Apakah Perjanjian Baru Sesuai Fakta Sejarah?

Perjanjian Baru diklaim sebagai catatan tertulis tentang pelayanan Yesus, pengajaran-pengajaran-Nya dan pembentukan gereja-Nya. Bagaimana klaim-klaim ini dapat divalidasi? Perjanjian Baru menyatakan dirinya sebagai kebenaran, yang berarti isinya harus sesuai dengan fakta. Kitab Injil dan Surat-surat Rasul penuh berisi nama-nama individu, tempat-tempat dan peristiwa-peristiwa. Apakah catatan-catatan Perjanjian Baru ini sesuai fakta-fakta sejarah? Jika Kitab Suci hanya berisi tulisan-tulisan fiksi saja, mengapa kita harus mempercayai isinya untuk memperoleh kebenaran spiritual?
Perjanjian Baru ditulis oleh 10 penulis berbeda yang menyaksikan dan melaporkan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam zaman mereka. Satu pengujian sederhana adalah membandingkan Perjanjian Baru dengan catatan-catatan sejarah yang sudah terverifikasi. Dengan kebangkitan humanisme dan skeptisisme, Kitab Suci dan nilai-nilai historisnya berada dalam serangan-serangan tajam sejak abad ke-18 dan 19.

Bagaimana Arkeologi Mengkonfirmasi Alkitab?

Kehidupan Yesus dan murid-murid-Nya dipenuhi fakta-fakta nyata yang dapat diverifikasi secara historis maupun arkeologi. Pada tahun 1986 sesudah terjadi kekeringan parah, permukaan air Laut Galilea surut. Dan sisa-sisa sebuah perahu muncul di lumpur kira-kira 5 mil dari Kapernaum. Kapernamun adalah pusat pelayanan Yesus dan di mana rumah Petrus berada. Perahu ini memiliki penanggalan radio karbon antara 40 SM – 40 M. Perahu ini panjangnya 7,95 meter, lebarnya 2,25 meter dan tingginya 1,2 meter dan dapat didayung maupun berlayar. Ini sesuai dengan catatan-catatan Injil tentang Yesus dan murid-murid-Nya di Laut Galilea. Dalam Lukas 5:1-7 kita melihat jenis perahu seperti ini sedang digunakan. Jadi kita dapat memverifikasi bahwa kata-kata itu sesuai dengan fakta. Ini salah satu bukti yang menunjukkan kesesuaian sejarah Kitab Injil.
galilean-boat
Sisa-sisa Perahu Galilea Abad Pertama
Contoh lain, koin-koin yang digunakan pada abad pertama juga merupakan kepingan-kepingan bukti nyata yang sesuai dengan kesejarahan Injil. Pengajaran Yesus tentang persembahan janda miskin (Markus 12:42-44) yang memasukkan dua ‘lepton’ (koin kuningan) terbukti kebenarannya dengan keberadaan koin-koin ini, demikian juga dengan konfirmasi penulis-penulis Romawi dan Yahudi non-Kristen pada masa itu. Kemampuan untuk membandingkan bukti-bukti fisik dengan klaim-klaim Alkitab memungkinkan kita memvalidasi keakuratan historis para penulisnya
lepton
Lepton
Memang kita tidak dapat memverifikasi setiap fakta, karena beberapa catatan-catatan sejarah telah hilang, dan tidak semua penemuan-penemuan arkeologi sudah terungkap. Namun setiap fakta dan peristiwa yang sudah terverifikasi menambahkan kredibilitas terhadap para penulis Injil sebagai dapat dipercayai, jujur dan benar. Bukti-bukti ini sekaligus mematahkan tuduhan-tuduhan mereka yang menantang Perjanjian Baru sebagai tulisan “karangan” abad ke-2 atau ke-3. Detail-detail dari beberapa fakta begitu spesifik dan sangat lokal, sehingga jika penulisnya tidak mempunyai pengetahuan mendalam tetang detail-detail, nama-nama, tempat-tempat dan istilah-istilah yang digunakan selama periode yang spesifik tersebut, mereka akan terbukti palsu.

