purchase books written by me.

purchase books written by me.
harga buku Rp. 21.000,- atau US$ 7.00

Tuesday, October 25, 2016

Teror dan pembunuhan oleh Muhammad bagian ke-6

Teror dan pembunuhan oleh Muhammad bagian ke-6


Teror Tujuh Puluh Sembilan

Penyerangan Atas Taif oleh Muhammad—January, 630M


Seperti yang telah ditulis sebelumnya (Teror 77), tentara pagan dari suku Thaqif dan B. Hawazin dan beberapa suku yang lain yang melarikan diri dari Perang Hunayn berlindung di Taif. Kota Taif terkenal akan perkebunan anggurnya yang subur dan dikelilingi perbentengan yang kokoh. Ali Dashti menulis bahwa Taif merupakan tempat pariwisata bagi masyarakat Mekah. Masyarakat B. Thaqif tidak berpihak kepada Muhammad karena hubungan baiknya dengan masyarakat Mekah. (Dahsti, hal. 77). Para pelarian perang berlindung dalam benteng Thaif yang kokoh, dan pintu2 benteng ditutup dan mereka bersiap untuk melakukan perang. Kota itu dapat bertahan menghadapi pengepungan yang lama sampai berbulan-bulan jika perlu, karena mereka punya persediaan air yang cukup. Para pelarian perang menimbun bahan makanan yang cukup untuk waktu setahun lebih. Diantara para pelarian terdapat pemimpin mereka yakni Malik dari B. Hawazin, dan Adry yang adalah anak laki filantropis terkenal yakni Hatim dari B. Tayii.

Di lain pihak, setelah memenangkan Perang Hunayn, Muhammad langsung menuju Taif. Ketika dia tiba di sana, Muhammad mendapatkan bahwa masyarakat Thaqif dan para pelarian perang telah masuk ke dalam benteng2 mereka yang kokoh. Jadi Muhammad mengadakan pengepungan selama 15 (atau 20) hari. Dalam perjalanan menuju Taif, dia meninggalkan jejak teror, darah, dan penghancuran. Mula2 dia berhenti di Bahrat al-Rugha dan membangun sebuah mesjid dan sembahyang di sana. Di tempat ini Muhammad memerintahkan pembunuhan atas seorang Hudhayl yang sebelumnya telah membunuh seorang Muslim dari B. Layth. Lalu dia mengumumkan tata cara hidup untuk hidup atau hukum balas dendam karena pembunuhan. Di ayat QS 2:178, Allah merestui aturan keadilan yang ditetapkan Muhammad.

Setelah itu dia berhenti di Liyyah dan memerintahkan penghancuran istana milik ketua Hawazin yakni Malik. Seperti yang telah diterangkan sebelumnya, Malik telah melarikan diri ke Taif dan bersembunyi dalam benteng Thaqif. Dari Liyyah Muhammad pergi ke Nakhb. Di perjalanan, dia mengubah nama beberapa tempat dengan alasan sepele hanya karena dia tidak suka akan nama2 aslinya. Ketika di Nakhb, Muhammad memerintahkan penghancuran taman yang dikelilingi tembok milik seseorang hanya karena orang itu tidak mau ke luar dari rumahnya ketika Muhammad memerintahkannya begitu. Dalam perjalanan berikut, Muhammad berhenti di Taif dan mendirikan tendanya dekat benteng utama di mana masyarakat Thaqif berlindung. Orang2 yang tinggal di sekeliling benteng terpaksa menyerah padanya.

Tentara Thaqif menghujani tentara Muhammad dengan panah2 dan membunuh beberapa Muslim. Karena itu, Muhammad mundur lagi dan mendirikan tendanya di tanah yang lebih tinggi. Dia mendirikan mesjid di sana dan mendirikan dua tenda merah bagi istri2nya Umm Salamah dan Zaynab bt. Jahsh. Dia terus mengepung perbentengan Taif, sambil sembahyang di mesjid yang baru dan tinggal bergiliran di kedua tenda istri2nya.

Pada saat ini, Tufayl ibn Amr al-Dawsi dengan 400 tentara tiba dan bergabung dengan Muhammad. Sebelumnya mereka berada di Dhu al-Kaffayn untuk menghancurkan patung berhala (lihat Teror 78). Mereka membawa ketepel dan Testudo. Tentara Thaqif terus-menerus menyerang Muslim dengan panah dan api dari balik bentengnya, dan tidak pernah ke luar. Tentara Muslim tidak bisa mendekati tembok benteng.

Lalu Muhammad menggunakan mesin2 perangnya yang baru: ketepel dan Testudo. Tentara Taif sudah bersiap penuh untuk menghadapi serangan semacam ini. Tentara Muslim yang baru datang menggunakan ketepel dan melemparkan batu ke dinding benteng sampai berlubang. Lalu tentara Muslim dikirim masuk lewat lubang ini dengan menggunakan Testudo. Ketika tentara Muslim ke luar dari Testudo, tentara Thaqif menyiram mereka dengan besi meleleh dan menghujani mereka dengan anak panah, sehingga beberapa Muslim mati dan banyak yang terluka. Dikisahkan bahwa anak Abu Bakr yakni Abd Allah luka parah di perang ini. Dia tidak pernah pulih dari lukanya dan akhirnya mati. Akibat disiram besi cair dan hujan panah, tentara Muslim berlarian menyelamatkan diri.

Muhammad menutup jalur jalan suplai makanan ke Thaqif. Tapi masyarakat Thaqif tenang2 saja. Mereka sudah menimbun cukup banyak makanan untuk pengepungan jangka panjang. Lalu Muhammad memerintahkan perkebunan anggur Thaqif yang terkenal itu dipotong dan dibakar. Dia sudah pernah melakukan cara potong dan bakar pohon seperti ini sewaktu mengepung B. Nadir dan dia ingat betapa efektifnya cara itu. Perintahnya dilaksanakan dengan penuh semangat oleh para prajuritnya. Orang2 Thaqif mulai merasa takut dan mencoba berkomunikasi dengan Muhammad. Untuk mengatur perjanjian keamanan dengan orang2 Thaqif, Muhammad lalu mengirim Abu Sufyan b. Harb dan al-Mughira b. Shuba untuk berdiskusi dengan mereka.

Anak wanita Abu Sufyan yang bernama Aminah menikah dengan pria Thaqif bernama Urwa b. Masud dan mereka berdua memiliki seorang anak laki. Selain mereka, terdapat sejumlah wanita2 Quraish dan B. Kinanah di dalam benteng. Abu Sufyan ingin mengungsikan para wanita dan anak2 karena dia tidak mau mereka semua jatuh ke tangan tentara Muslim. Pemimpin Thaqif meminta Muhammad berhenti membabati pohon2 anggur mereka yang berharga. Sebagai gantinya, para wanita dan anak2 Quraish dan B. Kinanah boleh ikut ke luar benteng bersama Abu Sufyan. Muhammad berhenti memotongi pohon2 anggur. Abu Sufyan meminta para wanita Quraish meninggalkan benteng, tapi mereka tidak mau ke luar dan lebih memilih tinggal bersama masyarakat Thaqif. Karenanya misi perdamaian Abu Sofyan gagal membuahkan hasil.

Pengepungan terus berlanjut. Muhammad menawarkan kemerdekaan bagi budak2 Thaqif jika mereka mau meninggalkan para majikan Thaqif mereka dan memeluk Islam. Sebagian besar para budak tidak menanggapi tawaran Muhammad. Hanya 13 sampai 23 budak yang bersedia ke luar dan memeluk Islam. Muhammad pun memberi mereka kemerdekaan.

Pada saat ini, seorang Muslimah mendekati Muhammad dan memintanya jika Allah menganugerahkan kemenangan bagi Muslim, maka Muhammad hendaknya memberinya perhiasan milik wanita2 Thaqif. Demikianlah motivasi kaum Muslim dalam melakukan Jihad!

Setelah mengepung selama 15 hari, Muhammad mulai jadi tak sabar. Para pengikutnya juga sudah tidak sabar ingin cepat2 menikmati barang jarahan dari Perang Hunayn yang dikumpulkan di Jirana. Mereka mulai mengomel pada Muhammad dan dia tidak tahu harus berbuat apa. Lalu tiba2, dia mendapat sebuah mimpi buruk dan Abu Bakr mengartikan mimpinya sebagai tanda sial akan pengepungan jangka panjang ini. Muhammad setuju dengan interpretasi Abu Bakr atas mimpinya. Dia lalu memerintahkan pembongkaran perkemahan tentara Muslim dan meninggalkan tempat itu untuk pergi ke Jirana. Yang sebenarnya terjadi adalah seorang ahli perang menasehati Muhammad bahwa tentara Thaqif dapat dikalahkan dengan mudah di kemudian hari jika mereka sedang tidak bersembunyi di dalam bentengnya. Keadaan saat mereka berada dalam benteng itu seperti seekor rubah bersembunyi dalam liangnya (sukar dikalahkan atau ditangkap). Muhammad yang cerdik mengetahui kebenaran nasehat ini dan memutuskan untuk mengakhiri pengepungan sambil bersumpah untuk menghukum Thaqif setelah dia selesai membagi-bagikan harta jarahan Perang Hunayn. Beberapa pengikutnya mengeluh karena mereka tidak dapat harta jarahan dan wanita2 cantik Thaqif. Muhammad menghibur dan membujuk mereka untuk bersabar guna mendapat kemenangan di kemudian hari. Dia tidak terburu-buru.

Dua belas tentara Muslim tewas dalam pengepungan Taif. Mereka terdiri dari 7 orang Quraish, 4 orang Ansar, dan 1 dari B. Layth. [Ibn Ishak, p.591]
Dari pengepungan ini kita bisa melihat motif terbesar para Jihadis yang bergabung dengan Muhammad yakni keserakahan untuk mendapatkan barang jarahan. Hal ini misalnya tampak pada pernyataan wanita yang datang menghadap Muhammad untuk minta jarahan perhiasan wanita2 Thaqif. Karenanya muncul anekdot yang mengatakan bahwa para Jihadis terutama mengincar kaum wanita pihak musuh!

Ketika masyarakat Thaqif melihat tentara Muhammad meninggalkan tempat, mereka menangis penuh rasa bahagia. Mendengar sorakan kegembiraan itu, seorang Muslim baru bernama Uyaynah b. Hisn menunjukkan rasa solidaritas dengan masyarakat Thaqif dengan mengaku bahwa mereka memang menang. Seorang prajurit Muslim menegurnya karena berkata begitu, tetapi Uyaynah menjawab bahwa sesungguhnya dia ikut perang ini untuk menikmati wanita2 Thaqif. Dia berkata, “Demi Tuhan, aku tidak datang untuk berperang melawan Thaqif bersamamu, tapi aku berharap agar Muhammad menang sehingga aku bisa dapat seorang budak wanita Thaqif yang nantinya akan kuhamili dan dia akan melahirkan seorang anak laki bagiku karena orang2 Thaqif terkenal sebagai orang2 yang cerdas.” Ketika Umar menyampaikan apa yang dikatakan Muhammad kepada Uyaynah, Muhammad berkata, “[Orang ini menunjukkan] kebodohan yang dapat dimaklumi.” [Tabari, vol.ix, p.25]

Di bagian berikut akan kita lihat keserakahan tanpa batas para Jihadis terhadap barang jarahan.

Pembagian Harta Jarahan Perang Hunayn

Setelah meninggalkan Taif, Muhammad langsung menuju Jirana di mana semua barang jarahan dari Perang Hunayn dikumpulkan (lihat Teror 77). Ini adalah salah satu hasil jarahan terbesar yang pernah didapat para Jihadis. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, jarahan terdiri dari 6.000 wanita dan anak2, 24.000 unta, 40.000 domba, dan 4.000 ons perak. Para Muslim sangat tidak sabar lagi untuk menikmati barang jarahan ini dan Muhammad harus segera meninggalkan Taif untuk menyenangkan hati mereka.

Ketika Muhammad tiba di Jirana, sekelompok utusan Hawazin menjumpainya untuk memintanya melepaskan kaum wanita dan anak2 mereka. Sebelum diperkenankan menghadap Muhammad, mereka diharuskan memeluk Islam terlebih dahulu. Seorang dari para utusan itu yakni B. Sa’d b. Bakr tersungkur di lantai sambil memohon atas dasar hubungan darah. Muhammad menjawab bahwa mereka harus memilih: para wanita dan anak2 mereka atau harta benda mereka.

Mereka tidak bisa mendapatkan keduanya, begitu ketetapan Muhammad. Para pria B. Hawazin ingin mendapatkan keluarga mereka kembali, dan tidak peduli akan ternak dan harta benda mereka. Dikisahkan bahwa B. Sa’d b. Bakr berasal dari suku yang sama dengan Halimah, wanita yang menyusui Muhammad sewaktu bayi. B. Sa’d b. Bakr mengingatkan Muhammad bahwa sebagian tawanan adalah saudara2 Muhammad berdasarkan hubungannya dengan Halimah. Pada saat perundingan tentang para tawanan inilah Muhammad bertemu dengan saudara wanita angkatnya Shyama (lihat Teror 77).
Karena permintaan yang penuh harapan dan hubungan darah tak langsung ini, hati Muhammad tergerak (sedikiiit saja). Dia mau melepaskan bagian tawanannya (yakni seperlima atau 1.002 wanita dan anak2) dan dia juga meminta para Muslim lain secara sukarela melepaskan tawanan mereka pula. Sebagian Muslim melakukannya dengan rela, tapi sebagian besar tidak mau. Ketika Muhammad mengetahui hal ini, dia mengadakan negosiasi dengan para Muslim. Dikatakannya jika seorang tentara Muslim bersedia melepaskan seorang tawanan, maka dia akan menerima 6 ekor unta. Dengan perjanjian ini, sebagian besar tawanan wanita dan anak2 akhirnya bisa bebas. Ini Hadisnya.

