Muhammad tahu persis bahwa Allah tidak menjanjikan keselamatan kekal kepadanya. Dia membutuhkan doa shalawat yang terus-terusan dari umatnya demi mendapatkan rahmat keselamatan dari Allah, “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawat-lah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (Qs.33:56).
Dengan shalawat sekalipun, namun Allah tetap tidak memastikan apa apa kepada-Nya. Sampai kapankah doa shalawat harus dicurahkan untuk Nabi dan keluarga-nya, “Allahumma shalli’ala sayidinaa Muhammad, wa ala ali sayidinaa Muhammad”? Dimanakah pula putri kesayangan Nabi, Fatimah, sekarang ini yang memang pernah diperingatkan oleh Nabi agar ia beramal sebanyak-banyaknya, “karena aku (Muhammad) tidak dapat menyelamatkanmu (Fatimah)” (HR. Muslim). Kalau sampai Fatimah juga tidak bisa diapa-apakan oleh Nabi, maka semua pengikut Nabi pasti getir dan was-was. Apalagi kalau hal ini dikontraskan dengan para nabi Israel lainnya yang tidak sekalipun memerlukan shalawat dari pengikutnya, tetapi sudah qualified berada disurga!? Tidakkah Muslim heran atasnya?
FANTASI? MISTERY? Tidak juga
Tetapi memang alam kematian adalah wilayah yang tidak dikenal oleh manusia hidup. Ilmu pengetahuan tidak menemukan ilmu untuk kematian dan alam akhirat. Kenapa? Karena alam akhirat tidak menempatkan dirinya dalam ruang seperti yang kita kenal didunia ini. Demikian juga berlaku untuk waktu, Anda tak bisa menempatkannya dalam sebuah stoples. Dan bilamana Anda menyingkirkan semuanya dari ruang, maka apakah yang tertinggal? Tidak ada!
Sebelum kematian Einstein – guru teori relativitas yang sangat paham akan waktu – beliau sempat berkata tentang kematian seorang Besso, teman karibnya: “Saat ini Besso telah pergi dari dunia yang aneh ini sedikit mendahului saya. Namun ini tidak berarti apa-apa. Orang-orang seperti kita … tahu bahwa perbedaan antara masa kemarin, sekarang, dan besok, hanyalah sebuah ilusi kita yang mem- bandel”. Pada titik kematian seseorang, kontinuitas yang mempertalikan waktu dan ruang mendadak terputus dan lenyap. Lalu dimana kita menemukan diri kita?
Jadi dimana kita apabila kita kelak mendadak terputus dari ruang dan waktu, alias meninggalkan dunia yang fana ini? Jawabannya adalah tergantung kepada siapa yang Anda ikuti! Orang ateis akan selesai karena tak ada yang diikutinya kecuali dirinya. Para pengikut Kristus sebagai anak-anak domba akan mengikuti Gembala Agungnya. Dan Muslim akan ikut Nabi Junjungannya Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Nah, disinilah inti persoalan kita: Dimana Yesus Kristus dan dimana Muhammad SAW saat ini berada agar kita juga tahu kemana kita akan dibawa pergi kesana? Dan tidak seperti Muslim, para pengikut Yesus tahu persis dimana Gembala Agungnya itu berada.
DIMANAKAH KRISTUS SAAT INI?
Tak ada yang perlu dicari-cari dalam kegelapan, Yesus menunjukkan posisinya secara terang benderang disetiap waktu. Ia berkata yang tidak mungkin berani dikatakan oleh orang lain manapun:
"Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas;
kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini”
“Aku keluar dan datang dari Elohim” (Yohanes 8:23, 42).
"Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Elohim, percayalah juga kepada-Ku.
Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal … Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada” (Yohanes 14:1-3).
Bukan saja lokasi keberadaan Yesus itu jelas, namun Dia pula Syafi, Juru Selamat yang menyusun real-estate surgawi untuk menempatkan orang-orang yang percaya dekat kepadaNya, sampai selamanya. Yesus tidak mengklaim kosong seperti halnya dengan Muhammad yang mengklaim perjalanan malam Mi”raj (yang bahkan tak terdapat dalam Quran), tetapi justru membuktikan kepergiannya kesurga yang disaksikan oleh para malaikat dan banyak saksi mata secara mutawatir (Kisah rasul 1:9-11). Sedemikian mutawatir-nya sehingga Muhammad-pun harus menyaksikan keberadaan Yesus saat ini secara hitam-putih, yaitu di SURGA, disisi Allah! (Qs.4:158, 3:55).