Keakuratan Lukas

Sir William Ramsay, seorang sejarawan Inggris dan penulis yang produktif, merupakan lulusan sarjana pendidikan pertengahan abad ke-19, dan sebagai akibatnya, dia memiliki pandangan miring terhadap Alkitab. Dia percaya kisah-kisah historis dalam Kitab Para Rasul ditulis, bukan pada zaman rasul-rasul gereja, tetapi pada pertengahan abad kedua. Jika ini benar, Kitab Para Rasul tidak mungkin ditulis oleh Lukas, rekan seperjalanan Rasul Paulus. Karenanya, Injil Lukas dan Kitab Para Rasul bukanlah catatan historis yang akurat. Namun Lukas mengatakan bahwa dia ada bersama Paulus, sementara kedua orang ini melakukan perjalanan susah payah melewati jalan-jalan berbatu-batu di wilayah-wilayah Kekaisaran Romawi. Lukas mengklaim sebagai penulis yang menyaksikan sendiri, sementara Paulus dipakai oleh Yesus untuk membangkitkan kembali seorang anak muda sesudah terjatuh dari jendela tingkat ketiga (Kisah 20:8-12). Tidak percaya dengan klaim ini, Ramsay skeptis kepada Lukas dan catatan historis Kisah Rasul, dan bertekad untuk membuktikan bahwa itu semua hanya kebohongan semata.
Selanjutnya, Ramsay mulai mempelajari secara detail bukti-bukti arkeologi, dan melakukan penyelidikan topografi Asia Kecil dengan menggunakan tulisan-tulisan Lukas. Dia sampai kepada kesimpulan yang membingungkan: bukti-bukti historis dan arkeologi mendukung fakta bahwa bukan saja Lukas menuliskan Kitab Para Rasul dalam abad pertama, (pada zaman para rasul), namun juga menulis catatan sejarah yang akurat. Ramsay dipaksa untuk mengubah pikirannya, dan dia menuliskan,
“Aku mendapati diriku dibawa ke dalam hubungan dengan “Kitab Para Rasul” sebagai sebuah keahlian mengenai hal topografi, kepurbakalaan, dan komunitas Asia Kecil. Secara bertahap muncul dalamku bahwa dalam berbagai detail-detail, narasinya menunjukkan kebenaran yang luar biasa.”
Bukannya menyatakan Lukas sebagai seorang penipu sejarah, Ramsay malah menyimpulkan bahwa:
“(Ada) alasan-alasan untuk menempatkan penulis Kitab Para Rasul di antara para sejarawan kelas atas” (Sir William Ramsay, St. Paulus sang Penjelajah dan Warganegara Romawi, Hodder & Stoughton, London, 1925, hal. 4).

Lukas dikonfirmasi oleh Bukti Arkeologis

Ramsay menjadi yakin terhadap kehandalan Lukas karena Lukas menulis tentang perbuatan-perbuatan gereja mula-mula sementara mereka ada di tengah-tengah peristiwa-peristiwa dan tokoh-tokoh sekuler pada masa itu. Dalam Injil Lukas kita diperkenalkan kepada Pontius Pilatus, Herodes Agung, Augustus dan para pemain-pemain politik lainnya. Dalam Kisah Rasul kita menemukan kelompok yang lebih besar, termasuk Sergius Paulus, Gallio, Felix, Festus dan Herodes Agrippa I dan II. Lukas tidak hanya menuliskan tentang orang-orang ini, namun dia menyebutkan detail-detail, (kadang-kadang detail-detail yang sangat kecil), tentang orang-orang ini:
“Salah satu bukti-bukti paling mengagumkan dari keakuratan (Lukas) adalah dia mengenal sangat baik gelar-gelar yang tepat dari semua orang-orang penting yang disebutkan… Siprus, misalnya, yang merupakan sebuah provinsi imperial hingga 22 SM, menjadi sebuah provinsi senatorial pada tahun itu, dan karenanya diperintah bukan lagi oleh seorang wakil kekaisaran tetapi oleh seorang prokonsul. Sehingga, ketika Paulus dan Barnabas tiba di Siprus kira-kira tahun 47 M, adalah Prokonsul Sergius Paullus yang mereka jumpai…” (F.F. Bruce, Dokumen-dokumen Perjanjian Baru: Apakah Mereka Dapat Dipercayai?, InterVarsity Press, Downers Grove, Illinois, 1973, hal. 82).
Narasi Lukas dikonfirmasi baik dengan detail kecil maupun detail istimewa dengan mana dia menulis tentang jabatan-jabatan dan gelar-gelar pejabat-pejabat Kekaisaran Romawi. Dalam setiap kasus dia melakukannya dengan benar, seperti dikonfirmasi oleh penemuan-penemuan arkeologi berabad-abad sesudahnya. Seperti yang ditemukan Ramsay, tingkat akurasi seperti ini membutuhkan pengetahuan mendalam dari sang penulis mengenai seluk-beluk politik pada masa itu.
Sebagai perbandingan, hanya sedikit dari antara kita yang dapat menjawab dengan tepat jika ditanyai tentang gelar-gelar resmi yang tepat dari figur-figur politik nasional dan internasional yang ada di sekitar kita hari ini.
Pada masa lampau, para kritikus mengklaim bahwa Lukas keliru dalam mencatat beberapa lokasi dalam narasinya mengenai kehidupan Yesus dan Perbuatan Rasul-rasul. Namun lagi dan lagi, Lukas selalu terbukti kehandalannya oleh bukti-bukti arkeologi. Berikut ini beberapa hal yang dulunya diragukan namun dapat terbantahkan melalui arkeologi.