Hadith Sahih Bukhari, Volume 3, Book 46, Number 716:

Dikisahkan oleh Marwan dan Al-Miswar bin Makhrama:
Ketika utusan2 dari suku Hawazin datang menghadap sang Nabi dan mereka memintanya untuk mengembalikan barang2 dan tawanan2 perang. Sang Nabi berdiri dan berkata kepada mereka, “Aku punya orang2 lain yang berkepentingan dengan hal ini (seperti yang kau lihat) dan keputusan yang paling arif daripadaku adalah yang benar. Kau boleh memilih antara barang2mu atau tawanan2 perang karena aku telah menunggu pembagian jarahan.” Sang Nabi telah menunggu mereka lebih dari 10 hari sejak dia tiba dari Ta’if. Karenanya, setelah jelas bagi mereka bahwa sang Nabi tidak akan mengembalikan keduanya tapi hanya salah satu saja, mereka berkata, “Kami memilih para tawanan.” Sang Nabi berdiri diantara para pengikutnya dan memuji Allah sebagaimana Dia layak menerimanya dan berkata, “Orang2 ini telah datang kepada kita dengan pertobatan, dan aku melihat selayaknya untuk mengembalikan tawanan2 perang. Jadi, barang siapa yang bersedia melakukan hal ini dengan rela hati, dia boleh melakukannya, dan barang siapa yang tetap mau memiliki bagiannya sampai kami menggantinya dengan jarahan perang yang pertama yang Allah berikan kepada kita, maka dia boleh melakukannya (menyerahkan tawanan perangnya).” Orang2 menjawab, “Kami mau melakukannya (mengembalikan tawanan perang) dengan suka rela.” Sang Nabi berkata, “Kami tidak tahu yang mana dari kalian yang setuju dan yang mana yang tidak setuju. Jadi kembalilah dan biarkan pemimpinmu menyampaikan keputusanmu.” Lalu orang2 kembali dan berdiskusi akan hal ini dengan para pemimpin mereka yang lalu kembali menghadap Muhammad dan memberitahu bahwa semua orang rela membebaskan tawanan perang mereka. Inilah yang kami dengar tentang tawanan2 Hawazin. Dikisahkan oleh Anas bahwa Abbas berkata kepada sang Nabi, “Aku membayar uang tebusan bagi kebebasanku dan kebebasan Aqil.”

Dari bagian tawanan2 wanita miliknya, Muhammad menghadiahi menantunya, Ali, seorang budak wanita bernama Raytah bt. Hilal untuk dinikmati Ali semaunya. Muhammad juga menghadiahi menantunya yang lain Uthman b. Affan seorang budak wanita bernama Zaynab bt. Hayyan. Dia juga menghadiahi Umar b. Khattab seorang budak wanita yang dimerdekakan. Umar lalu memberikan wanita ini kepada anak lakinya, Abd Allah. Abd Allah lalu mengirim wanita ini kepada pamannya agar wanita ini siap melayaninya setelah dia menjalani ibadah mengelilingi Kabah! Kebanyakan rekan2 elit Muhammad menerima hadiah budak2 wanita. Dikabarkan bahwa Abd Allah kemudian melepaskan budak seksnya setelah dia mendengar Muhamad meminta para Muslim untuk melepaskan tawanan2 mereka.

Uayanah b. Hisn menerima seorang janda tua sebagai tawanan, dan dia berhadap dapat uang tebusan bagi wanita ini. Ketika dia mendengar permintaan Muhammad untuk membebaskan tawanan wanita, dia sangat kecewa dan tidak mau mengganti janda ini dengan 6 ekor unta. Seorang rekannya lalu memintanya “untuk melepaskannya karena mulut janda itu tidak dingin dan buah dadanya tidak montok, dia tidak bisa mengandung lagi, air susunya sudah kering dan suaminya pun juga tidak peduli.” Karena sedih mendengar penjabaran wanita ‘tiada guna’ ini, Uayanan b. Hisn akhirnya membebaskannya dan dapat ganti 6 ekor unta. Lalu Uayanah bertemu kawannya di al-Aqre dan mengomel tentang permintaan Muhammad. Kawannya menjawab, “Demi Tuhan, kau kan tidak mendapatkan wanita itu ketika dia masih perawan” [Tabari, vol. ix, pp.29-30]

Muhammad lalu menawarkan Malik, ketua kaum Hawazin, yang sedang bersembunyi di Taif untuk ke luar menemui Muhammad. Jika Malik bersedia memeluk Islam, maka Muhammad akan mengembalikan keluarganya dan harta bendanya. Ketika berita ini didengar Malik, dia meninggalkan Taif diam2 dan menghadap Muhammad di Jirana. Malik memeluk Islam dan dia mendapatkan keluarganya kembali. Setelah jadi Muslim, dia membantu Muhammad memerangi masyarakat Thaqif.

Rupanya kaum Muslim tidak senang dengan kemurahan hati Muhammad terhadap musuhnya. Mereka khawatir sikap Muhammad akan mengurangi jatah jarahan dan tawanan perang yang seharusnya mereka dapat. Mereka merasa bagian upah mereka diambil setelah melakukan perang sengit. Maka ketika Muhammad pergi setelah membebaskan tawanan Hunayn, para Muslim mengejarnya dan berkata, “O Rasul Allah, bagi2lah unta2 dan ternak2 diantara kami.” [Tabari, vol. ix, p.31] Mereka sangat bersikeras dan memaksa sampai2 mereka mendorong Muhammad sampai punggungnya bertumbuk pada sebuah pohon, lalu mereka mengambil mantelnya. Para Jihadis mengamuk karena barang jarahannya diambil dari mereka. Muhammad dengan putus asa berteriak, “Kembalikan mantelku, orang2, karena demi Tuhan jika kau punya domba sebanyak pohon2 di Tihama, aku akan membagi-bagikannya diantaramu. Aku tidak bersalah atau bersikap pengecut.” [Ibn Ishak, p.594] Untuk menenangkan gerombolan Jihadis yang haus jarahan ini, Muhammad bahkan terpaksa berjanji pada mereka untuk menyerahkan bagiannya (1/5 jarahan total = khums) pada para Jihadis. Setelah mendengar janji itu, para Jihadis melepaskan Muhammad yang sangat amat tertekan.

Muhammad memberi hadiah2 khusus sebagai sogokan kepada mereka yang baru saja masuk Islam, yakni kaum Quraish, agar mereka senang. Untuk mendukung tindakannya ini, dia berkata bahwa iman Islam kaum Quraish kurang kuat, jadi dia harus menyogok mereka dengan harta untuk mengambil hatinya. Ini Hadis yang menerangkan usaha menyogok yang dilakukan Muhammad.

Hadith Sahih Bukhari, Volume 4, Book 53, Number 374:

Dikisahkan oleh Anas:
Sang Nabi berkata, “Aku beri orang2 Quraish agar mereka lebih kuat dalam Islam, karena hidup mereka penuh ketidakpedulian (artinya mereka baru saja masuk Islam dan belum begitu kuat imannya)”

Allah dengan gesit menyetujui penyogokkan ini dengan menurunkan ayat QS 9:60. Bahkan kaum Quraish yang masih pagan juga menerima hadiah. [Rodinson, p.264] Dia memberikan 100 unta bagi orang2 terkemuka yang baru masuk Islam seperti Abu Sufyan b. Harb, dua putranya Muawiyah dan Yazid, Safwan b. Uumayyah, Suhayl b. Amr, Uyayanah b. Hisn dll. Ketika Abu Sufyan mengomel dan minta tambah hadiah baginya dan kedua putranya, Muhammad memberi mereka 40 ons emas (harga jaman sekarang sekitar US$ 16.000). Safwan b. Umayyah minta hadiah lebih dan Muhammad memberinya tambahan lagi 200 unta, jadi seluruhnya dia menerima 300 unta. [Mubarakpuri, p.484] Mereka lalu dikenal sebagai “Orang2 Ratusan.” Muhammad tidak hany menyogok Muslim baru dengan uang dan harta benda, tapi dia juga memberi kedudukan yang penting. Putra Abu Sufyan yang bernama Yazid jadi gubernur Tayma dan putranya yang lain Muawiya jadi sekretaris Muhammad. [Rodinson, p.272] Muslim2 baru di bawah ranking sosial para elite Quraish menerima kurang dari 100 unta per orang. Sebagian hanya menerima 50 unta. Beberapa Muslim baru tidak suka akan “penyogokan diskriminasi” ini dan mereka menghadap Muhammad. Untuk menutup mulut para Muslim baru ini, Muhammad memberi mereka lebih banyak unta2 sampai mereka puas dan berhenti mengritiknya.

Ketika Jihadis sejati bernama Juayl b. Suraqah mengomel tentang ketidakadilan Muhammad tentang pembagian harta jarahan B. Hawazin, Muhammad menjawab, “Demi Dia yang memiliki jiwaku, Juayl b. Suraqah lebih berharga daripada seluruh dunia penuh dengan orang2 seperti Uyayanah b. Hisn dan al-Aqra b. Habis, tapi aku harus memperlakukan mereka dengan murah hati agar mereka memeluk Islam, dan aku telah percaya akan iman Islam Ju’ayl b. Suraqah.” [Tabari, vol. ix, p.34]

Semua jarahan Hunayn dibagi-bagikan diantara kaum Quraish dan Bedouin. Kaum Ansar tidak dapat apa2! Mereka sangat tidak senang dan perasaan tak suka mereka terdengar oleh Muhammad. Kaum Ansar khawatir bahwa sekarang Muhammad lebih memilih orang2 sukunya, Quraish. Muhammad lalu mengumpulkan orang2 Ansar dan berkata kepada mereka bahwa orang2 lain mendapatkan barang jarahan, tapi orang2 Ansar memiliki Muhammad, dan ini lebih berharga daripada barang jarahan. Lalu Muhammad meneteskan airmata (buaya??) bagi mereka dan berjanji bahwa dia adalah bagian kaum Ansar. Mendengar itu, kaum Ansar merasa puas. Lihat Hadis Sahih Muslim, book 4, Hadith number 2303 untuk penjelasan lebih lanjut.

Setelah bertemu dengan orang2 Ansar, Muhammad meninggalkan Jirana untuk melakukan Umroh. Dia memerintahkan sisa jarahan disimpan di Majanna, suatu tempat yang aman. Setelah menjalankan Umroh, dia kembali ke Medina dan meninggalkan Muadh b. Jabal di Mekah untuk mengajar tentang Islam kepada kaum Muslim baru. Muhammad mengangkat Attab b. Asid, seorang Muslim baru, sebagai gubernur Mekah dengan bayaran 1 Dirham per hari. Sisa jarahan lainnya dibawa ke Medina. Muhammad tiba di Medina di bulan April, 630. [Tabari, vol ix. p.38]
Dari jarahan Jirana, setiap Jihadis mendapat 4 unta dan 40 domba. Setiap prajurit pengendara kuda mendapat tambahan lebih bagi kudanya. Prajurit berkuda menerima 12 unta dan 120 domba. Kalau dihitung dalam nilai uang rupiah saat ini, maka mudah dimengerti mengapa para Jihadis itu begitu giat untuk ikut Muhammad.

Setelah Muhammad kembali ke Medina, dia menunjuk beberapa penagih pajak untuk mengumpulkan pajak Jizya, kalau perlu dengan paksa, dari suku2 yang menolak masuk Islam.

Teror Delapan Puluh

Serangan Atas B. Tamim oleh Uyana b. Hisn—July, 630M

Ketika tagihan pajak paksa Jizya terhadap para kafir jadi semakin berat, beberapa suku berontak melawan Muhammad. B. Tamim tidak mau membayar Jizya dan mengajak beberapa suku untuk melawan penagih pajak Muslim. Maka Muhammad mengirim Uyana b. Hisn dengan 50 pasukan berkuda untuk menghukum B. Tamim dan menarik Jizya dari mereka. Uyana menyerang B. Tamim ketika mereka sedang menggembalakan unta2 mereka. Kebanyakan orang2 B. Tamim melarikan diri ketakutan. Uyana mengambil unta2 dan ternak2 lain, menangkap 11 pria, 21 wanita, dan 30 anak2 sebagai barang jarahan ke Medina. Muhammad memenjarakan semua orang ini. Ketika masyarakat B. Tamim mendengar tentang nasib saudara2 mereka, mereka mengirim 10 orang utusan menghadap Muhammad dan meminta agar tawanan dilepaskan. Orang ini datang ke Medina dan berteriak keras2 memanggil Muhammad yang sedang beristirahat di rumahnya. Allah tidak suka akan tindakan mereka yang tak sopan ini dan cepat2 mengirimkan QS 49:4, menegur sikap kasar orang2 Arab Bedouin dan melarang orang berteriak dengan suara lebih keras dari suara Muhammad. Dengan jengkel Muhammad bicara singkat dengan mereka dan lalu dia sembahyang. Allah juga menurunkan QS 49:6 memperingatkan Muhammad untuk menelaah kenyataan sebelum memutuskan sesuatu. Lalu Muhammad melakukan negosiasi panjang dengan utusan B. Tamim. Pertandingan puisi dilaksanakan untuk menetukan agama siapa yang lebih baik: Islam atau Pagan. Tentu saja Islam yang menang pertandingan, dan utusan B. Tamim memeluk Islam. Muhammad lalu melepaskan para tawanan pria, wanita, dan anak2. Setelah mereka masuk Islam, Muhammad memuji mereka dan lalu Aisha membebaskan seorang budak dari B. Tamim. Ini Hadisnya.