Ketika para pengikut Yesus sedang menatap ke langit waktu Ia naik kesurga itu, tiba-tiba berdirilah dua orang (malaikat) yang berpakaian putih dekat mereka, dan berkata kepada mereka: "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga." (Kisah Rasul 1:10-11).
TETAPI DIMANAKAH MUHAMMAD SAW SAAT INI?
Ketika kita membaca keberadaan Muhammad selama hidupnya, kita dikesankan seolah-olah beliau sangat dekat dengan Jibril dan Allah SWT. Namun sebegitu tiba titik kematiannya , dimana kontinuitas yang mempertalikan dirinya dengan waktu dan ruang mendadak terputus dan lenyap, maka mendadak terputuslah pertalian-nya dengan jibril dan Allah, bahkan lenyap pulalah keseluruhan dirinya! Alias tak tercari dimana dia berada! Karena itu muncullah pelbagai macam dongeng yang menempatkan sosoknya berlainan satu dengan lainnya.
1. Ketika Muhammad berada dalam sekarat kematiannya, ia tampak gelisah karena dua hal yang tak tersembunyikan lagi. Hal pertama, dia menyadari dosa-dosanya, termasuk a.l. dosa pembunuhan bahkan genocide suku Yahudi yang dilakukannya secara terbuka atas nama Allah. Dan dua, dia merasa harus dihubungkan dengan “seseorang Syafi” (Juru Syafaat) yang berdaulat atas alam akhirat, sebab memang “real-estate surgawi dengan kebun-kebunnya” tidak dijanjikan kepadanya dari mulut Allah sendiri. Maka dia berseru, “Wahai Tuhan! Ampunilah saya” Kasihanilah saya dan hubungkan saya dengan Teman yang Mahatinggi” (Shahih Bukhari no.1573).
Ternyata semuanya lenyap, tak ada response dari Allah maupun Jibril yang tadinya (katanya) selalu mendampinginya, dan bahkan alam pun tidak ikut bergejala. Muhammad lenyap ditelan entah keruang hampa yang mana…
2. Surat Maryam 71 menjadi titik tolak dari kepergiannya dan para pengikutnya yang sangat menggelisahkan: "Dan tidak ada (seorangpun) dari kamu, melainkan akan mendatanginya (atau memasuki neraka itu). (Yang demikian itu) bagi Tuhan Pemelihara kamu adalah suatu yang sudah ditetapkan" (Al-Quran & Maknanya, Terjemahan Quraish Shihab).
- There is not one of you who shall not pass through it… (N.J. Dawood)
- No one is there of you who shall not go down unto it… (J.M.Rodwell)
- Not one of you there is, but he shall go down to it… (A.J.Arberry)
Ayat Allah yang menjanjikan neraka ini sungguh merisaukan Muslim sejak ia diturunkan hingga sekarang. Maka dicoba habis-habisan oleh sejumlah ulama untuk digeser artinya kepada orang kafir (bukan orang Muslim bertaqwa). Tentu saja pemlintiran makna ini tidak memuaskan dan tiada guna. Sebab sekali Allah telah mendekritkan neraka, maka tidak ada yang dapat mencegah-Nya atau mengajukan usulan lain kepada-Nya. Semuanya sudah amat jelas, muhkamat, dan sederhana, "Wa im minkum illaa waariduha" dimana Allah memang berwahyu lurus kepada lawan bicara-Nya dengan sebutan “Kum” (kamu). Dan ini dilanjutkan-Nya dengan memastikan bahwa ketetapan itu berasal dari “Tuhan Pemelihara kamu” yang tentunya bukan Tuhan orang kafir! Bahkan pewahyuan ini tidak meluangkan perkecualian kepada siapapun, termasuk Muhammad. Itu sebabnya posisi Muhammad setelah kematian-nya tidak bisa dipastikan wilayahnya, kecuali kembali didongengkan oleh manusia bahwa beliau PASTI ada diwilayah tertinggi dan terhormat, padahal semuanya hanyalah wilayah limbo ditanah antah-berantah.
3. Sementara itu dongeng mulut-kemulut Muslim berkata (dan berharap) bahwa Muhammad telah ditempatkan kealam Barzakh, menunggu hari Penghakiman. Dan dikisahkan lagi bahwa nantinya Allah akan menempatkannya disurga tertinggi Wasilah! Akan tetapi pada kenyataannya Muhammad sendiri mengaku tidak tahu kemana dia akan ditempatkan. Beliau berkata: “…aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat (Allah) terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu” (Qs.46:9).