Apakah Benar Ada Sensus dan Apakah Quirinius Memang Benar Gubernur?

Para kritikus biasanya berargumentasi bahwa tidak pernah tercatat adanya sensus pada waktu seperti yang disebutkan oleh Alkitab, dan juga tidak ada catatan tentang seorang gubernur di Syria bernama Quirinius, dan tidak ada tradisi yang menuntut orang-orang kembali ke tempat asal nenek moyang mereka untuk tujuan pencatatan jumlah penduduk (detail ini disebutkan dalam Lukas 2:1-3). Namun sekarang ini penemuan-penemuan arkeologi telah mengungkapkan bahwa orang Romawi secara reguler mencatat pendaftaran para pembayar pajak dan bahwa mereka mengadakan sensus setiap 14 tahun (yang dimulai oleh Kaisar Augustus). Selain itu, sebuah inskripsi telah ditemukan di Antiokhia yang menuliskan bahwa Quirinius menjadi gubernur Syria sekitar tahun 7 SM (terbukti bahwa dia menjabat gubernur selama dua periode).
quirinius-6
Inskripsi Quirinius
Dan sebuah papyrus ditemukan di Mesir, menuliskan sebagai berikut tentang pelaksanaan suatu sensus (mengkonfirmasi tradisi yang tercatat di dalam Alkitab):
papyrus-egypt-census-6
Papyrus Mesir Mengenai Sensus
“Karena semakin dekatnya sensus, diperlukan bahwa mereka semua yang berada jauh dari rumah mereka untuk alasan apa pun, harus segera bersiap kembali kepada pemerintah-pemerintah mereka sendiri, supaya mereka dapat melengkapi pendaftaran keluarga.”

Pernahkah Ada Seseorang Bernama Lysanias?

Meskipun Lukas menyebutkan nama pemimpin ini dalam Lukas 3:1, selama bertahun-tahun satu-satunya Lysanias yang dikenal oleh para sejarawan kuno adalah seorang laki-laki yang terbunuh tahun 36 SM. Para kritikus lagi-lagi memilih untuk ragu-ragu, apakah Lukas memang benar-benar akurat atau pun mengatakan kebenaran. Namun dalam tahun 1773, sebuah inskripsi ditemukan di dekat Damaskus oleh seorang penjelajah Inggris Dr. Richard Pocock. Inskripsi itu berasal dari penanggalan zaman Tiberius (Kaisar Romawi antara tahun 14-37M), yang menyebutkan Lysanias sebagai Tetrakh Abila, di dekat Damaskus, seperti yang dikatakan Lukas. Inskripsi ini berbicara tentang “Budak-budak yang dibebaskan tetrakh Lysanias.” Bukti ini mendukung penyebutan Lukas terhadap Lysanias sebagai tetrakh pada zaman Yohanes Pembaptis.
lysanias-tetrach-7
Inskripsi Lysanias

Tempat Pengadilan Lithostrotos (Gabbatha)

