Keajaiban Al-Qur’an: Fenomena Dua Laut Yang Tidak Bercampur
Pada sebuah laman di situs Miracles Of The Qur’an buatan Harun Yahya terdapat artikel yang cukup menarik untuk dibahas.
Artikel tersebut membahas tentang ayat-ayat Quran yang “katanya” mampu menjelaskan fenomena sains yang notabene tidak mungkin dijelaskan orang pada zaman Rasul (abad 7 masehi).
Fenomena tentang dua laut yang airnya tidak bercampur ini diklaim telah dijelaskan secara saintifik oleh surat Ar-Rahman ayat 19-20.
Situs itu berargumen bahwa fenomena ini ditemukan oleh oseanografer baru-baru ini tanpa memberi referensi yang valid akan pernyataannya.
Dalam artikel tersebut juga dijelaskan penyebab terjadinya fenomena itu, yaitu disebabkan perbedaan densitas air menyebabkan tegangan permukaan yang mencegah kedua air saling menyatu.
Sekarang, mari kita telaah, apakah ayat-ayat tersebut memang ajaib?
Dari kedua ayat tersebut, saya merasa tidak ada yang ajaib, tidak seperti yang diklaim beberapa umat muslim.
Pada intinya, ayat tersebut hanya memberitahu bahwa ada dua laut yang airnya tidak menyatu karena ada batas.
Ayat tersebut tidak menjelaskan mengapa batas tersebut terbentuk secara saintifik.
Lagipula, air pada kedua bagian laut tersebut tetap akan menyatu pada akhirnya, karena memang tidak ada batas secara fisik.
Tidak ada apapun di antara kedua laut tersebut.
Ilusi bahwa dua laut tersebut tidak bercampur tercipta karena adanya pasokan kedua jenis air yang konstan dan saling bertemu.
Air yang kita lihat pada titik pertemuan tersebut akhirnya akan menyatu, dan segera tergantikan dengan air yang baru datang ke titik tersebut.
Coba saja anda campur air dengan kadar garam yang berbeda, lihat, apakah akan bercampur atau tidak.
Beberapa sumber juga menyertakan ayat lain, yaitu Surat Al-Furqan ayat 53. Berikut ayatnya.
Sama seperti kasus di atas, ayat ini pada dasarnya hanya memberitahu bahwa ada dua laut yang tidak bercampur karena ada batas yang menghalangi.
Dan sama juga seperti kasus sebelumnya, ilusi ini tercipta karena ada pasokan air yang konstan.
Fenomena ini biasa terjadi di mulut sungai yang bertemu dengan lautan. Air sungai dan air laut akan tetap menyatu pada akhirnya.
Logikanya, kalau tidak menyatu, maka air di sungai akan membludak karena tidak bisa melewati “batas” tersebut.
Tetapi air sungai tidak membludak kan? Tetap mengalir normal.
Tidak percaya bahwa air tawar dan air laut tidak bercampur? Silakan campur air tawar dengan air laut, lihat apa yang akan terjadi.
UPDATE:
Beberapa artikel malah mengatakan bahwa ayat ini juga mampu mengetahui dan menjelaskan tentang adanya arus bawah laut.
Diklaim bahwa tidak mungkin Muhammad mengarang ayat ini, karena ketika dia hidup dahulu tidak ada peralatan menyelam.
Silakan telaah lagi ayatnya, adakah kalimat yang menyinggung tentang arus bawah laut?
Fenomena tersebut bisa dilihat dari atas kapal, lantas mengapa dikaitkan dengan arus bawah laut?
Kenapa dibuat seakan-akan fenomena tersebut hanya bisa diketahui dengan menyelam saja?
Tapi kan, tidak mungkin orang zaman dulu bisa mengetahui fenomena tersebut?
Apa yang membuat tidak mungkin? Bagi saya, sangat mungkin bagi orang zaman dulu untuk bisa MELIHAT fenomena tersebut.
Katakanlah anda sedang berlayar, kemudian anda melintasi laut tersebut, maka anda bisa melihat fenomena tersebut bukan?