4. Sementara semua para nabi seperti Isa, Adam, Musa, dan Abraham dll telah dinyatakan oleh Muhammad sebagai sosok-sosok yang telah dijumpainya di surga (perjalanan Mi’raj, dalam langit yang berbeda-beda, lihat Shahih Bukhari Volume 1, Buku 8, No.345 dll), maka kenapakah Muhammad seorang yang ter-diskriminasi tidak bisa kumpul serentak dengan para nabi Israel lainnya disurga, melainkan justru harus menunggu terpisah sendiri di alam barzakh (?) Tidak ada jawaban yang bisa diijtihadkan (baca: rekayasa Islam), kecuali mendasarkannya pada alasan hakiki (kebenaran dasar) bahwa Muhammad memang tidak qualified masuk dalam bilangan-Nya yang dipastikan sudah berada di Firdaus ! Lho kenapa? Ya, karena tidak ada tangan Tuhan – dengan bukti dan saksi-- yang mengurapinya sebagai rasul-Nya, kecuali ia sendiri yang mengangkat dirinya. Itu sebabnya ajarannya sungguh menyimpang dari Taurat, Mazmur dan Injil Tuhan Semesta, sedemikian sehingga untuk “membenarkannya”, Islam harus berinisiatif menuduh (menfitnah) bahwa Alkitab itu korup. Dimanapun, Quran tidak bisa membuktikan kebenaran intrinsic dirinya, melainkan harus menyimpang dengan menuding kitab orang lain itu palsu. Padahal justru Muhammad dan pengikutnyalah yang telah mengkorupkan dan mengacaukan Alkitab seenak perutnya. Beberapa butir saja dari beratus-ratus butir pengkorupsian dan comotan asal jadi, diserakkan disini,
Mulai dari mengkorupsi/ mengosongkan Hukum Yang Terbesar (Hukum Kasih) dari Quran; penggantian Roh Kudus menjadi mahkluk Jibril; Firman yang kekal di Lauhul Mahfudzh di-nasikh-mansukh-kan (digugur-gantikan oleh Muhammad); mengadopsi ritual pagan (ibadah haji, shalat, kiblat dll) yang tidak pernah dikenal oleh para Nabi-nabi sebelumnya, dan cium batu Hajar Aswad yang sangat najis berhala; menghilangkan Paskah Musa (tulah Firaun ke-10 dihilangkan dari Quran, padahal itulah klimax hunjukan kuasa Tuhan); menafikan nubuat nab-nabi tentang penyaliban Yesus yang terbukti benar, yang disaksikan secara mutawatir; mengkorup kuasa firman Yesus dalam mengusir setan (bukan sekedar minta perlindunganTuhan seperti yang dilakukan Muhammad Qs.113, 114); mengatas namakan Allah, Nabi minta doa dari umatnya, bukannya mendoakan umat seperti yang dilakukan oleh semua nabi sebelumnya, dst.
5. Ya, Muhammad tahu persis bahwa Allah tidak menjanjikan keselamatan kekal kepadanya. Dia membutuhkan doa shalawat yang terus-terusan dari umatnya demi mendapatkan rahmat keselamatan dari Allah, “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawat-lah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (Qs.33:56).
Dengan shalawat sekalipun, namun Allah tetap tidak memastikan apa apa kepada-Nya. Sampai kapankah doa shalawat harus dicurahkan untuk Nabi dan keluarga-nya, “Allahumma shalli’ala sayidinaa Muhammad, wa ala ali sayidinaa Muhammad”? Dimanakah pula putri kesayangan Nabi, Fatimah, sekarang ini yang memang pernah diperingatkan oleh Nabi agar ia beramal sebanyak-banyaknya, “karena aku (Muhammad) tidak dapat menyelamatkanmu (Fatimah)” (HR. Muslim). Kalau sampai Fatimah juga tidak bisa diapa-apakan oleh Nabi, maka semua pengikut Nabi pasti getir dan was-was. Apalagi kalau hal ini dikontraskan dengan para nabi Israel lainnya yang tidak sekalipun memerlukan shalawat dari pengikutnya, tetapi sudah qualified berada disurga!? Tidakkah Muslim heran atasnya?