Sahih Bukhari, Volume 3, Book 46, Number 719:


Dikisahkan oleh Abu Huraira:
Aku mengasihi masyarakat suku Bani Tamim setelah kudengar tiga hal yang Rasul Allah sebut tentang mereka. Aku mendengar dia berkata, “Orang2 ini (dari suku Bani Tamim) akan berdiri teguh melawan Ad-Dajjal.” Ketika Sadaqat (memberi uang sumbangan) dari suku itu datang, Rasul Allah berkata, “Ini adalah Sadaqat dari kawan2 kita.” Aisha memiliki seorang budak wanita dari suku itu, dan sang Nabi berkata pada Aisha, “Merdekakan dia karena dia adalah keturunan Ismael (sang Nabi).”

Teror Delapan Puluh Satu

Melakukan Teror Terhadap B. al-Mustaliq untuk dapat Jizya—July, 630M

Seperti yang tersirat dalam hukum Islam tentang perlakuan terhadap orang2 non-Muslim, penagih pajak datang ke masyarakat B. al-Mustaliq untuk minta Jizya. Orang2 itu mengelilingi penagih pajak. Untuk menghindari kekerasan, penagih pajak melarikan diri ke Medina. Muhammad lalu mengancam orang2 B. al-Mustaliq dengan teror dan balas dendam. Orang2 B. al-Mustaliq yang ketakutan lalu menerima penagih pajak dengan hormat dan membayar Jizya padanya.

Teror Delapan Puluh Dua

Serangan Mendadak atas B. Khatham di Talabah oleh Qutbah ibn Amir ibn Hadidah—August, 630M

Muhammad mengirim Qutbah ibn Amir dan 20 tentara untuk melakukan serangan mendadak terhadap B. Khatamah yang tinggal di Tabalah, dekat Turbah. Alasan penyerangan adalah semata-mata untuk menjarah. Para tentara Muslim membunuh seseorang yang pura2 tampak bodoh. Lalu mereka menyerang masyarakat B. Khatham pada saat mereka tidur. Tentara Muslim membunuh siapapun yang mereka temui dan merampok sejumlah besar unta2, kambing2 dan para wanita sebagai barang jarahan.

Teror Delapan Puluh Tiga

Penyerangan Atas B. Kilab di al-Zuji oleh al-Dahak ibn Sufyan al-Kilabi—August, 630M

Muhammad mengirim al-Dahak ibn Sufyan ke al-Zuji untuk mengajak orang2 B. Kilab memeluk Islam. Ketika mereka menolak, tentara2 Muslim menyerang mereka dan memaksa mereka berlarian pergi ketakutan. Diantara para Muslim terdapat seorang Jihadis sejati bernama al-Asyad. Dia bertemu dengan ayahnya yang bernama Salamah yang sedang mengendarai kuda. Al-Asyad meminta ayahnya masuk Islam. Tapi ayahnya malah menegurnya karena memeluk Islam. Al-Asyad jadi marah dan dia memotong kuda ayahnya. Ketika ayahnya terjatuh, dia lalu menangkapnya sampai para Muslim yang lain tiba di tempat itu dan membunuhnya. Untuk menyembunyikan kejadian pembunuhan yang barbarik dan memalukan ini, sejarawan Muslim seperti Ibn S’ad dengan jelas menulis bahwa al-Asyad tidak membunuh ayahnya dengan tangannya sendiri. [Ibn Sa’d, vol. ii p.201]

Teror Delapan Puluh Empat


Pemaksaan Agama terhadap Penyair Ka’b—August, 630M

Ka’b ibn Zuhayr, seorang penyair Mekah biasa menyusun puisi satir yang menyerang Muhammad (Ingat? Para penyair pada jaman itu adalah seperti jurnalis di jaman sekarang). Ketika Muhammad menaklukkan Mekah, dia memaksa saudara laki Ka’b yakni Bojayr (yang juga seorang penyair) untuk masuk Islam. Setelah jadi Muslim, Bojayr jadi tidak suka akan saudaranya dan lalu pergi ke Medina. Lalu dia menulis surat pada Ka’b bahwa sang Nabi membunuhi orang2 yang telah menghinanya atau mengejeknya, dan setiap penyair yang dulu melakukan hal itu sekarang lari meninggalkan Mekah dan karena itu sebaiknya Ka’b datang ke Medina, memeluk Islam atau menghadapi ancaman kematian. Muhammad memang sangat merasa terganggu dengan tulisan puisi Ka’b. Karena ketakutan, Ka’b mencari tempat pelarian di mana2 tapi tidak berhasil. Setelah usahanya gagal, dia akhirnya datang menghadap Muhammad dan minta maaf. Setelah dia masuk Islam, Muhammad memaafkannya.

Teror Delapan Puluh Lima

Penyerangan Atas Abysinia di Pantai Jeddah oleh Alaqamah b. Mujazziz—September, 630M

Sekelompok orang2 Abysinia (Ethiopia) tiba di kota pantai Jeddah. Kaum Muslim takut kalau mereka adalah bajak laut sehingga mereka lari meninggalkan kota. Ketika Muhammad mengethaui hal ini, dia mengiri Alaqamah b. Mujazziz mengepalai 300 tentara Muslim. Alaqamah mengejar orang2 Abysinia (atau al-Habasha) dan memaksa mereka mundur ke sebuah pulau. Ketika air pasang, orang2 Abysinia itu melarikan diri.

Teror Delapan Puluh Enam


Pembalasan Pembunuhan di Dhu Qarad oleh Alaqamah b. Mujazziz—September, 630M

Setelah berhasil dalam tugas mengusir orang2 Abysinia di tepi pantai Jedah oleh Alaqamah b. Mujazziz, Muhammad mengirimnya untuk membalas pembunuhan anak laki Abu Dhar Ghifari (Teror 40) di Dhu Qarad. Alqama dan prajuritnya kembali tanpa pertarungan.

Teror Delapan Tujuh


Penghancuran Berhala Yakut Milik B. Tayii idol Yakut di al-Fuls oleh Ali b. Talib—September, 630M

Muhammad mengirim Ali bersama 200 pasukan berkuda untuk merampok tempat ibadah masyarakat B. Tayii. Meskipun banyak masyarakat B. Tayii yang bergama politheis (pagan), ketua mereka yang bernama Adi b. Tayii, anak filantropis Arab legendaris bernama Hatim Tayii, beragama Kristen. Sebelumnya dia bergabung dalam benteng masyarakat Thaqif di Nakhla yang hampir semuanya pagan. Ini jelas menunjukkan hal yang bertentangan dengan yang ditulis oleh sejarawan Muslim bahwa di jaman Jahiliya. (sebelum Muhammad) tidak dikenal toleransi agama di Jazirah Arabia. Ketika Muhammad menyerang Thaqif, Adi b. Hatim Tayii melarikan diri dan tinggal bersama masyarakatnya di al-Fuls. Ali melakukan serangan tiba2 di pagi hari di kuil al-Fuls di mana berhala Yakut berada. Yakut digambarkan sebagai dewa yang berbentuk seekor kuda yang melambangkan kegesitan. [Yusuf Ali, The Holy Qur’an, Appendix xiii, p.1619] Tentara Muslim menghancurkan patung berhala ini, membakar kuil al-Fuls sampai habis, menjarah tempat tinggal masyarakat B. Tayii dan mengambil banyak barang rampasan, termasuk 3 pedang termashyur di bawah reruntuhan berhala Yakut. Mereka juga menawan sejumlah pria, wanita dan anak2. Ketua B. Tayii, Adi b. Hatim Tayii, melarikan diri ke Syria untuk bergabung dengan sekutu2 Kristen.

Diantara para tawanan terdapat saudara wanita Adi b. Hatim. Ali membawanya beserta beberapa tawanan lain menghadap Muhammad. Mereka disekap di dalam sebuah mesjid. Saudara wanita Adi b. Hatim in sudah berusia sangat lanjut dan dia memohon ampun dari Muhammad dan memintanya untuk mencari saudara lakinya Adi. Karena permohonannya yang terus-menerus, akhirnya Muhammad membebaskannya dan membantunya untuk mencari Adi. Ali menyediakan seekor unta baginya untuk mencar Adi di Syria. Sewaktu bertemu, dia meminta Adi untuk memeluk Islam karena Muhammad telah bermurah hati padanya. Adi menyetujui anjuran saudara wanitanya dan dia datang menghadap Muhammad. Muhammad menguliahi dia tentang Islam. Seperti yang telah ditulis sebelumnya, Adi b. Hatim adalah penganut Kristen. Dia juga sering mengambil ¼ bagian dari barang jarahan. Muhammad menuduhnya melanggar ajaran Kristen karena melakukan hal itu (bagian jarahan Muhammad adalah 1/5).

Ketika Muhammad menanyakan mengapa Adi merasa ragu memeluk Islam, Adi menjawab bahwa saat itu hanya sedikit sekali orang yang memeluk Islam. Lalu Muhammad menjanjikannya banyak harta jika dia pindah agama. Dia juga menjanjikan akan menaklukkan Babylon. Mendengar janji banyak harta, Adi cepat2 pindah agama dan masuk Islam. Muhammad lalu menunjuknya lagi untuk jadi ketua suku B. Tayii.

Pada saat ini, Muhammad meramalkan bahwa lambang akhir dunia adalah seekor wanita mengendarai unta tanpa perlindungan.

Teror Delapan Puluh Delapan


Penyerangan Atas al-Jinab dan B. Udrah di Bali oleh Ukkash b. Mihsan—October, 630M

Muhammad mengirim sekelompok tentara yang kuat, dipimpin oleh Ukkash b. Mihsan ke Bali untuk menundukkan suku Udrah dan al-Jinab. Tidak ada tulisan sejarah yang menerangkan kegiatan teror ini lebih detail.

Teror Delapan Puluh Sembilan


Membunuh Orang Pagan merupakan Tindakan Terpuji — October, 630M

Sewaktu berbagai suku di Jazirah Arabia menyadari kebuasan tentara Muhammad, mereka mengambil keputusan untuk masuk Islam. Alasan lain karena mereka dapat tambahan harta karenanya. Banyak para ketua suku yang menghadap Muhammad dan menawarkan persekutuan dengan imbalan pembagian barang jarahan dan pajak paksa Islam yakni Jizya dan Zakat. Beberapa raja2 Himyar (para pemimpin Arabia Selatan: Yemen, Hadhramaut, Oman, Bahrain, etc.) melakukan hal ini. Raja2 ini adalah pengikut Kaisar Persia. Pada saat itu Kekaisaran Persia sedang melemah dan para raja haus harta ini dengan cepat berpihak kepada Muhammad dengan maksud untuk mendapat harta lebih banyak sambil mempertahankan kedudukan mereka. Mereka mengirim surat2 kepada Muhammad yang menyatakan mereka masuk Islam dan ingin mendapat bagian barang jarahan dan uang yang masuk dari pajak paksa.

Muhammad menyatakan rasa sukanya karena raja2 Himyar ini masuk Islam. Dia memuji mereka karena mereka membunuhi orang2 pagan dan memerintahkan mereka untuk taat kepada Allah dan RasulNya, bayar Zakat, beri Khums (1/5 jarahan) kepada Muhammad, hak spesial bagi Muhammad untuk memilih barang yang disukainya dari jarahan (Safi) sebagai tambahan Khums.

Muhammad kemudian menjabarkan lebih lanjut mengenai Zakat. Jika seorang Yahudi atau Kristen memeluk Islam, maka hak orang itu akan sama dengan orang Muslim lainnya. Orang Yahudi dan Kristen tidak perlu dipaksa masuk Islam asalkan mereka bayar Jizya. Jika mereka tidak mau bayar Jizya, maka mereka menjadi musuh Allah dan Muhammad sehingga harus dibunuh.