Sejenak meninggalkan Lukas, Injil Yohanes menyebutkan tempat pengadilan yang disebut Lithostrotos (atau Gabbatha) dalam Yohanes 19:13.
Kemudian, setelah mendengar perkataan itu, Pilatus membawa YESHUA ke luar. Dan dia duduk di atas kursi pengadilan, di tempat yang disebut Lithostrotos, tetapi dalam bahasa Ibrani, Gabbatha. (ILT)
Selama berabad-abad, tidak ada catatan mengenai tempat pengadilan ini dan tidak ada dukungan arkeologi. Sebagai akibatnya, para kritikus enggan untuk percaya dan menganggap lokasi ini tidak lebih dari mitos dan bukti bahwa Alkitab bukanlah catatan historis yang akurat. Namun William F. Albright (Arkeologi Palestina) menunjukkan bahwa catatan Alkitab itu dapat dipercaya. Arkeolog mengungkapkan bahwa Lithostrotos merupakan tempat pengadilan di Benteng Menara Antonia, yang dihancurkan pada tahun 66-70 M selama pengepungan Yerusalem. Itu sayangnya terkubur ketika kota itu dibangun kembali pada zaman Hadrian dan belum ditemukan hingga baru-baru ini saja. Penemuan ini sekali lagi mengkonfirmasi bahwa Perjanjian Baru benar-benar terpercaya.
lithostrotos7
Lithostrotos

Apakah Pontius Pilatus Benar-benar Ada?

Hanya sedikit orang yang pernah membaca kisah Perjanjian Baru mengenai sidang penghakiman Yesus dapat melupakan nama Pontius Pilatus. Keempat catatan Injil semuanya menyebutkan tentang Pontius Pilatus dan dia juga merupakan seorang figur penting dalam Injil Lukas. Namun para kritikus meragukan keberadaannya secara nyata selama bertahun-tahun. Bahkan, selama hampir dua ribu tahun, satu-satunya referensi mengenai Pilatus hanya ditemukan dalam tulisan-tulisan tertentu saja seperti oleh Josephus dan Tacitus. Namun selain dari referensi umum terhadap Pilatus dalam catatan-catatan tertulis tertentu, tidak ditemukan inskripsi atau monumen-monumen batu yang mendokumentasikan kehidupannya. Tapi pada tahun 1961, semuanya itu berubah. Pada tahun itu, Pilatus bergeser dari seorang figur yang hanya dikenal dari literatur kuno, menjadi seorang figur yang benar-benar terbukti keberadaannya secara arkeologi.
pontiuspilate-7
Batu Pontius Pilatus
Pejabat-pejabat Romawi yang mengendalikan Yudea pada zaman Yesus hampir pasti bermarkas di kota kuno Kaisarea, (ini dibuktikan dalam dua referensi oleh Josephus mengenai aktivitas militer dan politik Pilatus di kota itu). Berlokasi di Kaisarea terdapat sebuah gedung theater Romawi dimana para arkeolog menemukan sebuah lempeng batu ukuran 0,6 meter x 0,9 meter dengan sebuah inskripsi yang mencantumkan nama Pontius Pilatus. Bukti yang sangat kuat tentang akurasi Perjanjian Baru ini sekarang dikenal dengan tepat sebagai “Inskripsi Pilatus,” dan sekaligus lempeng batu ini mendokumentasikan bahwa Pilatus adalah pejabat Romawi yang memerintah Yudea, dan bahkan menuliskan namanya secara lengkap, Pontius Pilatus, seperti yang tertulis dalam Lukas 3:1.

Apakah Yesus Benar-benar Disalibkan seperti Digambarkan oleh Lukas?

Selama bertahun-tahun, para kritikus percaya bahwa kisah penyaliban Yesus memiliki beberapa kekurangan. Pertama, dipercayai bahwa paku-paku tidak digunakan untuk menggantungkan korban pada kayu salib, tapi digunakan tali-tali untuk tujuan ini. Kedua, dianggap bahwa korban-korban penyaliban tidak diberikan suatu penguburan yang layak. Beberapa “ahli” bahkan percaya bahwa kisah penguburan Yesus di dalam makam Yusuf Arimathea hanyalah dibuat-buat, karena korban penyaliban seperti Yesus biasa dilemparkan ke dalam kuburan-kuburan umum berdampingan dengan tawanan-tawanan terhukum lainnya. Namun pada tahun 1968, Vassilios Tzaferis menemukan sisa-sisa yang tak terbantahkan dari seorang korban penyaliban, bernama Yohanan Ben HaGalgol. Yohanan memiliki sebuah paku yang ditancapkan ke dalam kedua kakinya, dan paku-paku yang ditancapkan di antara tulang-tulang lengan bawah. Lebih lanjut, nampak kaki-kaki Yohanan dipatahkan, yang juga merupakan “kesamaan” dengan catatan Perjanjian Baru mengenai penyaliban Romawi. Selain itu, penemuan kuburan dari korban penyaliban oleh Tzaferis membuktikan bahwa, setidaknya pada kejadian-kejadian tertentu, korban-korban penyaliban diberikan penguburan Yahudi yang layak.
yohanan-ha-galgol-7
Yohanan Ben HaGalgol

