Semula sewaktu di Mekkah, sebelum Muhammad bertemu (bergaul) dengan orang-orang Anshar Medinah, belum ada terpikir dalam benaknya bahwa dia perlu memakai cara kekerasan untuk membuat sukses cita-citanya menjadi nabi. Orang-orang Anshar yang merupakan golongan tersisih di kota Medinah, kaum marjinal yang kerap melakukan tindakan kriminal dan melakukan penjarahan terhadap warga kelas atas (Yahudi), mulai menanamkan ide baru kepada Muhammad: Bila kau ingin sukses diakui nabi, gunakan cara kekerasan. Hanya lewat perang-lah, cita-cita menjadi “PEMIMPIN UMAT MANUSIA” akan tercapai.
Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1 Halaman 401
Teks Baiat Yang Diambil Rasulullah SAW dari Kaum Anshar
Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berbicara. Beliau membaca Al-Qur’an, mengajak mereka kepada agama Allah dan mengharapkan keislaman mereka. Setelah itu, beliau bersabda, `Aku membait kalian agar kalian melindungiku sebagaimana kalian melindungi anak-istri kalian.’ Al-Barra’ bin Ma’rur memegang tangan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sal-lam kemudian ia berkata, `Ya, demi Dzat yang mengutusmu dengan membawa kebenaran, kami pasti melindungimu sebagaimana kami melindungi anak istri kami. Baiatlah kami wahai Rasulullah! Demi Allah, kami ahli perang dan ahli senjata. Itu kami wariskan dari satu generasi kepada generasi lainnya.’ Ketika Al-Barra’ bin Ma’rur sedang berkata kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, ucapannya dipotong Abu Al-Haitsam bin At-Tayyahan. Abu Al-Haitsam bin At-Tayyahan berkata, `Wahai Rasulullah, sesungguhnya kita mempunyai hubungan dengan orang-orang (orang-orang Yahudi) dan kami akan memutusnya. Jika kami telah melakukannya, kemudian Allah memenangkanmu, maka apakah engkau akan pulang kepada kaummu dan meninggalkan kami?’ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tersenyum, kemudian beliau bersabda, `Tidak. Darah (kalian) ialah darah(ku). Kehormatan (kalian) adalah kehormatan(ku). Aku bagian dari kalian dan kalian bagian dari diriku. Aku memerangi siapa saja yang kalian perangi dan berdamai dengan orang-orang yang kalian berdamai dengannya.’
Setelah itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, `Pilih untukku dua belas naqib (pemimpin) agar mereka menjadi pemimpin bagi kaumnya.’ Mereka memilih dua belas naqib dari mereka; sembilan dari Al-Khazraj dan tiga dari Al-Aus.”
Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1 Halaman 404
Perkataan Al-Abbas bin Ubadah pada Malam Al-Aqabah
Ibnu Ishaq berkata bahwa Ashim bin Umar bin Qatadah berkata kepadaku bahwa ketika kaum Anshar berkumpul untuk membaiat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, maka Al-Abbas bin Ubadah bin Nadhlah Al-Anshari, saudara Bani Salim bin Auf berkata, “Hai orang-orang Al-Khazra, tahukah kalian, untuk apa kalian membaiat orang ini?” Mereka menjawab “Ya, kami tabu.” Al-Abbas bin Ubadah berkata, “Sesungguhnya kalian membait orang ini untuk memerangi orang-orang berkulit merah dan orang-orang berkulit hitam. Jika harta kalian yang habis itu kalian anggap sebagai musibah dan meninggalnya pemimpin-pemimpin kalian itu kalian anggap sebagai pembunuhan, maka menyerahlah kalian sejak sekarang. Demi Allah, jika kalian melakukan hal yang demikian, itulah kehinaan di dunia dan akhirat. Jika kalian yakin bahwa kalian memenuhi apa yang ia serukan kepada kalian, kendati hal tersebut mengurangi harta kalian dan menewaskan orang-orang terhormat kalian, ambillah dia. Demi Allah, itu kebaikan di dunia dan akhirat.” Mereka berkata, “Kami mengambilnya kendati hal ini mengurangi harta kami dan menewaskan orang-orang tehormat kami. Jika karena melakukan hal tersebut, kami mendapatkan apa wahai Rasulullah?” Rasulullah SAW bersabda, “Surga.” Mereka berkata, “Ulurkan tanganmu!” Rasulullah SAW mengulurkan tangannya kemudian mereka membaiat beliau. Ashim bin Umar bin Qatadah berkata “Demi Allah, Al-Abbas berkata seperti itu untuk menguatkan rantai Rasulullah SAW di leher mereka.”
Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1 Halaman 405
Ka’ab bin Malik berkata, “Setelah kami membaiat Rasulullah Shallallahu a!aihi wa Sallam, syetan menjerit dari atas Al-Aqabah dengan teriakan keras yang bisa aku dengar, `Hai penduduk Al-Jabajib, ketahuilah bahwa Muhammad dan orang-orang murtad bersamanya telah bersatu untuk memerangi kalian.’
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, `Ini Azab, syetan Al-Aqabah. Ini anak Azyab. Dengarkan wahai musuh Allah, demi Allah, aku pasti mematikanmu.’
Setelah itu, Rasulullah SAW bersabda kepada kaum Anshar, `Pulanglah kalian ke pos kalian’.”
Sebagian Orang-orang Anshar Ingin Segera Perang
Al-Abbas bin Ubadah bin Nadhlah berkata kepada Rasulullah SAW, “Demi Allah yang mengutusmu dengan membawa kebenaran, jika engkau mau, kami akan pergi kepada orang-orang di Mina dengan pedang-pedang kami.” Rasulullah SAW bersabda, “Kami tidak diperintahkan untuk itu. Pulanglah kalian ke pos kalian.”
Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1 Halaman 421
“Sebelum terjadinya baiat AI-Aqabah, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak diizinkan berperang dan darah tidak dihalalkan bagi beliau. Beliau hanya diperintahkan berdakwah kepada jalan Allah, bersabar terhadap semua gangguan dan memaafkan orang ****. Ketika itu, orang-orang Quraisy menyiksa kaum Muhajirin yang mengikuti beliau hingga mengeluarkan mereka dari agama mereka dan mengusir mereka dari negeri mereka. Kaum Muslimin Makkah berada di antara disiksa karena agamanya dan disiksa di depan mereka atau lari ke negeri-negeri lain. Di antara mereka ada yang lari ke Habasyah, ada yang lari ke Madinah dan ada yang lari ke negeri-negeri lain.
Ketika orang-orang Quraisy semakin membangkang kepada Allah Azza wa Jalla, menolak kehendak Allah untuk memuliakan mereka, mendustakan Nabi-Nya Shallallahu Alaihi wa Sallam, menyiksa dan mengusir (?) hamba-hamba-Nya yang menyembah-Nya, mentauhidkan-Nya, membenarkan Nabi-Nya dan berpegang teguh kepada agama-Nya, maka Allah Azza wa Jalla mengizinkan Rasul-Nya Shallallahu Alaihi wa Sallam berperang, menahan, mengalahkan orang-orang yang mendzalimi kaum Muslimin dan menindas mereka. Ayat pertama yang turun kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang mengizinkan beliau berperang, darah dihalalkan bagi beliau dan memerangi orang-orang yang menindas beliau seperti dikatakan kepadaku dari Urwah bin Az-Zubair dan ulama-ulama lain ialah firman Allah Tabaraka wa Ta’ala:
Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu, (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: “Tuhan kami hanyalah Allah.” Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa, (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (QS 22:39-41)
Jelas sekali, bahwa alasan Muhammad “DIIJINKAN BERPERANG” oleh awloh kayalannya adalah karena dia mendapat dukungan dari orang-orang Anshar. Kalau saja dia tidak pernah berjumpa dengan orang-orang Anshar yang beringas dan doyan merampok itu, mungkin saja ayat-ayat palsu tentang “JIHAD” tidak akan pernah dikarangnya.
Ide “Jihad” ini memang berasal dari orang-orang Anshar.