Bertanyalah dalam hati yang terdalam, kenapa Muhammad sebagai pemimpin rohani sangat labil menghadapi alam akhiratnya. Kenapa justru Isa dan para nabi lain sudah berada disurga dan merupakan sosok-sosok yang didekatkan kepada Allah (Qs.3:45)? Dan lagi-lagi Muhammad – sebagai “tuan-rumah” Quran -- kembali tidak disebutkan namanya secara eksplisit dalam Quran yang justru diturunkan kepadanya?? Begitu labilnya Muhammad sehingga untuk menutupinya, ia sempat memproklamirkan 10 orang yang dipastikan naik kesurga, tetapi tidak termasuk dirinya! (lihat Shahih al-Jami’ ash-Shaghir, I, no.50). Kemudian diperbaiki dalam versi lain yang memasukkan dirinya, tetapi karena agaknya harus mempertahankan angka 10, maka dikeluarkanlah nama Abu Ubaidah ibn al-Jarrah! (Ibid, IV, no.3905). O, Abu Ubaidah yang malang, sudah dijamin masuk kesurga, tetapi karena salah administrasi dunia, maka tertendang keluar! Begitukah?
Muslim selalu membela dengan mengatakan bahwa Muhammad jelas termasuk salah satu dari “minal muqarrabin” (orang yang didekatkan Allah). Yang kita perlukan bukan pembelaan buta, tetapi justru jawaban rasional bagaimana Muhammad dan para pengikutnya diabad ke-7 dapat menyisipkan dirinya dalam konteks ayat (3:45) ini ketika pada abad pertama malaikat berkata kepada Maryam tentang Isa Almasih dan nabi-nabi sekaumnya? Sekalipun jikalau ayat tersebut menyangkut kemuliaan kepada Muhammad, tentulah Allah akan turut mengorbit-kan namanya secara spesifik bahkan mendahulukannya didepan nama Isa.
Sebaliknya, Yesus justru telah mendemonstrasikan penampilan “minal muqarrabiin” secara otentik dan berotoritas yang diwakilkan oleh Nabi Musa dan Elia, dengan disaksikan oleh 3 pasang saksi-mata,
“Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka (Petrus, Yakobus dan Yohanes); wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia”... Dan tiba-tiba … turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia." (baca perikop Matius 17:1-8).
Tuhan memerintahkan kita untuk mendengar Firman Sang Anak (Yesus Almasih), namun Muslim justru lebih memilih mendengar dongengan tanpa bukti dan saksi dari Muhammad yang justru kepergok membual: “Aku mendatangi pintu surga pada hari kiamat untuk membukanya. Maka penjaga pintu bertanya, ‘Siapakah kamu?’ Aku menjawab, ‘Muhammad’. Ia megatakan, ‘Kepadamu aku diperintahkan agar aku tidak membukanya untuk seorangpun sebelum-mu” [HR.Muslim (3/73-Syarah An-Nawawi)].
Pintu surga tertutup sampai Muhammad menginjakinya? Dia lupa. Bahwa pintu tersebut sudah terbuka ribuan tahun sebelumnya bagi Adam, Ibrahim, Musa, Isa dll ketika Muhammad sendiri sudah menjumpai mereka dalam event Mi’raj-nya disurga. Isa bahkan sudah diangkat naik kesisi Allah dalam Qs.4:158, 3:55. Ini membuktikan kesekian kali betapa berani dan sesuka perutnya Muhammad berkata-kata atas nama Allah SWT, tentang hal-hal yang tidak diwahyukan/ diperintahkan Tuhan kepadanya. Dan untuk nabi demikian, telah dinubuatkan dengan tepat dalam Taurat Musa bahwa ia akan dihukum dengan kematian kekal:
“Tetapi seorang nabi, yang terlalu berani untuk mengucapkan demi nama-Ku perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkata demi nama allah lain, nabi itu harus mati” (Ulangan 18:20).
Musa mengenal Yesus dan Elia secara timbal balik. Namun Musa tidak mengenal Muhammad. Hanya Muhammad sajalah yang selalu mengaku-ngaku kenal dan tahu siapa itu Musa, Isa, dan segudang nabi lainnya. Tetapi dalam nubuatan yang dahsyat diatas, Musa seolah hendak peringatkan Muslim agar saatnya mulai bertanya kritis: “Nabi manakah yang terlalu berani menjamin 10 orang PASTI masuk kesurga?” Otoritas manakah yang diperolehnya untuk menjamin, sementara matinya dia masih bergelimang dalam dosa dan mencari-cari seorang Syafi, “Temanku Yang Maha Tinggi?” (Shahih Bukhari #1573).
Jelas sepuluh orang yang dijamin hanya mendapat check kosong, pelipur lara belaka, karena sosok yang mengeluarkan check tersebut justru harus mati dalam kekekalan, dan kini tidak terjumpai lagi dia ada dialam mana. Finished! Besso telah pergi. Einstein telah tiada. Muhammad telah mati. Tetapi Yesus hidup selamanya!
No comments:
Post a Comment