Benarkah Ikonium adalah Kota di Phyrigia?

Dalam Kisah Rasul 14:6, kota Ikonium ini dikatakan berada di Phyrigia, namun selama bertahun-tahun para arkeolog percaya bahwa Lukas telah keliru. Mereka tidak menemukan bukti keberadaan kota ini sama sekali. Mereka percaya bahwa Listra dan Derbe ada di Phyrigia, namun menyimpulkan bahwa Ikonium tidak berada di Phyrigia, berdasarkan tulisan-tulisan Romawi seperti oleh Cicero yang mengindikasikan bahwa Ikonium ada di Likaonia. Namun pada tahun 1910, Sir William Ramsay menemukan sebuah monumen yang menunjukkan bahwa Ikonium ternyata benar-benar kota di Phyrigia, dan penemuan-penemuan selanjutnya mengkonfirmasi lebih lanjut tentang hal ini.
iconium
Ikonium

Apakah Ada Istilah Kata “Politarches”?

Dalam Kisah Rasul 17:6, Lukas menggunakan istilah Yunani ini untuk menggambarkan “para penguasa kota“, ketika terjadi kerusuhan di Tesalonika. Namun karena istilah semacam itu tidak pernah ditemukan dalam literatur kuno Yunani, diasumsikan bahwa Lukas melakukan kekeliruan karena menggunakan istilah tersebut untuk suatu jabatan. Tetapi belakangan telah ditemukan sembilan belas inskripsi yang menggunakan istilah ini, dan lima di antaranya digunakan dalam referensi terhadap Tesalonika (kota yang sama seperti yang disebutkan Lukas, ketika dia mendengar istilah ini).
politarches7
Inskripsi Politarches

Benarkah Sergius Paulus Adalah Prokonsul Siprus?

Dalam Kisah 13, Lukas mendokumentasikan perjalanan Paulus ke Seleukia, kemudian Siprus, dan Salamis, lalu Paphos. Di Paphos, Paulus dan rekan-rekannya bertemu dengan seorang prokonsul bernama Sergius Paulus. Para kritikus mengklaim bahwa Lukas keliru tentang orang ini, dengan berpendapat bahwa wilayah sekitar Siprus tidak akan diperintah oleh seorang prokonsul. Karena Siprus adalah provinsi kekaisaran, itu tentunya ada di bawah seorang “propraetor” dan bukan seorang prokonsul. Selain itu, juga tidak ada bukti bahwa Sergius Paulus benar-benar pernah ada. Namun penemuan-penemuan arkeologi yang terkemudian menghentikan perdebatan ini. Pertama, di Solipantai utara Siprus, sebuah inskripsi ditemukan yang menyebutkan nama Paulus, seorang prokonsul. Selain penemuan ini, sebuah inskripsi bahasa Latin juga telah ditemukan yang merujuk kepada seorang Lucius Sergius Paulus yang adalah “salah seorang kurator Bank-bank Tiber selama pemerintahan Claudius.” Sir William Ramsay akhirnya berargumen bahwa orang ini menjadi prokonsul Siprus, dan ada hubungannya dengan Kisah Rasul 13. Akhirnya, sebuah fragmen inskripsi Yunani dari Kythraia di Siprus utara telah ditemukan yang merujuk kepada seorang Quintus Sergius Paulus sebagai prokonsul selama pemerintahan Claudius. Lukas menuliskan semuanya dengan benar sejak awal.
sergius-paulus-7
Inskripsi Sergius Paulus
quintus-sergius-paulus
Inskripsi Quintus Sergius Paulus

