Saat Ini, Seluruh Mata Tertuju Kepada Ahok
Melihat sepak terjang yang begitu memuakkan dan menjijikkan dari Anies Baswedan dan Sandiaga Salahuddin Uno, tentu membuat kita bertanya-tanya. Mengapa seorang lulusan Amerika dan seorang super kaya ini bisa-bisanya bertindak bodoh dan sengaja membuat Jakarta menjadi gaduh?
Apakah mereka sudah melupakan semua pendidikan mereka? Kita tahu bagaimana Anies sempat merupakan pentolan kampusnya, dan bahkan dapat beasiswa ke Amerika. Kita juga tahu Sandiaga Uno adalah salah satu alumni SMA yang isinya lelaki semua, tipikal sekolah unggulan di Jakarta?
Mengapa tindak tanduk mereka justru sama sekali tidak mencerminkan apa yang mereka sudah pelajari di sekolah? Apakah justru jangan-jangan mereka memakan bangku-bangku sekolah secara harfiah? Apakah mereka diajarkan untuk menjadi rayap, yang memakan kayu-kayu di bangku sekolah?
Mengapa seorang terpelajar bisa-bisanya membuka lapangan kerja yang tidak manusiawi seperti becak? Pertanyaan-pertanyaan begitu banyak di benak saya, setiap kali mendengar bunyi-bunyian yang dihasilkan dan disenandungkan dari nada sumbang tak berbobot dari kedua orang ini.
Anies Baswedan dengan keahlian tata katanya, bahkan sampai disanjung-sanjung oleh Zeng Wei Jian sebagai gubernur terbaik di Jakarta. Bayangkan, gubernur terbaik di Jakarta, bisa disebut dari bibir Zeng Wei Jian yang merupakan seorang mantan narapidana kasus narkoba. Bagi saya, Anies itu… Jangankan gubernur terbaik, dia adalah gubernur terbalik.
Sedangkan Sandiaga Uno, seorang kaya yang sedang berurusan dengan pihak kepolisian, malah menjadi orang yang berkata-kata tidak sesuai dengan kapasitasnya sebagai seorang wakil gubernur. Bayangkan saja dia sampai ingin mewacanakan becak listrik. Maksudnya disetrum, gitu? Daripada becak listrik, mengapa tidak memfasilitasi dengan becak motor? Sudah perah dengan istilah bentor asal Medan?
Maafkan saya sebelumnya, bahwa saya harus mengatakan jika mereka mati pun, saya tidak perduli. Kekecewaan warga Jakarta terhadap kinerja Anies Sandi begitu dirasakan. Bayangkan saja para lansia dibiarkan mengantre untuk mengambil fasilitas Transjakarta Care.
Mereka harus mengantri panjang di daerah Cawang dekat UKI, kantor pusat Transjakarta untuk mendaftarkan diri, dan harus kembali keesokan harinya. Inikah yang dinamakan menghargai orang tua? Anies Sandi kurang ajar.
Dengan ketidakbecusan dua badut yang menggunakan seragam dinas DKI Jakarta, seluruh mata yang sempat dipalingkan hanya karena agama yang berbeda, mulai perlahan melirik kepada sosok yang sinarnya tidak pernah padam di Mako Brimob. Dialah Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Orang ini mulai dilirik. Seluruh mata dan mulut mulai membicarakan orang ini. Mereka merindukan Ahok.
Percayalah, Ahok sehat-sehat saja. Foto terakhirnya, memperlihatkan dirinya yang semakin kurus, dengan raut wajah yang agaknya mendapat banyak tekanan. Iya, dia tertekan, namun tetap hidup. Ahok terlihat begitu kesakitan, kesepian, dan juga sebagai seorang ayah, tentu kebutuhan biologisnya begitu kering.
Orang yang tidak bersalah, harus dibuat bersalah dan begitu tersiksa di balik jeruji besi. Melihat orang ini, saya teringat tentang seorang nabi bernama Ayub. Ia bukan orang yang miskin. Ia memiliki harta yang banyak. Ia merupakan seorang yang memiliki anak dan istri yang mengasihinya.
Namun di dalam seizin Tuhan, setan menarik seluruh apa yang ada dari dirinya, sampai ia tinggal seorang diri, dengan penyakit kulit yang begitu gatal dirasakannya, bahkan ia harus sampai gunakan pecahan-pecahan beling untuk menggaruk kulitnya.
Memang Ahok tidak se-menderita Ayub. Setidaknya Ahok memiliki perasaan yang sedikit banyak mirip dengan apa yang dirasakan Ayub. Ketika menderita, mereka sama-sama tidak tahu menahu mengenai alasan apa yang membuat dirinya kesulitan. Kita tahu bahwa Ahok divonis 2 tahun karena terbukti menista agama, dan saya yakin bahwa orang ini menerimanya dengan hati yang lapang.
Tetapi bagaimana dengan permasalahan yang dihadapinya saat ini? Kita tahu bahwa kehidupan pribadinya pun terganggu. Lantas apa yang menjadi rencana Tuhan, yang semua dari kita harus percaya bahwa akan mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Tuhan? Sekali lagi, saya memiliki keyakinan yang kuat, bahwa Ahok sedang dibentuk untuk hari depan yang lebih baik.
Bagaimanapun juga, sosok Ahok begitu dirindukan, dan telah menjadi teladan yang begitu disanjung oleh banyak warga. Mereka yang memilih Anies Sandi, pun sekarang mulai melirik kepada Ahok. Seolah di dalam diamnya mereka dan ketidakberdayaan para warga yang diinjak-injak oleh Anies Sandi, begitu terdengar jeritan mereka kepada sosok Ahok.
Ahok, kapan engkau kembali? Kami sudah merindukanmu. Pemimpin saat ini hanya bisa merusak apa yang sudah Anda kerjakan. Pemimpin saat ini tidak lebih dari seonggok daging busuk yang merusak Jakarta. Dengan apa lagi mereka bisa dipulihkan, kecuali dibuang ke tempat sampah? Karena sejatinya, mereka sudah tidak bisa didaur ulang lagi.
Betul kan yang saya katakan?
Jika pembaca Seword ingin melihat dan menikmati buah pemikiran saya yang lainnya, silakan klik link berikut:
https://seword.com/author/hans-sebastian/
Atau silakan add Facebook saya Hysebastian