Kenapa tidak mungkin?
Agak lucu melihat reaksi orang-orang terhadap klaim kalau kedua ayat tersebut sangat hebat, yang “katanya” mampu menjelaskan KENAPAfenomena tersebut terjadi.
Begini analoginya, anggaplah anda tinggal pada abad 7 masehi, kemudian anda melihat suatu fenomena alam yang tidak dapat anda jelaskan.
Anda kemudian mencatatnya di buku anda, atau anda meminta tolong teman anda untuk menulisnya karena anda tidak bisa baca tulis.
Empat belas abad kemudian, karena teknologi semakin maju, akhirnya ada orang yang bisa menjelaskan kenapa fenomena tersebut terjadi.
Lantas, apakah catatan anda tentang fenomena tersebut adalah ajaib? Yang menjelaskan mengapa fenomena itu terjadi adalah para ilmuwan di zaman sekarang, bukan catatan anda.
Catatan anda hanya memberi tahu deskripsi fenomena alam tersebut, sama seperti ayat Quran di atas, hanya memberi tahu tentang adanya fenomena tersebut, bukan menjelaskannya.
Banyak teks-teks kuno yang mendeskripsikan berbagai fenomena alam seperti petir, gunung meletus, atau gempa bumi, namun hanya beberapa puluh tahun silam saja fenomena tersebut dapat dijelaskan oleh ilmu pengetahuan.
Apakah hal ini lantas membuat teks-teks kuno tersebut menjadi ajaib?
UPDATE:
Dari beberapa artikel yang membahas tema ini, saya menemukan juga adanya klaim yang menyatakan bahwa Jacques Cousteau, seorang ilmuwan asal Prancis yang terkenal setelah melakukan eksplorasi bawah laut, telah masuk Islam karena mengetahui tentang fenomena dua laut yang tidak bercampur.
Namun, tidak ada berita resmi yang mengatakan bahwa ia masuk Islam. Kebanyakan berita tersebut hanyalah artikel yang telah berulang kali disalin ke berbagai blog Islam dan juga situs-situs Islam.
Rumor ini beredar luas di kalangan umat Islam, walau menurut sumber yang resmi keluarga Jacques Cousteau membantah bahwa ia telah masuk Islam.
Silakan direnungi dengan kepala dingin. Al-Quran bukanlah buku fakta sains yang patut dicocok-cocokkan dengan ilmu yang sudah ada, karena Quran bersifat tetap dan tidak berubah sedangkan ilmu pengetahuan selalu direvisi dan sangat mungkin berubah.
Hari ini mungkin suatu ayat bisa dicocok-cocokkan dengan suatu teori, namun bagaimana bila suatu saat teori tersebut direvisi sehingga tidak cocok lagi dengan ayat tersebut?
Rangkuman:
- Al-Qur’an diklaim telah menjelaskan fenomena dua laut yang tidak bercampur secara ilmiah.
- Apabila ditelaah sesuai kalimat yang ada, maka Al-Qur’an tidak menjelaskan fenomena tersebut, dan fakta yang dikemukakan juga salah.
- Diklaim juga kalau fenomena tersebut tidak mungkin diketahui orang zaman dulu, padahal sangat mungkin.
- Diklaim juga kalau seorang ilmuwan bernama Jacques Cousteau masuk Islam karena ayat yang dimaksud, namun tidak ada bukti.
Sumber bahasan: Miracles Of The Qur’an
Screenshot sumber bahasan
Banyak orang percaya terhadap klaim ini, disebabkan rendahnya pemahaman mereka terhadap sains.
Klaim-klaim seperti ini memfokuskan pada permainan kata dan mencari-cari frase yang bisa disambung-sambungkan dengan ilmiah, walaupun tidak berhubungan sama sekali.
Sialnya, mayoritas orang sudah dibutakan dengan kepercayaan masing-masing sehingga tidak kritis sama sekali ketika dihadapkan dengan klaim-klaim ajaib tentang kepercayaan mereka.