Gallio, Prokonsul Achaia

Kisah Rasul 18 mencatat tentang seorang bernama Gallio yang adalah prokonsul Achaia pada waktu kunjungan Paulus ke sana. Namun para kritikus juga skeptis tentang ini, meragukan bahwa orang ini pernah ada, didasarkan pada kurangnya bukti dan catatan resmi tentang keberadaannya. Namun pada tahun 1905, seorang murid doktoral di Paris, Emile Bourget, sedang menyaring sekumpulan inskripsi yang telah dikumpulkan dari kota Delphi di Yunani. Dalam berbagai inskripsi ini, dia menemukan empat fragmen berbeda, yang jika disatukan, membentuk suatu bagian besar dari selembar tulisan dari Kaisar Claudius. Tulisan dari kaisar ini ditulis kepada Gallioprokonsul Achaia. Dalam tahun-tahun menyusul penemuan ini, didapati bahwa itu berasal dari penanggalan tahun 52 M, menempatkan Gallio dalam jabatan prokonsul pada permulaan tahun 51 M, dan kedatangan Paulus di Korintus terjadi pada musim dingin tahun 49/50 M.
gallio-inscription-7
Inskripsi Gallio
Selain semua hal-hal ini, ada banyak lagi detail-detail lain yang tercatat dalam Injil Lukas yang mendukung fakta bahwa dia adalah seorang sejarawan yang detail dan sangat akurat. Beberapa hal spesifik itu antara lain: 
  • Dia menyebutkan penjelasan yang tepat tentang dua cara untuk mendapatkan kewarganegaraan Romawi (Kisah 22:28)
  • Dia menyebutkan penjelasan yang akurat tentang prosedur undang-undang hukum pidana provinsi (Kisah 24:1-9)
  • Dia menyebutkan gambaran sebenarnya tentang hak meminta pengadilan oleh seorang warganegara Romawi, termasuk hukum legalnya, de quibus cognoscere volebam, “perbuatan apa pun yang aku siap untuk mengambil tanggung jawab” (Kisah 25:18)
  • Dia menyebutkan gambaran yang benar tentang berada dalam penahanan Romawi dan keadaan dipenjarakan dengan tanggungan biaya sendiri (Kisah 28:16 dan Kisah 28:30-31)
Secara literal ada puluhan tambahan konfirmasi data historis yang diberikan dalam tulisan-tulisan Lukas. Dengan begitu banyaknya konfirmasi, dan tanpa ada ketidaksesuaian, wajar untuk mengatakan bahwa tulisan Lukas layak mendapatkan penghargaan tinggi sebagai dokumen-dokumen historis yang menunjukkan akurasi dan detail yang sangat teliti.

Lukas Melakukannya Dengan Tepat

Sangatlah jelas dari apa yang sudah ditemukan bahwa Lukas menuliskan sejarahnya dengan benar. Kita tidak bisa hanya mencari-cari apa yang kita tidak punya. Sebaliknya, kita perlu fokus terhadap apa yang kita punya. Kita dapat mempercayai sejarah yang telah ditulis oleh Lukas, dan kisah-kisah ini adalah bagian terbesar dari narasi Alkitab.
“Dapat dinyatakan dengan pasti bahwa tidak ada penemuan arkeologis yang pernah bertentangan dengan sebuah referensi Alkitab.” (Nelson Glueck, arkeolog Yahudi ternama)
Seharusnya tidak terlalu mengejutkan bahwa tulisan-tulisan Lukas akan diragukan kebenarannya. Karena dia menceritakan kisah tentang Anak Elohim yang datang ke dalam dunia ini dalam wujud seorang manusia. Dia mengatakan tentang Elohim yang mengasihi yang memanggil kita untuk masuk ke dalam suatu kehidupan yang kudus. Dia menceritakan kepada kita tentang Elohim yang ingin kita mengubah apa yang kita sembah dan siapa yang kita layani. Sejarah yang memanggil manusia untuk berubah tidak pernah diterima sebagai kumpulan-kumpulan peristiwa yang populer. Jadi tidak terlalu mengejutkan bahwa banyak dari peristiwa-peristiwa Alkitab, orang-orang dan tempat-tempat yang tertulis di dalamnya sudah diragukan sejak awal, sampai para ahli arkeologi tidak punya pilihan lain kecuali untuk mengakui bukti-bukti fisiknya.