Lalu Muhammad memerintahkan raja2 Himyar untuk menyerahkan Zakat dan sumbangan dana lain kepada penagih pajak Muslim sampai Muhammad puas dengan uang yang diterima. Dana yang dipungut bukan untuk Muhammad dan keluarganya, tapi untuk kepentingan para Muslim yang tak mampu. Muhammad juga menulis surat terima kasih kepada raja2 Himyar yang membunuhi orang2 pagan. Begini isi suratnya:

“Malik B. Murrah al-Rahawa telah melaporkan padaku bahwa engkau adalah yang pertama dari masyarakat Himyar yang memeluk Islam dan engkau telah membunuh orang2 pagan. Karenanya bergembiralah atas nasib baikmu. Rasul Allah adalah ketuamu pada saat kau kaya dan miskin.”[ Tabari, vol. ix, p.76]

Teror Sembilan Puluh

Penyerangan Atas Tabuk oleh Muhammad—October, 630M -April, 631M

Sekembalinya dari pengepungan Taif, Muhammad tinggal di Medina selama beberapa bulan sambil terus melakukan kegiatan teror terhadap beberapa suku2 Arab yang tinggal di sekitar Medina. Perampokan2nya sudah ditulis di bagian terdahulu. Lalu dari kabar burung Muhammad menerima berita bahwa bala tentara Byzantium bersiap-siap di Tabuk untuk menyerang Medina. Pikir Muhammad, tentunya ini adalah serangan balasan atas serangan Muslim di Mu’tah. Terdengar pula kabar bahwa Kaisar Romawi telah membayar gaji prajuritnya setahun penuh di muka untuk mendapatkan loyalitas prajuritnya. Muhammad seketika memerintahkan mobilisasi umum untuk serangan militer terhadap tentara Byzantium.

Saat itu sedang terjadi kemarau panjang dan cuaca sangat panas. Banyak para Muslim yang enggan pergi bergabung untuk melakukan Jihad. Mereka juga lelah atas perang terus-menerus. Mereka ingin menikmati hidup damai dengan barang jarahan yang baru mereka terima. Banyak Muslim yang datang kepada Muhammad dengan berbagai alasan agar tidak usah ikut perang. Muhammad memberi ijin untuk tidak ikut perang Jihad bagi 82 Muslim. Kalau biasanya dia merahasiakan tujuan Jihad, sekarang Muhammad terang2an mengumumkan untuk memerangi Byzantium di Tabuk. Meskipun enggan terus-menerus melakukan Jihad, tapi 30.000 Muslim akhirnya bergabung dalam perjalanan untuk perang ini. Ini merupakan jumlah satuan tentara Muslim terbesar di Arabia. Dari 30.000 orang terdapat 10.000 pasukan berkuda. Masalah utama yang dihadapi adalah panasnya cuaca dan sedikitnya persediaan air yang mereka bawa.

Dari tulisan sejarah bisa dilihat motivasi para Jihadis sebenarnya adalah untuk menjarah harta benda lawan. Selain suka akan harta jarahan, mereka pun suka akan tawanan wanita. Hal ini tampak di kisah ini:

Seorang Jihadi bernama Jadd b. Qays merasa enggan ikut Jihad ketika Muhammad datang kepadanya. Dia terkenal sebagai pria yang doyan wanita. Dia menjawab, “O Rasul Allah, mohon ijinkan aku tidak ikut. Demi Tuhan, kawan2ku tidak ada yang lebih suka akan wanita daripada diriku. Aku takut jika aku melihat para wanita Banu Asfar (wanita2 Byzantium), aku tidak akan dapat mengontrol diriku.” Muhammad berpaling pergi sambil berkata padanya, “Aku mengijinkanmu tidak ikut pergi.” Allah menurunkan QS 9:49 untuk Jadd, yang isinya menegur mereka yang memilih untuk tinggal di rumah daripada ikut perang. [Tabari, vol ix, p.48] Allah juga menurunkan QS 9:42-48 yang memperingatkan mereka yang ragu2 untuk ikut Jihad.

Seorang yang munafik membujuk orang2 untuk tidak ikut Jihad karena panasnya terik matahari dan juga menyebarkan kabar buruk tentang Muhammad. Untuk memperingatkan para munafik ini, Allah mengeluarkan QS 9:81-82, bahwa panas neraka akan jauh lebih hebat lagi. Banyak para munafik yang berkumpul di rumah Suwaylim, orang Yahudi yang baru saja masuk Islam dan enggan bergabung dengan Muhammad untuk Jihad. Muhammad memerintah Talha b. Ubaydullah dan beberapa orang untuk membakar rumah Suwaylim pada saat orang2 berada di rumahnya. Talha melakukan hal itu. Kebanyakan orang2 berhasil menyelamatkan diri, tapi satu orang patah kakinya ketika melompat dari atap rumah. [Ibn Ishak, pp.782-783]

Muhammad mencari dana bantuan dari orang2 sekitar dan banyak dari mereka yang dengan murah hati membantu secara finansial bagi rencana militer ini. Menantunya Uthma b. Affan menyumbang 1.000 Dinar, dan ini merupakan sumbangan terbesar. Beberapa Jihadis terpaksa ditolak untuk ikut perang karena jatah makanan dan perlengkapan perang ternyata kurang. Beberapa Jihadis hanya diberi satu ekor unta dan beberapa buah kurma untuk bergabung dalam Jihad.

Akhirnya Muhammad dan tentaranya pergi ke Tabuk dengan segala kekuatan. Tabuk terletak 250 mil dari Medina, di daerah perbatasan Kekaisaran Byzantium. Muhammad mendirikan kemahnya di Thaniyat al-Wada. Musuh bebuyutan Muhammad, Abdullah ibn Ubayy, juga ikut pergi dalam Jihad ini dan mendirikan tenda yang terpisah dari perkemahan Muhammad. Lalu ketika Muhammad berangkat lagi ke Tabuk, Abdullah ibn Ubayy tinggal di tempat dengan beberapa Muslim yang ragu2 dan munafik. Karenanya Allah menurunkan QS 9:48 tentang kesia-siaan akal bulus para munafik. Abdullah ibn Ubayy di kemudian hari mati tak lama setelah Muhammad kembali dari Tabuk.

Muhammad juga meninggalkan Ali b. Abi Talib di Medina untuk menjaga keluarganya sendiri. Beberapa Muslim munafik membuat Ali marah karena menyebarkan berita bahwa Ali hanyalah beban bagi Muhammad. Dengan jengkel, Ali pergi membawa pedangnya untuk bergabung dengan Muhammad dalam perang. Dia berhasil menyusul Muhammad di al-Jurf. Dia lalu mengutarakan pada Muhammad apa yang didengarnya dari orang2 tentang dirinya. Muhammad mengatakan padanya bahwa para munafik itu bohong dan Ali sebaiknya kembali kepada keluarganya. Muhammad meyakinkan dirinya bahwa Ali baginya adalah seperti Harun bagi Musa. Setelah puas mendengar penjelasan Muhammad, Ali kembali kepada keluarganya dan Muhammad melanjutkan perjalanan ke Tabuk.

Pada saat Muhammad berada di al-Hijr, orang2 menimba air dari sumur untuk minum. Setelah meninggalkan al-Hijr, Muhammad melarang orang2nya untuk minum dan bersih2 dengan air dari daerah orang yang tak mengenal Allah. Jika mereka menggunakan air itu untuk membuat makanan, maka makanan itu harus diberikan kepada unta2 mereka. Dia juga melarang setiap pengikutnya ke luar malam tanpa ditemani orang lain. Seorang Jihadis melanggar aturan ini. Dia berangkat di malam hari seorang diri dan waktu kembali dia tercekik. Seorang Jihadis lain ke luar di malam hari untuk mencari untanya, tapi lalu dia terbawa badai pasir yang hebat. Ketika Muhammad berdoa bagi orang yang tercekik, maka orang itu sembuh. Orang yang dibawa badai akhirnya entah bagaimana tiba kembali ke Medina. Ketika orang2 ngomel karena tidak ada air, Muhammad berdoa kepada Allah dan lalu Allah dengan cepat mengirim awan gelap dan hujan turun dengan lebat.

Muhammad terus melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan, untanya tersasar dan para pengikutnya pergi untuk mencari unta ini. Seorang munafik berkata bahwa Muhammad yang adalah seorang nabi ternyata tidak tahu di mana untanya berada. Karena mendengar hinaan tentang status kenabiannya, Muhammad lalu menebak di mana untanya berada. Para pencari pergi ke arah itu dan menemukan unta tersebut.

Sejumlah orang munafik yang bergabung dengan perjalan perang ke Tabuk menyatakan keraguan mereka untuk bisa menang perang melawan tentara Byzantium dan perkataan mereka memberi pengaruh kepada tentara Muslim lain yang mendengarnya. Ketika Muhammad menegur mereka, mereka menjawab bahwa mereka hanya iseng mengatakan hal itu. Tentang hal ini, Allah menurunkan QS 9:65 tentang perkataan munafik yang tidak bertanggung jawab.

Teror Sembilan Puluh Satu


Pemaksaan Memeluk Agama dan Jizya Atas Orang2 Kristen dan Yahudi —December, 631M

Ketika tentara Muslim berada dekat Tabuk, ternyata mereka tidak menjumpai tentara Byzantium sama sekali. Seluruh usaha dan perjalan perang yang berat ternyata tidak berguna sama sekali sehingga tentara Muslim jadi sangat kecewa karena mereka tentunya tidak bisa menerima jarahan perang yang besar. Untuk memuaskan keserakahan para Jihadisnya akan jarahan perang, Muhammad lalu merencanakan untuk menyerang suku2 di daerah sekitar dan memeras uang dari mereka. Jadi ketika dia mencapai Tabuk, dia mengancam para pemimpin daerah itu. Dia mengirim surat kepada Yuhanna b. Ru’bah, pangeran Kristen di Ayla dan meminta Yuhanna untuk masuk Islam, kalau tidak mau diserang. Yuhanna dengan cepat tunduk dan melakukan perintah Muhammad memeluk Islam. Muhammad memaksanya bayar pajak Jizya sebanyak 300 Dinar (US$15.000) per tahun (yakni 1 Dinar per kepala karena terdapat 300 orang penduduk di situ). Dalam peristiwa ini, orang2 tua dibunuh dan anak2 dijadikan tawanan perang. Muhammad juga memerintahkan Yuhanna untuk membayar uang tanda hormat kepada kawan2 dekat Muhammad seperti Zayd, Khalid, Maslama, dll.

Perlakuan yang sama juga diterapkan kepada masyarakat Yahudi di Makna, Adhruh dan Jarba (benteng tua di jalan yang dibuat orang Romawi dari Busra ke Laut Merah). Mereka dipaksa masuk Islam. Mereka harus bayar pajak dan dengan ini Muhammad menjanjikan perlindungan dan bantuan bagi sesama Muslim. Muhammad menentukan pajak sebesar ¼ dari apapun yang mereka hasilkan. Beberapa tindakan teror lain akan diungkapkan di bagian berikut.

Muhammad berkelana di daerah perbatasan Byzantium selama 10 malam, mengajak semua masyarakat yang dia jumpai saat itu untuk memilih masuk Islam atau diperangi. Lalu dia kembali ke Medina.


Bagian2 akhir dari Sura 9 dinyatakan pada saat ini. Beberapa ayat yang paling keras yakni ayat Pedang (QS 9:5) dinyatakan setelah Muhammad kembali dari Tabuk. Ketika dia tiba di Medina, dia menegur mereka yang memilih untuk tetap tinggal di Medina tanpa mendapat ijin darinya. Allah menyetujui teguran Muhammad di QS 9:39-51. Yang paling keras ditegur adalah para Bedouin yang tidak mau ikut Jihad (QS 9:97).

Beberapa penulis biografi [Mubarakpuri, pp.504-505] menyatakan bahwa sekembalinya dari Tabuk, beberapa tentara Muslim munafik berusaha membunuh Muhammad dengan melemparkannya dari jurang. Akan tetapi usaha mereka tidak berhasil karena Allah memasukkan rasa takut dalam hati mereka. Ketika usaha pembunuhan ini gagal, Allah menyatakan QS 9:73-74 yang menyuruh Muhammad bersikap keras terhadap para kafir dan munafik.

Teror Sembilan Puluh Dua


Penyerangan Ketiga Atas Dumat al-Jandal: Pemaksaan Jizya terhadap Ukaydir oleh Khalid b. Walid—March-April, 631 M

Setelah kembali dari Tabuk dan menandatangai perjanjian damai dengan beberapa suku2 non-Muslim, Muhammad merasa aman. Taktik terornya ternyata sangat berhasil, dan dia tidak punya alasan untuk berperang dan menyerang lagi. Satu2nya hal yang dia takutkan adalah was Ukaydir ibn Abd al-Malik al-Kindi, pangeran Kristen di Dumat al-Jandal (Duma). Tanpa alasan jelas, Muhammad menyebarkan desas-desus bahwa Ukaydir sedang ber-siap2 untuk melancarkan serangan terhadap pihak Muslim. Jadi ketika mempersiapkan bala tentara Muslim kembali ke Medina dari Tabuk, dia mengirim Khalid ibn Walid bersama 500 pasukan berkuda untuk mengatasi ancaman ini. Tentara Muslim yang lain kembali ke Medina.

Khalid lalu pergi menyerang Duma. Dia tidak menemui banyak perlawanan, akan tetapi pintu gerbang benteng kota tertutup rapat2. Ketika Khalid menyerang benteng tsb., Ukaydir sedang berada di atas atap benteng bersama istrinya. Saudara laki Ukaydir yang bernama Hassan pada saat sedang pulang dari berburu kerbau liar. Khalid menangkap Hassan dan membunuhnya. Setelah itu Khalid mengatakan pada Ukaydir bahwa dia akan membunuhnya jika pintu gerbang kota tidak dibuka. Ukaydir akhirnya menyerah dan pintu benteng dibuka. Tentara Muslim masuk benteng dan menangkap Ukaydir. Khalid mengambil baju berdekorasi emas milik Hassan dan menyuruh seorang kurir untuk membawa baju ini dan memberikannya kepada Muhammad. Ketika menerima hadiah baju itu, Muhammad memandang rendah keindahan baju kebesaran ini dengan mengatakan bahwa kain lap Sa’d b. Muadh di surga jauh lebih indah daripada baju Hassan.

Tentara Muslim lalu menjarahi kota Dumah. Mereka merampas 200 ekor unta, 800 domba, 400 baju perang dan sejumlah besar persenjataan. Khalid kembali ke Tabuk membawa barang2 jarahan, juga Ukaydir dan saudara lakinya yang lain yang bernama Musad. Setelah tiba di Medinah dan bertemu dengan Muhammad, Ukaydir dan saudaranya diampuni dan tidak dibunuh asalkan mereka berdua setuju untuk membayar pajak Jizya. Ukaydir dan saudaranya setuju atas perintah Muhammad dan mereka berdua kembali ke kota kerajaan mereka. Ini Hadisnya.

Hadis Sunan Abu Daud, Book 19, Number 3031:

Dikisahkan oleh Anas ibn Malik, Uthman ibn Abu Sulayman
Sang Nabi mengirim Khalid ibn al-Walid ke Ukaydir di Dumah. Dia (Ukaydir) ditaklukkan dan mereka membawanya menghadap kepadanya (sang Nabi). Dia (Muhammad) mengampuni jiwanya dan berdamai dengannya dengan syarat bahwa dia harus bayar jizyah (pajak keamanan).

Seperti yang ditulis di Hadis Sahih Bukhari 2:24, di saat ini Muhammad juga mengumumkan perintah untuk memerangi non-Muslim.

Hadis Sahih Bukhari, Volume 1, Book 2, Number 24:

Dikisahkan oleh Ibn ‘Umar:
Rasul Allah berkata, “Aku telah diperintahkan (oleh Allah) untuk memerangi orang2 sampai mereka mengaku bahwa tidak ada yang patut disembah selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah, dan melakukan sembahyang dengan sempurna dan membayar zakat, sehingga jika mereka melakukan hal itu, maka selamatlah nyawa dan harta mereka dariku kecuali dari hukum2 Islam dan amal mereka akan dihitung oleh Allah.”

Teror Sembilan Puluh Tiga

Penghancuran Berhala Wadd di Dumat al-Jandal oleh Khalid ibn Walid—April, 631M

Dewa Wadd [Yusuf Ali, The Holy Quran, appendix xiii, p.1616] ditampilkan dalam rupa patung seorang pria bertubuh besar dan kuat, dilapisi dua lapis jubah, bersenjatakan pedang di pinggangnya dan busur di pundaknya. Berhala ini diduga terletak di salah satu gedung2 istana Duma. Ketika Khalid b. Walid sedang berada di Duma, Muhammad memberinya perintah untuk menghancurkan patung berhala yang indah ini. Khalid hendak menghancurkan patung itu, tapi dia mendapat perlawanan sengit dari masyarakat B. Abd Wadd dan B. Amir al-Ajdar yang memeranginya demi membela patung dewa mereka. Setelah bertarung, akhirnya Khalid berhasil mengalahkan mereka. Khalid lalu menghancurkan patung itu sampai berkeping-keping dan mengobrak-abrik kuil. Seorang warga B. Abd Wadd dibunuh. Ibunya yang hancur hatinya menjatuhkan diri di atas tubuh anaknya dan dia pun mati. [Ibn al-Kalbi, p.48]

Teror Sembilan Puluh Empat


Penghancuran Mesjid Saingan di Dhu Awan oleh Muhammad--April, 631M

Dalam perjalanan pulang dari Tabuk menuju Medina, Muhammad berhenti di Dhu Awan di Quba (sekitar 4 km dari Medina), satu jam perjalanan dari Medina. Dia sana sebuah kelompok Muslim membangun sebuah mesjid. Sebelumnya, ketika Muhammad sedang bersiap melakukan perjalanan menuju Tabuk, kelompok Muslim ini mendekati Muhammad dan berkata, “Wahai Rasul Allah, kami telah membangun mesjid bagi yang sakit dan memerlukan dan untuk hari hujan dan malam yang dingin, dan kami ingin engkau mengunjungi kami dan sembahyang bersama kami.” [Tabari, vol. ix, p.61] Karena saat itu Muhammad sedang sibuk hendak berangkat ke Tabuk, dia minta ijin untuk tidak mengunjungi mesjid tapi dia berjanji akan berkunjung sekembalinya dari Tabuk.

Ketika Muhammad berhenti di Dhu Awan, dia menuduh pembangun mesjid melakukan hal yang menyimpang. Dia lalu mengirim segerombolan Jihadis untuk membakar dan menghancurkan mesjid yang baru saja dibangun itu. Dia berkata pada kawanan Jihadisnya, “Pergilah ke mesjid itu yang pemiliknya adalah orang2 yang sesat dan hancurkan dan bakar mesjid itu.” [Tabari, vol. ix, p.61] Kawanan Jihadis masuk mesjid dan membakarnya ketika tempat itu dipenuhi jemaat yang berkumpul untuk melakukan sembahyang maghrib. Para jemaat berlarian ketakutan menyelamatkan diri. Allah dengan gesitnya menurunkan ayat2 QS 9:107, 110 yang membenarkan penghancuran mesjid2 saingan. Untuk lebih mengesahkan tindakannya akan mesjid ini, Muhammad mengarang cerita bahwa dia menduga para pembangun “Mesjid Sesat” ini merencanakan untuk membunuhnya. Lalu dia memuji kualitas mesjid pertama (yang dikenal sebagai Masjid Takwa) yang dibangun olehnya di Quba ketika dia hijrah ke Medina dan di mesjid itulah dia meminta pengikutnya untuk sembahyang. Perintah ini ditulis di Quran 9:108-109.Setelah para Jihadis kembali ke Medina, beberapa dari mereka mulai menjual peralatan perangnya, karena mereka pikir Jihad sudah berakhir. Tapi Muhammad menghentikan tindakan mereka sambil berkata, “Sebagian orang2ku akan terus berperang bagi kebenaran sampai munculnya Anti Kristus.” [Ibn Sa’d, vol.ii, p.205] Dia juga mengaku bahwa Allah telah memerintahnya untuk berperang melawan kafir2 sampai seluruh dunia memeluk Islam. Ini Hadisnya.

Hadith Sahih Bukhari, Volume 1, Book 2, Number 24:

Dikisahkan oleh Ibn 'Umar:
Rasul Allah berkata: “Aku telah diperintah (oleh Allah) untuk memerangi orang2 sampai mereka mengaku bahwa tidak ada yang layak disembah selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah, dan melakukan sembahyang dengan sempurna dan memberi zakat, sehingga jika mereka melakukan hal2 tsb, maka mereka menyelamatkan nyawa mereka dengan menaati hukum Islam dan lalu amal mereka akan diperhitungkan oleh Allah.”

Teror Sembilan Puluh Lima

Penghancuran Berhala al-Lat di Taif oleh Abu Sufyan b. Harb—April, 631M

Sepuluh bulan setelah Muhammad berhenti mengepung Taif, masyarakat Thaqif masih tetap melaksanakan ibadah pagan mereka. Seperti yang telah ditulis di bagian sebelumnya, Urwa b. Masud yang merupakan orang Thaqif dan perantara bagi orang2 Quraish di Hudaibiya pergi ke Yemen untuk berlatih menggunakan peralatan perang modern. Sekembalinya dari Yemen, dia mendapatkan bahwa semua orang Mekah, kecuali suku2 Taif (masyarakat Thaqif), telah memeluk Islam.

Melihat besarnya kekuasaan Muhammad, Urwa lalu pergi ke Medina dan menghadap Muhammad. Urwa memeluk Islam di hadapan Muhammad. Lalu dia berkata kepada Muhammad bahwa dia akan kembali ke Taif dan mengajak orang2 di sana untuk memeluk Islam pula. Muhammad memperingatkannya bahwa orang2 Thaqif mungkin akan melawannya dengan sengit karena keputusannya memeluk Islam. Tapi Urwa sangat percaya diri bahwa dia akan berhasil.

Setelah tiba di Taif di sore hari, Urwa mengumumkan kepada masyarakat Thaqif bahwa dia sekarang telah menjadi Muslim dan mengajak orang2 untuk melakukan hal yang sama. Dia lalu naik balkon istananya dan meneriakkan Adhzan sekuat tenaga. Masyarakat Thaqif marah sekali melihat perbuatan Urwa sehingga mereka menghujaninya dengan panah dari segala penjuru. Urwa terluka berat di tangannya dan dia lalu mati karena lukanya. Ketika berita kematiannya terdengar Muhammad, dia memuji Urwa karena keberaniannya. Muhammad menjajarkan Urwa dengan nabi Yasin yang juga mati dibunuh orang2nya.

Masyarakat Thaqif mereka puas setelah membunuh Urwa. Tapi kebahagiaan mereka hanya berlangsung sekejap saja. Setelah itu mereka terus-menerus diserang orang2 B. Hawazin di bawah pimpinan Malik. Serangan2 berat ini membuat orang2 Thaqif tidak bisa menggembalakan ternak mereka, menghancurkan sumur2 sumber air mereka, dan ladang rumput mereka. Cadangan pangan bangsa Thaqif mulai berkurang dan tak lama kemudian mereka tidak punya cukup kekuatan untuk melawan Arab2 Muslim yang mengepung mereka. Karena itu, 6 kepala suku Thaqif dan 15 sampai 20 pengikutnya pergi ke Medinna untuk menghadap Muhammad. Pemimpin kelompok ini adalah Abd Yalil b. Amr b. Umayr. Mereka mulai melakukan perjalanan dua minggu setelah Muhammad kembali dari Tabuk ke Medina. Ketika rombongan Taif tiba di Medina, Muhammad menyambutnya dengan ramah dan mendirikan sebuah tenda bagi mereka di sebelah mesjid. Utusan Thaqif tidak punya pilihan selain memeluk Islam terlebih dahulu untuk bisa menghadap Muhammad.

Sebuah perjanjian dibuat diantara masyarakat Thaqif dan Muhammad. Di saat itu mereka minta kepada Muhammad untuk tidak menghancurkan patung berhala al-Lat selama tiga tahun. Muhammad dengan tegas menolak permintaan mereka. Lalu mereka mengurangi waktunya menjadi setahun tapi Muhammad tetap menolak – lalu jadi sebulan, dan Muhammad tetap menolak permohonan mereka. Para utusan Thaqif hanya meminta waktu sesaat saja untuk mempersiapkan mental kaum wanita mereka untuk menghadapi kenyataan pahit akan penghancuran patung al-Lat. Para utusan juga meminta agar mereka tidak usah melakukan sholat dan tidak harus menghancurkan patung al-Lat dengan tangan mereka sendiri. Allah cepat2 menurunkan ayat QS 17:73 yang isinya memperingatkan Muhammad untuk tidak meninggalkan sembahyang. Jadi akan permintaan tentang tidak usah sholat, Muhammad dengan tegas menolak. Tapi Muhammad setuju bahwa orang2 Thaqif tidak usah menghancurkan berhala al-Lat dengan tangan mereka sendiri. Selain itu, masyarakat Thaqif harus memeluk Islam.

Penulis biografi Rodinson menulis bahwa Muhammad membuat kompromi tentang puasa dengan membuat aturan puasa lebih ringan bagi masyarakat Thaqif. [Rodinson, p.269] Meskipun mereka merasa sangat kecewa, mereka berkata, “Wahai Muhammad, kami menyerah padamu akan hal ini meskipun ini sangat menghina.” [Tabari, vol ix, p.45] Anehnya, dalam perjanjian dengan masyarakat Thaqif ini Muhammad disebut sebagai Muhammad ibn Abdallah dan bukan Muhammad Rasul Allah. [Rodinson, p.270]

Setelah rombongan utusan Thaqif meninggalkan Medinah, Muhammad mengirim Abu Sufyan b. Harb dan al- Mughirah b. Shubah untuk menghancurkan al-Lat. Al-Lat adalah dewa yang lebih baru daripada Manat, dan terletak di Taif. Al-Lat berbentuk batu kotak. Setelah mereka tiba di Taif, al-Mughirah menghancurkan berhala al-Lat dengan kampak, lalu dia membakar kuil al-Lat sampai musnah. Setelah itu al-Mughirah mengancam masyarakat Thaqif bahwa mereka akan dibunuh semua jikalau mereka membalas dendam. Para wanita Thaqif lalu ke luar rumah dan menangis melolong dengan sedihnya atas kehancuran al-Lat. Setelah menghancurkan al-Lat, al-Mughirah mengambil perhiasan2 al-Lat berupa emas dan onix dari fondasi kuil dan memberikannya kepada Abu Sufyan. Muhammad memerintahkan Abu Sufyan untuk menggunakan harta jarahan ini untuk membayar hutang2 Urwah b. Masud dan saudaranya al-Aswad b. Masud.

Dengan hancurnya berhala al-Lat dan masyarakat Thaqif yang memeluk Islam, maka lengkaplah sudah penaklukkan Islam atas Hejaz.

Teror Sembilan Puluh Enam

Genosida di Jurash, Yemen oleh Surad b. Abd Allah—October, 631M

Muhammad sekarang ingin menaklukkan seluruh daerah selatan Arabia, terutama Yemen. Usahanya yang pertama untuk menaklukkan daerah ini tidak berhasil. Sekarang setelah seluruh daerah Hejaz tunduk di bawah Islam, dia mengirim Surad b. Abd Allah untuk menyerang Yemen.

Setelah mendapat wewenang dari Muhammad untuk memerangi (maksudnya membunuh) orang2 pagan dan disediakan sepasukan tentara untuk melakukan hal ini, Surad b. Abd Allah menyerang Jurash, kota yang didiami oleh suku2 Yemen. Musuh lawas Surad yang bernama Khattam telah melarikan diri ke tempat ini. Ketika orang2 Yemen mengetahui bahwa tentara2 Muslim akan menyerang mereka, mereka menutup pintu gerbang benteng kota rapat2. Pengepungan berlangsung selama sebulan dan suku2 Yemen tetap tidak mau ke luar dari tempat berlindung. Karena itu Surad pura2 mundur dan meninggalkan tempat itu. Para penduduk Jurash mengira bahaya telah berlalu, sehingga mereka ke luar benteng. Tentara Muslim lalu menyerang mereka dari belakang dan dengan kejamnya melakukan pembantaian massal.

Sebelum penyerangan terhadap orang2 Jurash ini terjadi, sebenarnya orang2 Jurash sudah mengirim dua orang utusan untuk bertemu dengan Muhammad dan mengharapkan perdamaian. Ketika mereka berada di Medina, mereka baru mengetahui bahwa Surad telah berangkat ke Jurash tapi kedua orang ini tetap tinggal di Medina kala Surad sibuk membunuhi orang2 Jurash. Ketika bertemu dengan Muhammad, mereka bertanya kepadanya apa yang terjadi dengan masyarakat mereka di Jurash. Muhammad memberitahu mereka bahwa masyarakat Jurash sedang dibantai bagaikan unta. Lalu Abu Bakr atau Uthman menasehati utusan2 Jurash untuk memohon kepada Muhammad agar masyarakat Jurash diampuni. Mereka lalu melakukan hal itu dan Muhammad pun berdoa bagi masyarakat Jurash. Ketika kedua utusan itu kembali ke Jurash, mereka kaget sekali melihat besarnya kehancuran yang dilakukan tentara Muslim. Dengan rasa takut dan teror dalam hati, utusan2 Jurash ini lalu balik lagi ke Medina untuk bertemu Muhammad dan lalu memeluk Islam.

Teror Sembilan Puluh Tujuh

Perampokan dan Pemaksaan Agama terhadap B. Nakha di Mudhij, Yemen oleh Ali—October, 631M

Ali memimpin 300 rombongan tentara berkuda ke Yemen untuk menyerang B. Nakha di Mudhij. Dia mengumumkan kepada mereka untuk masuk Islam atau mati. Ini adalah serangan teror pertama yang dilakukan pasukan berkuda Ali di Yemen. Ini juga merupakan tentara Hejaz pertama yang dikirim Muhammad untuk menyerang Yemen. Awalnya suku B. Nakha tidak mau masuk Islam. Pertempuran pun terjadi dan tentara Ali membunuh 20 orang. Pada akhirnya tentara B. Nakha kalah, menyerah dan lalu masuk Islam. Beberapa suku dari Mudhaj di Yemen juga akhirnya memeluk Islam. Pasukan Muslim menjarah apapun yang bisa mereka ambil seperti harta benda, wanita, anak2, unta, dan kambing. [Ibn Sa’d, p.210] Ali kembali membawa semua barang jarahan itu. Setelah itu dia bergabung dengan Muhammad untuk melakukan ibadah haji.

Pada waktu melakukan penyerangan dan penjarahan ini, Ali (menantu Muhammad) melakukan hubungan seks dengan wanita2 tawanan perang dan Muhammad senang sekali mendengar besarnya nafsu berahi menantunya. Ini Hadisnya.

Hadis Sahih Bukhari, Volume 5, Book 59, Number 637:

Dikisahkan oleh Buraida:
Sang Nabi mengirim ‘Ali ke Khalid untuk membawa Khumus (barang jarahan) dan aku benci Ali, dan ‘Ali baru saja mandi (setelah berhubungan seks dengan budak wanita dari Khumus). Aku berkata kepada Khalid, “Tidakkah kau lihat dia (Ali)?” Ketika kami bertemu dengan sang Nabi, aku katakan hal itu padanya. Dia berkata, “Wahai, Buraida! Apakah kau membenci Ali?” Kujawab, “Ya.” Dia berkata, “Apakah kau membencinya, karena dia berhak mendapatkan lebih daripada apa yang dia dapat dari Khumus.”

Orang2 B. Nakhla kemudian tunduk di bawah pimpinan Muadh yang adalah wakil Muhammad di Yemen. Dua ratus orang Nakhla pergi ke Medina untuk mengadakan perjanjian persekutuan dengan Muhammad. Mereka tiba di Medina di awal tahun ke 11 Hijrah. Ini adalah rombongan utusan terakhir yang diterima Muhammad. Ketika Muhammad mengirim Muadh untuk jadi gubernur Yemen, dia memerintahkan Muadh untuk tidak menjarah orang2 Yemen jika mereka secara sukarela menyerah masuk Islam. Kalau tidak maka Muadh diperbolehkan menjarah barang2 terbaik milik mereka. Ini Hadisnya.

Hadith Sahih Bukhari, Volume 2, Book 24, Number 573:

Dikisahkan oleh Abu Ma'bad,:
(budak milik Ibn Abbas) Rasul Allah berkata kepada Muadh ketika dia mengirimnya ke Yemen, “Pergilah kau kepada orang2 Kitab. Ketika kau tiba di sana, ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tiada yang layak disembah kecuali Allah, dan bahwa Muhammad adalah RasulNya. Dan jika mereka mentaatimu, katakan kepada mereka bahwa Allah memerintahkan mereka melakukan sembahyang 5 kali di waktu siang dan malam. Dan jika mereka mentaatimu untuk melakukan itu, katakan bahwa Allah mewajibkan mereka untuk bayar Zakat yang akan diambil dari orang2 yang mampu diantara mereka untuk diberikan kepada orang2 miskin diantara mereka. Jika mereka mentaatimu untuk melakukan hal itu, maka janganlah mengambil barang2 terbaik milik mereka, dan takutlah akan kutukan orang yang tertindas karena tidak ada sekat antara doanya dan Allah.”

Teror Sembilan Puluh Delapan


Pemaksaan Agama terhadap Orang2 Hamdan Yemen oleh Ali—December, 631M

Setelah sukses membantai di Jurash dan memaksakan agama Islam di Mudhij, Yemen, Muhammad sekarang ini memaksa semua suku2 yang hidup di Yemen untuk memeluk Islam. Pertama-tama, dia mengirim Khalid b. Walid untuk meminta orang2 Yemen memeluk Islam. Khalid menghabiskan waktu 6 bulan di sana dan hanya bisa mengajak sedikit orang saja untuk masuk Islam. Maka Muhammad meminta Khalid kembali dan mengirim Ali sebagai gantinya. Ini adalah perjalanan kedua bagi Ali ke Yemen. Ketika Ali tiba di kota Hamdan di Yemen, dia melakukan sembahyang subuh di sana. Orang2 berkumpul mengitarinya. Ali menyuruh tentaranya berbaris dalam satu barisan dan membacakan surat dari Muhammad yang memerintah orang2 tersebut. untuk masuk Islam atau dibunuh. Orang2 Hamdan sudah mendengar pembantaian besar2an terhadap orang2 Jurash oleh tentara Muslim sehingga mereka ketakutan dan lalu cepat2 memeluk Islam hari itu juga. Ketika Muhammad menerima berita bahwa orang2 Hamdan masuk Islam karena takut akan ancaman, dia menawarkan perdamaian kepada mereka. Tak lama setelah orang2 Hamdan memeluk Islam, masyarakat lain Yemen yang lain juga melakukan hal yang sama.

Teror Sembilan Puluh Sembilan


Pemaksaan Agama di Najran, Yemen Utara oleh Khalid b. Walid—February, 632M

Penyerangan ini terjadi di hari2 terakhir hidup Muhammad, saat berlangsungnya masa “damai Islami” di Medina. Muhammad mengirim Khalid ke Najran, di daerah Utara Yemen untuk menyerang B. al-Harith b. Ka’b untuk mengajak masyarakat Najran (yang beragama Kristen dan pagan dan tidak punya perjanjian damai dengan Muhammad) memeluk Islam atau harus berperang melawan Muslim. Najran terkenal akan komunitas Kristennya yang besar dan makmur. Terdapat banyak orang pagan tinggal bersama orang2 Kristen dengan damai. Semua masyarakat Najran berasal dari suku B. al-Harith. Setibanya di Najran, Khalid mengumumkan ancaman, memberi masyarakat Najran waktu 3 hari untuk memilih masuk Islam atau mati.

Dia mengumumkan, “Wahai orang2, terimalah Islam, dan kau akan selamat.”[Tabari, vol.ix, p.82] Masyarakat Najran tak punya banyak pilihan selain masuk Islam. Khalid tinggal bersama mereka untuk beberapa lama dan mengajar Quran dan Sunnah dari Muhammad. Lalu Khalid menulis surat kepada Muhammad bahwa masyarakat Najran masuk Islam di bawah ancaman pedang. Muhammad senang mendengar masyarakat B. al-Harith masuk Islam dengan hanya diancam dan tidak usah diperangi segala. Dia membalas menulis surat kepada Khalid untuk memerintahkannya kembali ke Medina dan membawa rombongan utsan B. al-Harith. Ketika Khalid datang bersama rombongan utusan, Muhammad bertanya kepada Khalid siapakah orang2 ini sebab muka mereka lebih mirip orang India. Ketika Khalid mengatakan kepada Muhammad bahwa mereka adalah orang2 Arab Yemen, Muhammad mengomeli mereka berulang-kali karena mereka dulu melawan Muhammad. Dia berkata, “Jika Khalid b. al-Walid tidak menulis surat padaku bahwa kalian telah menyerah dan tidak melawan, sudah kubanting kepala2 kalian ke bawah kakiku.” [Tabari, vol.ix, p.84]
Masyarakat B. al-Harith adalah keturunan budak2 dan mereka tidak pernah melakukan penyerangan atau perampokan. Tapi Muhammad bersikeras menuduh mereka dahulu melawannya sebelum dia menjadi kuat. Akan tuduhan ini mereka menjawab, “Wahai Rasul Allah, kami dahulu biasa mengalahkan mereka yang menyerang kami karena kami adalah keturunan para budak dan kami bersatu, tidak terpecah-belah, dan tidak pernah melakukan hal yang jahat kepada siapapun.” Muhammad akhirnya setuju dengan yang mereka katakan dan dia menunjuk Qays b. al-Husayn sebagai pemimpin baru B. al-Harith.

Muhammad menunjuk Amr b. Hazm al-Ansari untuk mengajar B. al-Harith tentang Islam dan untuk mengumpulkan Zakat dari mereka. Dia menulis beberapa perintah kepada Amr sebelum Amr berangkat ke Najran: untuk memenuhi kontrak (QS 5:1), takut akan Allah (QS 16:128), hanya yang bersih yang boleh menyentuh Qur’an (QS 56:79), bersikap tegas pada mereka yang tidak adil dan memberitahu orang2 akan kabar baik tentang surga (QS 11:18) dan memperingatkan mereka akan neraka, melarang orang2 untuk sembahyang dengan mengenakan satu pakaian kecuali jika pakaian itu ujungnya dapat dilipat sampai ke bahu, tidak boleh meminta kepada suku2 musuh tapi minta hanya kepada Allah saja, siapa yang minta tolong kepada suku2 musuh harus dibunuh pakai pedang, melakukan wudhu dengan menggunakan banyak air, sembahyang tepat waktu, melakukan Ghusl sebagai kewajiban untuk boleh sembahyang bersama, penagih pajak berhak 1/5 dari barang jarahan dan Zakat dari hasil ladang – 1/10 dari hasil ladang yang diairi oleh sungai dan hujan, 1/20 dari ladang yang diairi dengan kantung kulit, 2 domba bagi tiap 10 unta, 1 sapi dari setiap 40 sapi dan 1 sapi jantan dari setiap 30 sapi, 1 domba dari setiap 40 domba yang digembalakan.

Versi lain dari penaklukkan ini mengatakan bahwa al-Harith adalah seorang pendeta Kristen yang tidak mau masuk Islam. Lalu utusan mereka datang ke Medina untuk mendiskusikan tentang masalah ketuhanan. Dikatakan bahwa para Muslim kaget dan bingung melihat kemewahan pendeta B. al-Harith ketika dia datang ke Medina. Allah menurunkan QS 3:61 untuk menegur mereka yang bertengkar dengan RasulNya. [Rodwell p.438, note 19] Akhirnya, al-Harith dan orang2nya setuju untuk bayar pajak Jizya agar tidak dibunuh. Muhammad menerima keputusan mereka dan utusan Kristen kembali ke Najran.[Mubarakpuri, p.527]
Pajak Jizya ditentukan sebesar 1 dinar (atau boleh diganti dengan pakaian2) untuk setiap orang dewasa, laki atau perempuan, merdeka atau budak. Jika orang Yahudi atau Kristen tidak mau bayar Jizya maka mereka menjadi musuh Allah (dan tentunya boleh dibunuh).

Teror Seratus


Penghancuran Berhala di Dhul Khalasa di Yemen and Pemaksaan Agama di Berbagai Suku oleh Jarir ibn Abd Allah—April, 632M

Setelah menyaksikan kegiatan teror, perampokan dan pembantaian massal yang dilakukan tentara Islam yang kuat itu, suku2 Yemen lainnya tidak punya pilihan selain akhirnya menyerah kepada Muhammad dan masuk Islam. Diantara suku2 yang menyerah itu adalah suku B. Murad, B. Zubaid, yang tinggal di daerah pantai Yaman, suku B. Kahlan yang tinggal di Khaulan dan suku B. Bajila. Muhammad mengirim Jarir ibn Abd Allah ke Dhul Khalasa dan memaksa masyarakat B. Bajila untuk menghancurkan patung berhala mereka yang terkenal dengan tangan mereka sendiri. Patung berhala yang mahsyur ini dikenal sebagai Ka’aba Yemen yang terbuat dari batu kwarza putih dan terletak diantara Mekah dan Sa’na. Tentara Muslim menghancurkan kuil, lalu membakarnya, dan membunuh seratus jemaat B. Bajila termasuk penjaga kuil. Selain itu, 200 orang B. Qubafah juga dibantai. Suku lain bernama B. Jorsh di Yemen dipaksa pula masuk Islam. Ini Hadisnya.

Hadis Sahih Bukhari, Volume 5, Book 59, Number 641:

Dikisahkan oleh Jarir:
Di jaman sebelum Islam terdapat sebuah bangunan yang disebut Dhu-l-Khalasa atau Al-Ka'ba Al-Yamaniya atau Al-Ka'ba Ash-Shamiya. Sang Nabi berkata padaku, “Bersediakah engkau membebaskanku dari Dhu-l-Khalasa?" Maka aku pergi bersama 150 tentara berkuda, dan kami menaklukkannya dan membunuhi siapapun yang ada di sana. Lalu aku kembali menghadap sang Nabi dan memberitahukan akan hal itu padanya, dan dia berdoa untuk keselamatanku dan (suku) Al-Ahmas.

Hadis yang sama juga bisa dilihat di Sahih Bukhari 5.59.642

Setelah selesai membantai di Dhu Khalasa, Jarir kembali ke Medina. Di perjalanan dia bertemu dengan seorang utusan yang mengabarkan bahwa Muhammad telah mati . Ini ditulis di Sahih Bukhari 59.645
Terorisme Islam setelah Muhammad mati diteruskan oleh para penggantinya, antara lain Khalifah Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali.


KESIMPULAN

Kumpulan tulisan yang dapat dipercaya tentang sejarah awal Islam ini membuktikan tanpa ragu sama sekali bahwa doktrin utama di belakang semua teror, pembunuhan, dan pembantaian masal yang dilakukan para Jihadis masa kini berakar dalam pada sistem agama Islam. Pendapat yang mengatakan bahwa perang melawan teror Islam bukanlah perang melawan Islam adalah omong kosong belaka. Seorang Muslim teladan (yakni Muslim yang melakukan ajaran Qur’an) adalah seorang teroris – ini adalah pesan utama Quran, buku suci agama Islam. Bacalah Quran dari awal sampai akhir, beberapa kali, dan kau akan mengerti mengapa teroris Islam masa kini melakukan apa yang mereka lakukan sekarang di seluruh dunia. Bacalah semua bagian di laporan ini sekali lagi dan kamu pasti, tanpa ragu, mendapat gambaran jelas tentang Rasul Allah, tujuannya, pendapat2nya, dan yang paling penting adalah rencana2nya, cara2nya, tindakan2nya, dan semua kebutuhan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang dia ingin setiap Muslim untuk mencapainya, yakni membuat Islam menjadi agama dunia walaupun harus membunuh jutaan orang sekalipun.

Seorang Muslim yang tidak melakukan Jihad (artinya di sini adalah kekerasan, teror dan pembunuhan) untuk memaksakan Islam ke seluruh masyarakat dunia bukanlah seorang Muslim sama sekali. Kebanyakan Muslim tidak melakukan apa yang diperintahkan Quran, dan karenanya mereka tidak menjadi teroris. Begitu mereka menyadari tentang “Islam yang sesungguhnya” – yakni Islam yang diajarkan dan dipraktekkan oleh Muhammad – mereka akan kaget sekali dan merasa bingung – mereka bertanya-tanya dimana Islam yang katanya ‘damai, penuh toleransi, anti-kekerasan’ yang dahulu mereka percayai itu. Astaga! Ternyata tiada kedamaian dalam Islam, tiada toleransi dalam Islam, tiada kompromi dalam Islam, tiada negosiasi dalam Islam. Yang ada hanyalah ‘tunduk’ dalam Islam – tunduk di bawah pedang Islam, seperti yang dikatakan Muhammad dengan fasihnya, ‘Surga terletak di bawah bayangan pedang2’ (Sahih Bukhari; 4.52.73)
Mari kita renungkan. Dunia yang ingin bersikap benar secara politis mungkin tidak sedang berperang melawan Islam. Tapi sudah jelas bahwa Islam itu sendiri terus-menerus ada dalam kehidupan masyarakat dunia. Di Bagian Pertama kumpulan tulisan ini telah disebut tentang perjanjian perang Islam melawan seluruh dunia yang diumumkan melalui perjanjian Aqaba ketika para Jihadis awal mengumumkan bahwa mereka bersedia berperang dan mengorbankan nyawanya untuk melindungi Muhammad dan Islamnya. Orang2 Islam ini tidak akan berhenti berperang sampai seluruh orang di dunia tunduk di bawah Islam, kalau perlu dengan pembunuhan besar2an.

Bayangkan apa yang akan terjadi jika ‘Muslim2 sejati’ dapat mengumpulkan senjata2 nuklir atau biologi atau kimia dan mereka menggunakannya. Tiada sesuatu pun yang akan menghentikan mereka untuk menjatuhkan bom2 ini di kota2 besar negara2 Barat seperti New York, Washington, London, Paris, Madrid, Brussels … dll.

Mohon renungkan biaya ekonomi teror Jihad dan Islam. Pikirkan betapa murahnya ongkos yang harus dikeluarkan seorang Islamis untuk melakukan kegiatan teror mereka, betapa murahnya mereka membeli nyawa anak2 muda Jihadis untuk dikorbankan, untuk melakukan tindakan teror dan pembunuhan yang tidak terbayangkan sebelumnya. Biaya yang harus dikeluarkan sangatlah tak berarti untuk melatih para Jihadis berperang, merekrut nyawa2 ini untuk jadi teroris, dan mengirim mereka untuk melakukan teror. Renungkan motivasi para teroris untuk melakukan kegiatan teror – tak lain daripada apa yang diajarkan Qur’an dan ahadis. Terorisme Islam berasal dari ajaran dan tindakan Muhammad. Tulisan ini telah membuktikan tanpa ragu lagi kesamaan mutlak antara terorisme Islam jaman modern dengan terorisme jaman Muhammad. Jihadis modern masa kini mengikuti jejak tapak Muhammad – jangan salah kira tentang hal ini.

Di kala dunia menghabiskan biaya milyaran dollar untuk memerangi terorisme Islam, tidakkah lebih masuk akal untuk menyisihkan sepercik dari dana sebesar itu untuk mengupas wajah fasis Islam dan dotrin terorisme sebagai bagian dari usaha melawan terorisme Islam? Biarlah sebagian besar Muslim yang tak berdosa dan bukan teroris dan tidak tahu apa2 tentang Islam mengetahui akan pesan asli Islam dan bukan yang biasanya mereka percayai dulu – bahwa Islam adalah agama damai. Secepatnya mereka mengetahui kebenaran ini, secepatnya pula mereka menjadi bagian masyarakat dunia beradab dan terhormat. Selama mereka masih hidup dalam penyangkalan, maka mereka akan terus menjadi bagian dari kelompok yang dimusuhi dan dicurigai. Biarlah kaum Muslim sendiri yang memerangi terorisme Islam dari akarnya.

Teror dan pembunuhan oleh Muhammad bagian ke-5

Teror dan pembunuhan oleh Muhammad bagian ke-5


Teror Enam Puluh Delapan

Penyerangan Atas Banu Juhayna di al-Khabat (Penyerangan Ikan) oleh Abu Ubaydah ibn Jarrah—October, 629M


Di bulan berikutnya, Muhammad mengirim Abu Ubaydah beserta 300 tentara untuk menyerang dan menghukum suku Juhaynah at al-Khabat yang tinggal di tepi pantai, berjarak 5 malam perjalanan dari Medina. Tugas penyerangan ini sangat berat dan tentara Muslim mengalami masalah kelaparan yang hebat – sedemikian rupa sehingga mereka membagi-bagi biji kurma dengan jumlah tertentu. Mereka bahkan sampai makan dedaunan dari pohon2 selama sebulan. Akan tetapi tidak ada pertarungan yang terjadi dengan pihak musuh karena mereka telah melarikan diri saat mendengar kedatangan tentara Muslim.

Akhirnya tentara Muslim menangkap bangkai makhluk laut (ikan paus) yang terdampar di pantai dan memakannya selama setengah bulan (atau 20 hari, menurut Ibn Ishak). Karena inilah usaha penyerangan ini disebut sebagai ‘penyerangan ikan.’ Mereka membawa sebagian dari ikan busuk ini kepada Muhammad dan Muhammad pun memakannya pula. Sahih Bukhari menyebut bagaimana tentara Muslim makan gunungan yang tampak seperti ikan selama 18 hari. Ini Hadisnya. 

Hadis Sahih Bukhari, Volume 3, Book 44, Number 663:

Dikisahkan oleh Jabir bin 'Abdullah: Rasul Alalh mengirim sejumlah tentara ke pantai Timur dan menunjuk Abu 'Ubaida bin Al-Jarrah sebagai pemimpin pasukan dan seluruh jumlah tentara adalah 300 orang termasuk diriku. Kami bergerak sampai mencapai sebuah tempat dan persediaan makanan kami sudah hampir habis. Abu 'Ubaida memerintahkan kami untuk mengumpulkan semua makanan yang dibawa di perjalanan. Bekal makananku adalah buah2 kurma. Abu 'Ubaida memberi kami setiap hari jatah makanan sejumlah kecil buah kurma, sampai semuanya habis. Bagian setiap orang hanyalah sebiji kurma setiap hari. Aku berkata, “Bagaimana bisa sebiji kurma bermanfaat bagiku?” Jabir menjawab, “Kita akan tahu nilainya jika kurma itu sudah habis semua.” Jabir menambahkan, “Ketika kami tiba di tepi pantai, kami melihat seekora ikan sangat besar seperti sebuah gunung kecil. Para tentara memakannya sampai selama 18 hari. Lalu Abu 'Ubaida memerintahkan tentara untuk memotong dua buah iga ikan dan mereka lalu memotongnya di atas tanah. Lalu Abu ‘Ubaida memerintahkan agar seekor unta betina ditunggungi dan unta itu berjalan melalui bagian bawah kedua iga itu (yang berbentuk seperti busur melengkung) tanpa menyentuhnya.

Teror Enam Puluh Sembilan



Pemenggalan Ketua Suku B. Jusham di al Ghabah oleh Abd Allah ibn Hadrad – November, 629M


Seorang Jihadis bernama Abd Allah b. Abi Hadrad al-Aslami pergi menghadap Muhammad dan minta uang sejumlah 200 Dirham (US$ 1.000) sebagai uang mas kawin (dowry) yang harus diberikannya kepada pengantin barunya. Sebelum memberi uang mas kawin ini, dia tidak berhak meniduri pengantinnya. Muhammad mengaku tidak punya duit untuk membantu Hadrad. Beberapa hari kemudian, sekelompok orang dari B. Jusham yang dipimpin oleh Qays b. Rifaah berkemah di Ghabah, di dekat padang rumput. Meskipun tanpa bukti, pihak Muslim menduga mereka berada di sana untuk menyerang Muhammad. Muhammad lalu memanggil Abd Allah b. Abi Hadrad al-Aslami dan dua orang Muslim lain dan memerintahkan mereka untuk menangkap dan menawan Qays b. Rifaah atau membawa keterangan lebih jauh tentang gerakan mereka.

Ketiga orang itu lalu pergi dengan membawa panah dan pedang mengendarai sebuah unta yang lemah. Ketika mereka mendekati perkemahan orang2 B. Jusham di sore hari, Hadrad menyembunyikan dirinya dari penglihatan musuh dan meminta kedua kawannya untuk juga bersembunyi di tempat lain. Dia lalu memberitahu kedua kawannya bahwa dia akan membunuh Qays b. Rifaah dan jika mereka mendengar teriakan “Allahu Akbar” dari jauh maka mereka pun harus pula berteriak “Allahu Akbar,” sambil ke luar dari tempat persembunyian dan menyerang musuh secara serentak dengannya.

Mereka menunggu sampai hari gelap. Pada saat ini Qays b. Rifaa sedang berada di luar kemahnya untuk mencari salah seorang sukunya yang terlambat kembali ke perkemahan. Qays berada di luar kemah tanpa menghiraukan peringatan kawan2nya untuk tidak berada di luar saat hari gelap. Ketika jaraknya sudah dekat, Abd Allah b. abi-Hadrad melepaskan sebuah anak panah dan mengenai jantung Qays sehingga dia seketika tewas. Abd Allah b. abi-Hadrad lalu lari ke luar dengan pedang terhunus dan memenggal kepala Qays sambil berteriak, “Allahu Akbar.” Kedua kawannya pun menyahut seketika dengan jeritan “Allahu Akbar.” Pihak musuh sekarang panik dan mereka lalu melarikan diri sambil membawa istri2 dan anak2nya. Abd Allah b. abi-Hadrad dan kedua kawannya membawa lari unta2, kambing2 dan domba2 musuh dan membawa semuanya kepada Muhammad. Abd Allah b. abi-Hadrad mempersembahkan kepala Qays b. Rifaa yang berlumuran darah. Muhammad amat senang melihat kepala Qays b. Rifaa itu dan menghadiahi Abd Allah b. abi-Hadrad 13 ekor unta (senilai US$ 4.550) dari bagian barang2 rampokan. Dari hasil merampok ini Abd Allah b. abi-Hadrad bisa membayar dan meniduri istri barunya.

Al-Waqidi menulis bahwa kaum Jihadis juga menculik 4 orang wanita, salah satunya sangat cantik dan menggairahkan. Muhammad memberikan gadis cantik ini kepada Abu Qatadah yakni seorang Jihadis. Ketika salah seorang sahabat Muhammad yakni Mahimiyah b. al-Jaz al-Zubaydi memberitahunya tentang kecantikan luar biasa gadis itu, Muhammad meminta gadis itu kembali dari Abu Qatadah. Tapi Abu Qatadah menolak sambil berkata [Tabari, vol.viii, p.151], “Aku membelinya dari barang2 jarahan.” Rasul Allah berkata, “Berikan dia padaku.” Karena itu Abu Qatadah tidak punya pilihan selain memberikan gadis itu kepada Muhammad. Kemudian Muhammad menyerahkan gadis itu sebagai hadiah kepada Mahimiyah b. al-Jaz al-Zubaydi

Teror Tujuh Puluh

Perampokan Atas Sebuah Kafilah di Batn al-Idam oleh Abd Allah b. Abi Hadrad—November, 629M

Muhammad merasa sangat puas dengan operasi terorisme yang dilakukan oleh Abd Allah b. Abi Hadrad al-Aslami (lihat Teror 69 di atas) dan juga atas pemancungan Qays b. Rifaa tanpa alasan jelas itu sehingga dia mengirim Hadrad bersama Abu Qatadah al-Harith b. Ribi bersama 8 Jihadis lain untuk merampok sebuah kafilah yang lewat Idam, di sebelah utara Medina. Kelompok perampok Muslim ini tiba di Idam dan menunggu kafilah itu datang. Sebuah kafilah Bedouin berlalu dan menyapa para Muslim dengan kata “Assalamu Alaikum.” Tapi para Jihadis/teroris ini tetap saja menyerang kafilah karena perseteruan masa lalu, membunuh pemimpin kafilah dan mencuri unta2 dan makanan. Mereka kembali kepada Muhammad dan menceritakan apa yang baru saja mereka lakukan. Allah mengeluarkan ayat QS 4:94 yang meminta pihak Muslim yang melakukan penyerangan untuk memeriksa terlebih dahulu sebelum melakukan penjarahan. Ahli2 sejarah seperti Ibn Sa’d mengatakan bahwa serangan ini adalah awal rencana serangan ke Mekah dan Muhammad ingin mengalihkan perhatian orang dari tujuannya yang sebenarnya pada saat dia diam2 mempersiapkan untuk menaklukkan Mekah.

Teror Tujuh Puluh Satu

Perampokan Atas B. Khudra di Suria oleh Abu Qatadah—December, 629M

Ini adalah penyerangan berskala kecil terhadap B. Khudra yang merupakan bagian dari B. Ghatafan, tapi hasil rampokan berjumlah besar. Abu Qatadah memimpin penyeranganya dan berhasil merampas semua harta benda masyarakat B. Khudra. Dengan cara ini Muhammad membalaskan dendamnya pada B. Khudra yang berani berpihak kepada kaum Kristen Kekaisaran Byzantium.

Karena kekuatan militer Muhammad semakin meningkat, banyak suku2 Arab yang kecil yang takut padanya, dan bahkan akhirnya mereka mengambil keputusan untuk bergabung dengan pihak Muslim untuk menyelamatkan nyawa dan harta mereka dari serangan Muhammad di masa depan. Mereka pikir jika mereka tidak mampu melawannya, lebih baik bergabung saja. Mereka juga mendapat kesempatan baik untuk memperkaya diri mereka sendiri melalui penjarahan dan perampokan.

Selain alasan2 di atas, banyak suku2 yang dipaksa membuat perjanjian untuk bersekutu dengan pihak Muhammad. Diantara suku2 ini adalah: Bani Dzobian, B. Fazara dengan pemimpin mereka yang bernama Uyana. B. Hisn, Bani Sulaym, yakni suku yang kuat dari Hejaz juga dipaksa masuk Islam (lihat Teror 60, Bagian 14). Sang Nabi Muhammad sekarang benar2 jadi penguasa militer yang ditakuti.

Teror Tujuh Puluh Dua
Penaklukkan Atas Mekah oleh Muhammad—January, 630M

Setelah kekalahan di Mu’tah, Muhammad diam di Medina selama 2 bulan tanpa melakukan perampokan atau penyerangan yang besar. Setelah itu dia menerima berita bahwa seseorang yang berasal dari B. Bakr, yakni suku Quraish, telah membunuh seorang dari B. Khuzaa’h di tempat pengambilan air di Mekah. Suku Khuzaa’h adalah sekutu Muhammad dan dilaporkan bahwa orang yang dibunuh adalah orang Muslim. Penyerangan atas orang Khuzaa’h ini adalah pembalasan dendam atas pertentangan berdarah kedua suku yang bermusuhan itu. Lingkaran saling berbalasan dendam berdarah ini sudah dimulai lama sebelum Muhammad lahir. Akan tetapi dengan adanya perjanjian Hudaibiyah, diharapkan bahwa akhirnya akan terjadi perdamaian di pihak2 yang bermusuhan.

Beberapa orang Quraish juga terlibat dalam perkelahian ini. Muhammad menganggap pertengkaran kecil ini sebagai pelanggaran terhadap perjanjian Hudaybiah diantara pihak Quraish dan Muhammad. Wakil Khuzza’h yang bernama Amr b. Salim al-Khuzai pergi ke Medina untuk melaporkan Muhammad akan peristiwa ini dan minta tolong kepadanya. Muhammad tidak tertarik sama sekali untuk menjaga perdamaian. Dia tidak melakukan usaha apapun untuk menengahi pertengkaran ini dengan pihak Quraish. Malah sebaliknya, dia menggunakan pertengkaran sepele ini sebagai alasan bagi kesempatan emas menyerang orang2 Mekah. Pada kenyataannya, setelah perampokan besar2an di Khaybar, Allah telah memberikannya ayat QS 48:27 tentang penaklukannya atas Mesjid Suci – yakni Ka’ba di Mekah. Perkembangan ini membuat Muhammad yakin sekali bahwa inilah kesempatan besar yang dikirim Allah. Setelah mendengar laporang dari wakil B. Khuzaa’h, Muhammad menjanjikan bantuan teguh bagi mereka. Pada saat itu, sebuah awan besar meliputi langit dan Muhammad yang doyan takhayul menganggap ini sebagai tanda bukti janjinya pada B. Khuzaa’h. Sebentar kemudian, kelompok utusan lain yang dipimpin oleh orang Khuzaa’h yang bernama Budayl b. Warqa bertemu Muhammad di Medina. Sekali lagi Muhammad mengucapkan janjinya kepada mereka. Setelah mendengar janji Muhammad lagi, Budayl pergi menuju Mekah.

Pada saat itu, pihak Quraish menyadari kegentingan keadaan dan mereka ingin berbicara dengan Muhammad untuk menjaga perdamaian, mencegah pertumpahan darah dan terus mematuhi perjanjian diantara pihak mereka dan Muhammad. Mereka mengirim Abu Sufyan b Harb untuk berdiskusi dengan Muhammad agar suasana tidak panas lagi. Di perjalanan ke Medina, Abu Sufyan b Harb bertemu dengan Budyal b. Warqa di Usfan dan Abu Sufyan menanyakan apakah Budyal sudah berdialog dengan Muhammad atau belum. Budyal berbohong pada Abu Sufyan dengan mengatakan bahwa dia belum bertemu Muhammad. Tapi Abu Sufyan dengan cerdik bisa mengamati dari kotoran unta Budayl yang mengandung biji2 kurma (makanan unta khas Medina) bahwa Budayl sesungguhnya telah bertemu Muhammad. Setelah menebak dengan tepat, sekarang Abu Sufyan gelisah karena dia menduga Muhammad hendak melakukan serangan. Abu Sufyan bertekad mencegah pertumpahan darah lebih besar atas pertengkaran kecil yang telah terjadi.

Sewaktu dia tiba di Medina, Abu Sufyan pertama-tama mengunjungi anak wanitanya yang bernama Umm Habibah bt. Abu Sufyan. Ketika Umm Habibah kembali dari Ethiopia, dia dijadikan istri Muhammad yang ke-9 setelah suaminya mati di Ethiopia. Ketika Abu Sufyan masuk ke kamar anaknya dan hendak duduk di ranjang Muhammad, Umm Habibah melarangnya untuk duduk di situ. Dia memaki Abu Sufyan dan mengatakan bahwa ayahnya sebagai seorang pagan adalah orang najis (kotor) dan tidak pantas untuk duduk di ranjang Muhammad yang suci. Abu Sufyan sangat gusar akan sikap anaknya yang kurang ajar itu dan dia berkata pada Umm Habibah bahwa setan jahat telah merasukinya sejak dia meninggalkan Abu Sufyan dan memeluk Islam.

Kemudian Abu Sufyan datang menghadap Muhammad dan bicara padanya tentang masalah yang dihadapi, tapi Muhammad diam saja dan tidak menunjukkan ketertarikan untuk membicarakan hal itu. Abu Sufyan lalu mendekati Abu Bakar untuk memintanya bicara dengan Muhammad akan hal itu, tapi Abu Bakar menolak. Lalu dia bertemu Umar b. Khattab, tapi Umar mengancamnya dengan perang. Dalam keadaan putus asa, Abu Sufyan pergi menemui Ali ketika Ali sedang bersama Fatima, anak wanita Muhammad. Anak lakinya yang masih kecil yakni al-Hasan b. Ali juga ada bersamanya. Abu Sufyan memohon pada Ali demi persaudaraan antara mereka untuk jadi penengah dalam menghindari pertumpahan darah. Ali ternyata juga mengecewakan Abu Sufyan dengan mengatakan bahwa Muhammad telah menetapkan keputusan, dan tidak ada penengah yang dapat membuat keadaan berubah. Lalu sebagai usaha terakhir, Abu Sufyan berpaling kepada anak Muhammad yakni Fatima dan berkata [Tabari, vol. viii, p.164], “Anak Muhammad, tidakkah kau ingin memerintahkan anak lakimu ini untuk membawa perdamaian diantara para masyarakat, sehingga dia bisa menjadi pemimpin bangsa Arab untuk selamanya?”

Fatima menjawab, “Demi Tuhan, anak lakiku belum cukup dewasa untuk membawa kedamaian diantara para masyarakat, dan tidak ada seorang pun yang dapat melawan keinginan Rasul Allah.” Ketika Abu Sufyan menyadari bahwa tidak ada harapan lagi, dia meminta nasehat pada Ali tindakan apa yang harus dilakukan untuk mendamaikan suasana. Ali kembali mematahkan harapan Abu Sufyan dengan mengatakan tidak ada yang dapat dilakukan untuk mengubah pikiran Rasul Allah. Dengan perasaan kecewa Abu Sufyan datang ke pertemuan di mesjid dan berkata, “Saudara2, aku di sini untuk berdamai dengan kalian semua.” Setelah menawarkan perdamaian pada orang Muslim, Abu Sufyan naik untanya dan pulang ke Mekah. [Tabari, vol .viii, p.165]

Ketika Abu Sufyan tiba di Mekah, orang2 Quraish menanyakan padanya hasil usaha perdamaiannya. Mereka mendengar seluruh cerita bagaimana Muhammad bersikap sangat keras dan bermusuhan. Orang2 Mekah menyalahkan Abu Sufyan karena dia dipermainkan oleh Muhammad.

Setelah Abu Sufyan pergi, Muhammad memerintahkan pengikutnya untuk mempersiapkan diri melakukan suatu penyerangan, tapi merahasiakan tujuan serangan itu. Bahkan Aisha, istri favorit Muhammad, juga tidak tahu tujuan rencana penyerangan itu. Untuk memastikan siapapun tidak tahu rencana dalam pikirannya, Muhammad mengirim sebuah kelompok Jihadis di bawah pimpinan gabungan Abd Allah b. Abi Hadrad al-Aslami dan Abu Qatadah al-Harith b. Ribi, ke Batn. Idam, sebelah Utara Medina untuk menyerang kafilah Mekah yang melewati daerah itu (lihat Teror 70). Dia membuat rencana ini agar orang2 berpikir bahwa tujuan penyerangan adalah ke arah utara, padahal sebenarnya Muhammad sedang merencanakan penyerangan mendadak ke Mekah pada saat orang2 Quraish sedang tidak dalam keadaan siap. