoh yang dimaksud. Pharaoh atau Firaun adalah gelar untuk pemimpin atau raja,bukanlah nama.
Jadi, sepanjang sejarah Egypt atau Mesir, ada banyak Pharaoh yang telah memimpin.
Siapakah Pharaoh yang dimaksud ayat tersebut?
Satu-satunya cara untuk mengetahui siapa Pharaoh yang dimaksud adalah dengan mencocokkan waktu peristiwa Exodus dengan waktu kepemimpinan Pharaoh yang sedang berkuasa.
Lalu, apakah masalah selesai? Ternyata tidak, karena kisah hidup Nabi Musa tidak pernah tercatat persis kapan terjadinya, sedangkan masa kepemimpinan Pharaoh selalu dicatat oleh kerajaan Mesir.
Hanya dengan mengira-ngira lah kita mampu memprediksi siapa Pharaoh yang sedang berkuasa ketika Exodus sedang terjadi.
Prediksi yang dilakukan banyak orang menghasilkan keputusan yang berbeda-beda. Ada banyak kandidat tentang siapakah Pharaoh of Exodus.
Laman Wikipedia memberikan beberapa kandidat hasil prediksi beberapa orang, namun sejujurnya tidak ada yang tahu pasti siapa Pharaoh yang dimaksud dalam kisah Nabi Musa tersebut.
Jadi, klaim Dr. Maurice Bucaille tersebut yang menyatakan kalau Pharaoh yang dimaksud adalah Memeptah adalah sangat meragukan, karena hal ini masih menjadi perdebatan dan belum ada kesepakatan antara sesama ilmuwan dan arkeolog.
Lagipula tidak ada catatan resmi yang menyatakan kalau ada Pharaoh yang mati tenggelam di Laut Merah.
Apakah benar kalau mumi tersebut mati karena tenggelam?
Berdasarkan klaim dari situs lainnya, yaitu Falaah dan ArabNews, terdapatnya kandungan garam pada tubuh mumi tersebut mengindikasikan bahwa Pharaoh tersebut meninggal karena tenggelam di laut.
Sebelum anda percaya begitu saja, silakan pelajari terlebih dahulu proses pembuatan mumi.
Intinya, pada pembuatan mumi memang digunakan sebuah bahan spesial yang dijuluki Natron, yang tidak lain tidak bukan adalah garam!
Tidak mengherankan apabila memang terkandung garam dalam tubuh setiap mumi Mesir.
Garam berfungsi untuk menyerap air agar tidak terjadi pertumbuhan jamur atau bakteri yang dapat menyebabkan pembusukan.
Siapa yang mengawetkan jasad firaun tersebut?
Tidak, jasad para firaun tidak terawetkan dengan sendirinya, maupun karena kekuatan magis.
Pada dasarnya, setiap pemimpin Mesir kala itu akan diawetkan jasadnya oleh keluarganya. Hal ini ada hubungannya dengan kepercayaan rakyat Mesir saat itu.
Jadi perlu diingat, bahwa setiap jasad firaun pasti diawetkan dan dijadikan mumi.
Dan pertanyaan terakhir adalah…
Apakah ayat tersebut adalah sebuah prediksi?
Seperti yang kita tahu, prediksi adalah perkiraan atau ramalan masa depan. Peristiwa dikejarnya Nabi Musa oleh sang Pharaoh (yang entah siapa jelasnya) terjadi jauh sebelum era Nabi Muhammad dan adanya Qur’an.
Lagipula, peristiwa tersebut, yang dinamakan The Exodus, telah dituangkan dan diceritakan di sebuah kitab yang ada jauh sebelum Qur’an, yaitu Book of Exodus, atau yang dikenal dengan Keluaran dalam Bahasa Indonesia.
Kitab ini merupakan kitab kedua di dalam Torah (Taurat) dan Old Testament (Perjanjian Lama). Tidak mengherankan, karena peristiwa Exodus ini dialami sendiri oleh Musa dan dituangkannya di Book of Exodus.
Pada dasarnya kisah tersebut hanya ditulis ulang dalam Qur’an.
Lalu, pantaskah ayat tersebut dibilang sebagai prediksi?
Apabila saya berkata bahwa Bung Karno adalah orang yang membaca teks proklamasi, apakah itu prediksi?
Bukan, itu sejarah.
Apabila saya berkata bahwa Amerika sebenarnya didirikan oleh Illuminati namun tidak banyak orang yang tahu, apakah itu prediksi?
Bukan, itu adalah sebuah hipotesis sejarah yang belum dibuktikan kebenarannya.
Kesimpulannya, apakah ayat tersebut ajaib karena bisa memprediksi suatu kejadian? Tidak, ayat itu hanya memberitahu tentang suatu kejadian saja yang sudah terjadi dan sudah ditulis lama sebelumnya.
Rangkuman:
- Suatu ayat diklaim telah memprediksi bahwa tubuh Pharaoh yang tenggelam telah diawetkan.
- Pharaoh yang dimaksud masih rancu dan belum jelas siapa.
- Tidak ada bukti saintifik maupun sejarah yang mengatakan kalau Pharaoh tersebut mati tenggelam.
- Ayat tersebut tidak memprediksi, karena kejadian yang dimaksud sudah terjadi di masa lalu.
- Peristiwa yang dimaksud pun sudah ada di kitab yang jauh ada sebelum Qur’an.
No comments:
Post a Comment