Yesus Benar-benar Mengunjungi Kita

Dan meskipun banyak kritikus akhirnya sampai pada pengakuan akan tulisan-tulisan Lukas, banyak yang masih menyangkal identitas figur sentral yang ditulis oleh Lukas, Yesus Kristus. Namun para arkeolog dan sejarawan telah mengungkap sejumlah sumber-sumber non-Kristen dan non-Yahudi yang sesuai dengan gambaran historis tentang Yesus dan Gereja yang Dia dirikan, yang sudah tertulis dalam Kitab Injil:
Keberadaan Yesus Kristus dicatat oleh Josephus, Suetonius, Thallus, Pliny Muda, Talmud, dan Lucian.
Sejarawan Romawi, Cornelius Tacitus, mencatat bahwa Yesus Kristus adalah tokoh yang dari pada-Nya orang-orang Kristen mendapatkan julukannya, ketika dia menulis tentang Nero yang membakar Roma.
Lebih jauh, dari surat Pliny Muda kepada Kaisar Trajan (penanggalan tahun 112 M), kita juga mengetahui sebagian kepercayaan dan tradisi gereja mula-mula, yang sesuai dengan Perjanjian Baru.
Selain itu, manuskrip-manuskrip kuno dari Suetonius, Lucian, Mara Bar-Serapion, Kaisar Trajan, Kaisar Hadrian, dan sumber-sumber Yahudi lain (seperti Talmud), dan sumber-sumber heretik (seperti karya-karya penulis Gnostik) mendukung bukti-bukti historis yang diberikan dalam Perjanjian Baru. Banyak teks-teks kuno lainnya sesuai dengan gambaran sejarah yang diberikan oleh Perjanjian Baru.

Dokumen-dokumen Kristen Lulus Pengujian

Kitab Injil lulus pengujian arkeologi eksternal, tulisan-tulisan Yahudi, tulisan-tulisan non-Kristen dan non-Yahudi, catatan-catatan pemerintah, dan informan-informan lain. Injil telah menunjukkan dengan tingkat akurasi yang luar biasa, bahwa kapan pun ada informasi yang dapat diverifikasi oleh sumber-sumber lain, sumber-sumber ini mengkonfirmasi kebenaran Alkitab. Orang-orang seperti Sir William Ramsay telah diyakinkan oleh keakuratan dan terpercayanya tulisan-tulisan Alkitab sebagai hasil dari penemuan-penemuan arkeologi ini. Tidak diragukan bahwa arkeologi membuktikan keakuratan Alkitab dan mengkonfirmasi bahwa Alkitab merupakan pewahyuan yang diinspirasi dari Elohim itu sendiri.
Perlu diingat bahwa Perjanjian Baru tidak harus mengklaim sebagai catatan sejarah sistematis abad pertama. Itu bukan sekedar sebuah kitab sejarah. Perjanjian Baru menyatakan bahwa fakta-fakta historis yang ada di dalam teksnya akurat, tanpa margin kesalahan (2 Timotius 3:16-17; Kisah 1:1-3). Bisa dikatakan, karena klaim yang luar biasa ini, Perjanjian Baru telah menjalani pemeriksaan sangat teliti yang lebih detail dibandingkan teks dokumen-dokumen kuno lainnya yang pernah ada (dengan kemungkinan perkecualian Perjanjian Lama). Namun hasil yang luar biasa dari pemeriksaan detail ini telah menjadi koleksi bukti mengagumkan yang sangat banyak yang memberikan kesaksian kebenaran terhadap berbagai referensi sejarah di dalam Perjanjian Baru. Lagi dan lagi, referensi-referensi Alkitab yang dapat diperiksa, terbukti akurat secara historis dalam setiap detailnya:
Anda dapat memeriksa kata-kata Lukas dalam suatu tingkat di atas para sejarawan lain, dan itu teruji oleh pemeriksaan paling teliti dan perlakukan paling keras, dengan syarat bahwa kritikus mengenal akan subyeknya dan tidak melebihi batas keadilan ilmiah (Sir William Ramsay, 1915).
Hampir 3000 tahun lalu, seorang pemazmur terkenal di Israel, dalam penggambarannya akan Firman Elohim, mengatakannya dengan sangat tepat:
“Seluruh firman-Mu itu benar…” Mazmur 119:160 (ILT)

Baca:

28 Nubuat yang Digenapi pada Hari Penyaliban Yesus Kristus

Referensi: