purchase books written by me.

purchase books written by me.
harga buku Rp. 21.000,- atau US$ 7.00

Monday, August 15, 2016

10 Penemuan Arkeologi Alkitab Terbesar 2015

10 Penemuan Arkeologi Alkitab Terbesar 2015 Ditulis oleh sdr.  Iwan Steven Kategori PublikasiBERITA TERBARU ukuran teks / font Print e-mail Jadilah orang pertama yang berkomentar! 
Penemuan-penemuan arkeologi yang dipublikasikan tahun 2015 telah memberikan kita informasi-informasi terbaru tentang orang-orang dan peristiwa-peristiwa yang ada di dalam Alkitab.   Berikut ini penemuan-penemuan terbesar dari penggalian penting yang dilakukan di negeri Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.   10. Kepala patung berhala Beit Shemesh Seorang anak lelaki Israel yang sedang menikmati piknik bersama keluarganya pada pertengahan November di reruntuhan kota Alkitab, Beit Shemesh, menemukan apa yang nampaknya seperti kepala patung kecil dan menunjukkan itu kepada pemandu wisata Israel. Pemandu wisata menganjurkan anak lelaki itu membawanya ke Otoritas Kepurbakalaan Israel (IAA), dan dia melakukannya.     Itai Halpern dari Pardesiya mendapatkan sertifikat penghargaan setelah penemuan patung kepala dari periode Bait Suci yang pertama.     Alan de Groot, seorang ahli IAA (Israeli Antiquities Authority), mengidentifikasi penemuan itu sebagai kepala dari patung dewi kesuburan.   "Figur seperti ini, yang menggambarkan wanita telanjang merupakan simbol kesuburan, sangat umum di rumah-rumah warga Kerajaan Yehuda dari abad ke-8 SM hingga kehancuran kerajaan itu oleh orang Babylonia pada zaman Zedekia (586 SM)," katanya.   De Groot menambahkan bahwa "patung-patung seperti ini berfungsi sebagai penanda wilayah yang dikendalikan oleh Kerajaan Yehuda."   Arkeolog Ana Irich mengatakan bahwa area Beit Shemesh dimana patung ini ditemukan dikenal sebagai area tempat tinggal pada periode Bait Suci yang pertama. "Beit Shemesh disebutkan sebagai kota di wilayah Suku Yehuda."   "Raja Sanherib dari Assyria menghancurkan Beit Shemesh pada tahun 701 SM, dan penghancuran wilayah ini berakhir pada tahun 586 SM oleh Raja Nebukadnezar dari Babylon," tambahnya.   9. Mosaik menorah Horvat Kur Byzantine Penggalian di synagog kuno di Horvat Kur (Israel) yang berasal dari periode Byzantium (abad ke-4 sampai 7 M) telah mengungkap sebagian lantai mosaik warna-warni yang masih dapat terselamatkan.     Mosaik ini terdiri dari sebuah panel yang menunjukkan bagian atas sebuah menorah, bersama tulisan yang menyebutkan nama El'azar, dan juga nama ayahnya, Yudan, dan kakeknya Qoso. Orang-orang ini mungkin anggota komunitas lokal Yahudi yang berpengaruh di Horvat Kur pada periode Byzantium (antara abad ke-4 sampai 7 M).     Menorah, kaki dian tujuh cabang, merupakan salah simbol religius paling penting dalam Yudaisme kuno akhir.   8. Situs istana Herodes Pada awal 2015, arkeolog mengumumkan penggalian di sebuah bekas penjara Turki di dekat Pintu Gerbang Jaffa Yerusalem akan dibuka untuk umum untuk kunjungan wisata. Situs ini dipercayai sebagai lokasi istana Herodes 2000 tahun yang lalu, dan kemungkinan merupakan lokasi pengadilan saat Yesus berdiri di hadapan Pilatus.   Sekarang ini, para sejarawan dan arkeolog memastikan bahwa istana Herodes ada di sisi barat kota, dimana Museum Menara Daud dan penjara era Ottoman-Turki, berdiri.     Bagi Shimon Gibson, profesor arkeologi Universitas North Carolina di Charlotte, hampir pasti peristiwa pengadilan Yesus terjadi di suatu tempat di dalam kompleks istana Herodes. "Dalam Injil Yohanes, pengadilan itu digambarkan terjadi di suatu tempat di dekat sebuah pintu dan di area trotoar batu bergelombang – detail-detail yang sesuai dengan penemuan arkeologi terbaru di dekat penjara itu," katanya.   "Tentu saja tidak ada ukiran yang menyatakan peristiwa itu terjadi di sana, namun semuanya – penemuan arkeologi, catatan sejarah dan tulisan Injil – semuanya bersesuaian dan menjadikannya masuk akal," kata Gibson.   Rev. David Pillegi, seorang pelayan di Gereja Kristus, jemaat Anglikan yang kompleks gerejanya meliputi rumah tamu dan pusat kebudayaan di dekat museum itu, mengatakan bahwa penemuan di dalam penjara itu meneguhkan "semua hal yang diduga semua orang sejak lama, bahwa peristiwa pengadilan itu terjadi di dekat Menara Daud."   7. Pintu gerbang Zaman Besi di Gath Sebuah pintu gerbang raksasa yang digali di Israel mungkin menandai pintu masuk ke sebuah kota di Alkitab, yang pada masa jayanya, merupakan kota metropolis terbesar di wilayah itu.   Kota itu, yang dinamai Gath, dihuni hingga abad ke-9 SM. Dalam kisah Alkitab, bangsa Filistin – musuh bebuyutan Israel – memerintah kota itu. Perjanjian Lama juga mencatat bahwa Gath merupakan rumah Goliath, pejuang raksasa yang mati di tangan Raja Daud dari Israel dengan sebuah umban.     "Penemuan baru ini mengungkap betapa besarnya kota kuno Filistin itu dulunya," dikatakan pimpinan arkeolog dari penggalian ini, Aren Maeir, dari Universitas Bar-Ilan di Israel.   "Kita tahu bahwa kota Filistin, Gath, pada abad ke-10 SM merupakan sebuah kota besar, mungkin yang terbesar di negeri itu pada waktu itu," kata Maeir dalam sebuah emailnya. "Benteng monumental ini menegaskan betapa luas dan kuatnya kota ini dulunya."   "Pintu gerbang ini digali di Tell es-Safi, yang terus dihuni selama hampir 5000 tahun, sampai desa Arab di situs itu ditinggalkan pada tahun 1948," kata Maeir. Meskipun para arkeolog telah menggali situs itu sejak 1899, namun baru beberapa dekade terakhir mereka menyadari betapa besarnya reruntuhan Zaman Besi ini sebenarnya.   "Besarnya ukuran tempat kediaman ini dan catatan yang disebutkan di Alkitab menunjukkan kepada para ilmuwan bahwa situs ini merupakan kota yang sangat bersejarah, Gath, yang dikuasai orang Filistin, yang tinggal bersebelahan dengan Kerajaan Yahudi, Yehuda dan Israel. Banyak sarjana yang berkeyakinan bahwa Gath dikepung dan diruntuhkan oleh Hazael, Raja Aram dari Damaskus, pada tahun 830 SM," kata Maeir.   6. Meterai langka 3000 tahun dari Yerusalem ditemukan dalam ayakan tanah di Bukit Bait Suci Meterai langka berumur 3000 tahun, berasal dari zaman Raja Daud pada abad ke-10 SM, telah ditemukan oleh seorang sukarelawan Rusia berumur 10 tahun pada Proyek Pengayakan di Bukit Bait Suci Yerusalem.     Dr. Gabriel Barkay, rekan pendiri dan direktur proyek ini – yang telah mengayak ribuan ton tanah yang digali secara ilegal dari situs suci yang diperebutkan ini pada tahun 1999 oleh serikat religius Wakf untuk mendirikan sebuah masjid – mengatakan bahwa penemuan ini belum pernah terjadi sebelumnya.   "Meterai ini merupakan yang pertama dari jenisnya yang ditemukan di Yerusalem," kata Barkay, arkeolog ternama dunia dan penerima penghargaan Israel, yang telah memimpin proyek ini lebih dari 10 tahun.   "Penanggalan meterai ini sesuai dengan periode historis orang Yebus dan penaklukan Yerusalem oleh Raja Daud, demikian juga pembangunan Bait Suci dan kompleks istana kerajaan oleh anaknya, Raja Salomo."   "Yang menjadikan penemuan ini penting adalah," kata Barkay, "bahwa itu berasal dari Bukit Bait Suci itu sendiri."     "Meterai ini – ditemukan oleh Matvei Tcepliaev, seorang anak Rusia berusia 10 tahun yang menjadi sukarelawan di Proyek Pengayakan Bukit Bait Suci – baru sekarang ini diuraikan oleh para arkeolog," katanya. Menurut Barkay, sejak proyek ini dimulai pada 2004, lebih dari 170.000 sukarelawan dari Israel dan seluruh dunia telah ambil bagian dalam pengayakan.   Kredibilitas historis dari teks Alkitab mengenai Yerusalem selama abad ke-10 SM telah menjadi perdebatan panas di kalangan para arkeolog sejak tahun 1990.   Namun, penemuan terbaru dari penggalian lain – termasuk Ophel (selatan Bukit Bait Suci), Kota Daud dan Proyek Pengayakan Bukit Bait Suci – mengindikasikan bahwa catatan yang ditemukan dalam teks Alkitab mengenai Yerusalem benar-benar sesuai.   "Penemuan meterai ini memberikan kesaksian aktivitas administrasi yang terjadi di Bukit Bait Suci selama periode zaman itu," dijelaskan Barkay.   "Seluruh meterai-meterai paralel dengan corak desain sama telah ditemukan di berbagai situs di Israel – di antaranya di Tel Beit Shemesh, Tel Gezer dan Tel Rehov – dan berasal dari penanggalan antara abad ke-11 sampai 10 SM."   Barkay mengatakan gambar dua binatang, yang satu di atas yang lain, diukirkan di dasar meterai itu, mungkin menggambarkan seekor predator dan mangsanya. Dia juga mengungkap bahwa meterai itu berlubang-lubang, sehingga memungkinkannya digantung dengan seutas tali.   "Selain meterai itu, ratusan kepingan tembikar yang berasal dari abad ke-10 SM telah ditemukan di dalam tanah historis Bukit Bait Suci, termasuk kepala anak panah langka yang terbuat dari perunggu dan diduga berasal dari periode yang sama," tambahnya.   Proyek Pengayakan Bukit Bait Suci – yang beroperasi di bawah dukungan Universitas Bar-Ilan, dengan finansial dari Yayasan Kota Daud – didirikan oleh arkeolog Zachi Dvira, yang juga menjabat sebagai direktur.   Menurut Dvira, meskipun penemuan-penemuan ini diperoleh dari tempat aslinya, kebanyakan artefak ini dapat diidentifikasi dan ditetapkan penanggalannya dengan perbandingan dari yang ditemukan di situs lainnya.   "Dalam tahun-tahun ini, menggunakan pengembangan metode dan teknologi statistik terbaru, kita berhasil mengatasi tantangan penemuan yang tidak memiliki konteks yang pasti, karena mereka tidak diperoleh di tempat penggalian yang semestinya," kata Dvira.   "Proyek Pengayakan Bukit Bait Suci berfokus pada usaha luar biasa untuk memproses dan mempelajari penemuan-penemuan dan menyiapkan itu untuk publikasi ilmiah."   Dvira menambahkan bahwa lebih dari 500.000 penemuan sedang menunggu untuk diproses dan dianalisa dalam laboratorium proyek ini di Yerusalem.   5. Nama Eshba'al ditemukan di Khirbet Qeiyafa Otoritas Kepurbakalaan Israel mengatakan para arkeolog telah menemukan ukiran kuno berumur 3000 tahun dari nama yang disebutkan di Alkitab.     Nama "Eshbaal Ben Beda" tertulis pada sebuah guci keramik besar. Eshbaal di dalam Alkitab merupakan anak Raja Saul. Arkeolog Yosef Garfinkel dan Saar Ganor mengatakan guci ini milik Eshbaal yang lain, sepertinya pemilik suatu daerah pertanian.   Mereka mengatakan bahwa ini pertama kalinya nama itu ditemukan dalam sebuah tulisan kuno. Ini merupakan salah satu dari empat tulisan yang ditemukan dalam Kerajaan Yehuda pada abad ke-10, ketika Raja Daud berkuasa. Para arkeolog menyatukan tulisan ini dari kepingan-kepingan tembikar yang ditemukan pada penggalian tahun 2012 di Lembah Elah di Israel tengah.   4. Ostracon Kanaan dari Lachish Pecahan tembikar yang lebih besar dari kartu nama ditemukan di reruntuhan kuil dari Zaman Perunggu Akhir di situs kota Alkitab, Lachish, di selatan Israel mengungkapkan huruf-huruf alfabet abad ke-12 SM – apa yang oleh para peneliti disebut penemuan "satu kali dalam sebuah generasi."     Tulisan ini, tiga baris yang terdiri dari 9 huruf Semitik awal, ditemukan selama penggalian situs pada tahun 2014 dan dipercaya berasal dari tahun 1130 SM. Ini tulisan Kanaan pertama yang ditemukan dalam konteks Zaman Perunggu Akhir dalam lebih dari 30 tahun. Tulisan itu digoreskan pada buli-buli tanah liat sebelum dibakar, dan luar biasa jelas.   Orang Kanaan mulai mengembangkan alfabet sekitar 1800 SM, lebih dari seribu tahun setelah tulisan paku pertama kali muncul di Mesopotamia. Profesor Yosef Garfinkel dari Universitas Hebrew, salah satu dari penulis laporan itu, menyebutkan inovasi itu merupakan "kontribusi intelektual terbesar dari tanah Israel untuk kebudayaan global."   "Jika tidak ada alfabet maka tidak akan ada Alkitab," katanya.   Para arkeolog dari Universitas Tel Aviv, Universitas Hebrew dan Universitas Southern Adventist Tennessee yang mempelajari tulisan kepingan-kepingan tembikar ini menentukan bahwa itu tidak lengkap untuk mengungkap artinya. Penemuan kepingan-kepingan buli-buli di dalam kompleks kuil ini mengindikasikan teks itu mungkin sebuah peringatan. Namun para sarjana menunjukkan bahwa huruf-huruf itu sendiri memberikan informasi krusial mengenai perkembangan alfabet proto-Kanaan – pendahulu dari alfabet Ibrani, Yunani dan Latin.   "Tulisan dari Zaman Perunggu Akhir sangatlah langka," kata Benjamin Sass dari Universitas Tel Aviv. "Antara empat atau enam tulisan alfabet berasal dari Zaman Perunggu Akhir, abad ke-13 dan sebagian abad ke-12 SM."   Teks alfabet awal dari periode ini sangat langka, sehingga beberapa huruf alfabet tetap tidak terdokumentasikan. Apa yang ditunjukkan ini merupakan evolusi bertahap dari huruf-huruf Semitik mulai dari piktograf menjadi simbol-simbol yang lebih linear.   Sekitar waktu tulisan ini diukirkan, Lachish merupakan pusat ekonomi yang makmur di daerah Kanaan yang didominasi Mesir, dan salah satu kota terpenting di daerah itu selama Zaman Perunggu Akhir. Itu disebutkan dalam dokumen korespondensi kuno antara Mesir dan daerah jajahannya di Kanaan, yang ditemukan di Amarna. Penggalian yang dilakukan di sana mengungkap makam mewah, reruntuhan kuil-kuil besar, dan barang-barang penting dari Siprus dan Yunani. Namun yang terpenting, penggalian tahun 1970 menemukan cetakan meterai Kerjaaan Ibrani yang bertulisakan kata-kata "kepada raja."     "Kota Kanaan, Lachish, merupakan salah satu pusat terpenting di dunia dalam penggunaan alfabet, dan melestarikan budaya penggunaan sistem penulisan egaliter," kata Garfinkel. Sistem tulisan yang lebih kuno, seperti huruf paku Sumeria atau hieroglif Mesir, membutuhkan bertahun-tahun untuk dipelajari dan hanya dapat dipahami oleh kader-kader elite juru tulis. Sedangkan alfabet jauh lebih mudah dipelajari oleh semua orang.   Pada Zaman Besi, dengan kebangkitan Kerajaan Yehuda, Lachis menjadi kota kedua dalam Kerajaan Israel, kota berkubu utama di perbatasan Filistia. Catatan Alkitab dan catatan Assyria mendokumentasikan pendudukan kota ini dan penghancurannya oleh tentara Sanherib pada tahun 701 SM.   3. Cetakan meterai Raja Hizkia Penggalian di Ophel di kaki tembok selatan Bukit Bait Suci, yang dilakukan oleh Institut Arkeologi Yerusalem  dari Universitas Hebrew dibawah pimpinan Dr. Eilat Mazar, telah mengungkap cetakan meterai kerajaan Raja Hizkia (727-698 SM).     Berukuran 9,7 x 8,6 mm, cetakan oval ini dicetak pada bulla (kepingan cetakan tanah liat) setebal 3 mm berukuran 13 x 12 mm. Di sekitar cetakan tampak cekungan yang diakibatkan oleh tepian cincin dimana meterai itu dicetakkan.   Cetakan ini menyandang tulisan Ibrani kuno: "לחזקיהו [בן] אחז מלך יהדה" "Milik Hizkia [putra] Ahaz Raja Yehuda"   dan dua matahari bersayap, dengan sayap-sayap mengarah ke bawah, diapit oleh dua simbol ankh yang melambangkan kehidupan.   Baca: Penemuan Meterai Raja Hizkia di Yerusalem Meneguhkan Kisah Alkitab   2. Rumah Yesus dari Nazareth Arkeolog yang bekerja di Nazareth – tempat tinggal Yesus – telah mengidentifikasi sebuah rumah yang berasal dari abad pertama yang dianggap sebagai tempat dimana Yesus dibesarkan oleh Maria dan Yusuf.     Rumah ini sebagian terbuat dari semen dan tembok batu, dan digali di dalam bukit berbatu. Ini pertama kali ditemukan pada tahun 1880, oleh suster-suster dari Biara di Nazaret, namun baru pada tahun 2006 para arkeolog yang dipimpin oleh Ken Dark, seorang profesor dari Universitas Reading di Inggris, mengungkap penanggalan rumah itu berasal dari abad pertama, dan diidentifikasi sebagai tempat dimana orang-orang, yang hidup beberapa abad setelah Yesus, percaya bahwa Yesus dibesarkan di situ.   Apakah Yesus benar-benar hidup di rumah itu dalam kehidupan sebenarnya, benar-benar tidak diketahui, namun Dark mengatakan itu mungkin.   "Apakah ini rumah dimana Yesus bertumbuh besar? Tidak mungkin mengatakannya dengan dasar-dasar arkeologis," tulis Dark dalam sebuah artikel yang dipublikasikan dalam majalah Review Arkeologi Alkitab. "Di sisi lain, tidak ada alasan arkeologis yang baik kenapa identifikasi seperti itu harus diabaikan."   Yesus sesuai kisah Alkitab bertumbuh besar di Nazareth. Arkeolog menemukan, beberapa abad setelah masa Yesus, Kekaisaran Byzantium (yang menguasai Nazareth hingga abad ke-7) menghiasi rumah itu dengan mosaik dan membangun gereja yang dikenal sebagai "Gereja Makanan" di atas rumah itu, untuk melindunginya.   "Para tentara Salib yang pergi ke Tanah Suci pada abad ke-12 memperbaiki gereja itu sesudah bangunan itu rusak. Bukti-bukti ini menunjukkan bahwa baik Byzantium maupun tentara Salib percaya bahwa ini adalah rumah dimana Yesus dibesarkan," kata Dark.   "Artefak yang ditemukan dalam rumah abad pertama ini antara lain pot masak yang telah pecah, alat tenun dan bejana tanah kapur, menunjukkan bahwa kemungkinan sebuah keluarga tinggal di sana," kata para arkeolog. Bejana tanah kapur itu mengindikasikan keluarga Yahudi yang tinggal dalam rumah itu, karena orang Yahudi percaya bahwa tanah kapur tidak bisa menjadi tidak murni. Jika sebuah keluarga Yahudi yang tinggal di sini, itu mendukung pemikiran bahwa ini mungkin benar rumah Yesus.   Rumah abad pertama ini "dibangun dengan memotong batu kapur di sisi bukit pada sudutnya yang mengarah ke sebuah wadi (lembah) di bawahnya, meninggalkan dinding batu berdiri yang dihaluskan dengan hati-hati, dimana bangunan dinding batu ditambahkan," tulis Dark dalam artikel Review Arkeologi Alkitab.   Dark dan rekan-rekannya mendapati rumah ini ditinggalkan pada suatu waktu selama abad pertama. Sesudah itu, area itu digunakan sebagai tempat penggalian dan selanjutnya pada abad pertama digunakan kembali sebagai tempat pemakaman. "Dua makam (sekarang kosong) dibangun di samping rumah yang ditinggalkan, dengan pekarangan salah satunya memotong melalui rumah itu," kata para peneliti.   "Beberapa abad sesudah zaman Yesus, Gereja Makanan dibangun di sekitar rumah ini dan dua makam yang berdekatan, namun gereja itu akhirnya tidak digunakan pada abad ke-8. Itu dibangun kembali abad ke-12, ketika para tentara Salib mengendalikan wilayah tersebut, hanya kemudian dibakar pada abad ke-13," kata Dark.   Fakta bahwa rumah itu dilindungi menjelaskan kondisinya yang "terpelihara secara luar biasa," tulis Dark. "Usaha besar telah dilakukan untuk mencakup sisa-sisa bangunan ini di dalam kubah gereja bawah tanah Byzantium dan tentara Salib, sehingga itu akhirnya terlindungi," katanya.   "Baik makam maupun rumah itu dihiasi dengan mosaik zaman Byzantium, menunjukkan bahwa mereka sangat penting, dan kemungkinan dimuliakan," tulisnya.   Sebagai tambahan bukti arkeologi, sebuah teks yang ditulis pada tahun 670 M oleh kepala biara Adomnàn dari pulau Skotlandia di Iona, mengatakan berdasarkan ziarah ke Nazareth yang dilakukan oleh Uskup Frankish Arculf, menyebutkan sebuah gereja "yang di situ dulunya rumah dimana Tuhan dibesarkan ketika kanak-kanak" (sesuai terjemahan dari tulisan Adomnàn oleh James Rose Macpherson).     Makam yang memotong rumah itu juga dimuliakan sebagai milik Yusuf, suami Maria.   "Makam yang memotong rumah itu hari ini umum disebut 'Makam St. Yusuf,' dan pasti dimuliakan pada zaman tentara Salib, jadi mungkin mereka pikir itu makam St. Yusuf," kata Dark. "Namun, itu sepertinya bukan makam sebenarnya dari St. Yusuf, karena itu berasal sesudah rumah itu tidak digunakan dan menjadi lokasi penggalian pada abad pertama."   1. Gulungan kitab Imamat yang terkarbonasi dari synagog Ein Gedi Lebih dari empat dasawarsa  lalu, seorang arkeolog menemukan gulungan kitab di reruntuhan bangunan kuno di dekat Laut Mati. Ditemukan di dalam sebuah tempat suci, dokumen rapuh yang terbakar hebat sehingga ilmuwan memutuskan tidak mengambil resiko untuk membukanya, supaya tidak hancur berkeping-keping. Disimpan dalam tempat penyimpanan yang aman sejak itu, gulungan kitab Ein Gedi tetap menyimpan rahasianya – hingga waktu ini.     Baru-baru ini seorang ilmuwan komputer mengumumkan bahwa timnya menemukan cara untuk membuka gulungan kitab itu secara virtual. Menggunakan teknologi pemindai sinar-x dari artefak itu, software spesial mendeteksi lapisan-lapisan perkamen itu dan secara digital tidak merusakkannya, mengungkap untuk pertama kalinya huruf-huruf Ibrani yang tertulis pada gulungan kitab itu 1500 tahun yang lalu.   "Aku sesungguhnya tidak pernah melihat gulungan yang sebenarnya," kata Brent Seales, profesor di Universitas Kentucky.   Ketertarikannya pada teks-teks yang rusak bermula bertahun-tahun yang lalu ketika menemukan tempat penyimpanan gulungan-gulungan kitab Romawi yang digali di sebuah kota yang dulunya tempat peristirahatan di Herculaneum. Terkubur ketika terjadi letusan Gunung Vesuvius tahun 79 M, gulungan kitab Herculaneum lebih mirip seperti silinder arang. Untuk mencoba melihat lebih dalam, Seales dan rekan-rekannya membombardir relik itu dengan sinar-x dari pemindai CT mikro – suatu alat yang mirip pemindai tomografi komputer yang digunakan rumah sakit untuk melihat ke dalam tubuh manusia, hanya ini lebih kuat.     Berita tentang software Seales ini mencapai Otoritas Kepurbakalaan Israel (IAA). Mereka telah memindai gulungan kitab Ein Gedi itu dengan mesin CT mikro, tapi tidak dapat mengambil informasi darinya. Dapatkah Seales menolong? Sebuah pertemuan diatur di Amerika, dan sesudah makan siang, dia diberikan sebuah hard disk berisi data mentah. Meskipun ada dalam keadaan yang lebih baik dibanding gulungan kitab Romawi, perkamen Yahudi memiliki tantangan berbeda. Dibuat dari kulit binatang, itu menggelembung dan melepuh selama bertahun-tahun. Trik pemrograman baru untuk mengoreksi ketidaksempurnaan pada data itu diperlukan.   Beruntung bagi Seales, orang Ibrani menambahkan logam ke dalam tinta mereka, yang nampak muncul jelas seperti tinta putih terang pada data CT. Karena software ini tidak merusakkan satu lapis pun dari tengah gulungan kitab ini, teks itu terbaca sebagai berikut, "Tuhan memanggil Musa dan berfirman kepadanya," itu permulaannya. Para penterjemah Ibrani mengidentifikasi kata-kata itu sebagai ayat pertama dari Imamat, Kitab Hukum Musa.   "Penemuan ini sangat mengagumkan kami. Tadinya kami yakin ini seperti menembak dalam kegelapan, namun memutuskan untuk mencobanya dan memindai gulungan kitab terbakar itu," kata Pnina Shor, kurator dan direktur Proyek Gulungan Kitab Laut Mati IAA.   Bagi para sarjana Alkitab, penemuan salinan lain dari Kitab Imamat tidaklah terlalu mengguncangkan. "Hanya ada sedikit keterkejutan ketika menemukan gulungan Kitab Imamat," kata James Aitken, seorang pengajar Ibrani di Universitas Cambridge. "Kita mungkin punya lebih banyak salinan Alkitab dibandingkan buku-buku kuno lainnya, karena kebudayaan Ibrani itu begitu sederhana dan repetitif sehingga itu digunakan oleh anak-anak sebagai latihan menulis."   "Apa yang menjadikan teks abad ke-6 ini luar biasa," kata Aitken, "adalah umurnya." "Hingga 1947, teks Alkitab tertua yang dikenal berasal dari abad ke-10. Lalu gembala Bedouin yang menjelajahi gua-gua Qumran menemukan gulungan-gulungan kitab Laut Mati yang fenomenal, yang berasal dari antara abad ke-3 SM hingga abad ke-1 M. Gulungan Kitab Ein Gedi merupakan salah satu dari tiga dokumen yang berhasil dibaca yang berasal dari antara rentang waktu itu," kata Aitken – dua yang lainnya adalah fragmen Kitab Kejadian yang berasal dari abad ke-6 dan gulungan Kitab Keluaran yang berasal dari abad ke-7 atau 8.   Sementara Seales bekerja menyelesaikan pembacaan sisa gulungan kitab Ein Gedi, dia membuat rencana untuk memulai juga pada gulungan-gulungan kitab lainnya yang ditemukan pada situs yang sama.   Baca juga: Penemuan Ribuan Keping Tablet Ebla Membuktikan Kebenaran Kisah Alkitab Gilgal Rephaim, Monumen "Stonehenge" Purbakala di Timur Tengah   Referensi: 8-year-old 'Indiana Jones' makes First Temple era archaeological find in Beit Shemesh Press Release: Ancient Synagogue Mosaic Floor Showing Menorah Found in Galilee, Israel     Archaeologists find possible site of Jesus’s trial in Jerusalem  Goliath Gate: Archaeologists Uncover Entrance to Biblical City of Gath Rare 3,000-year-old King David era seal discovered by Temple Mount Sifting Project Eshbaal Revealed: Biblical Name Found on 3,000-Year-Old Jar in Israel At biblical site, researchers discover ABCs of how alphabet came to be Impression of King Hezekiah’s Royal Seal Discovered in Ophel Excavations South of Temple Mount in Jerusalem Jesus' House? 1st-Century Structure May Be Where He Grew Up 1,500-Year-Old Text Has Been Digitally Resurrected From a Hebrew Scroll

Read more at: http://www.kitabhenokh.com/index.php/arkeologi/berita-terbaru-arkeologi/item/143-10-penemuan-arkeologi-alkitab-terbesar-2015

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...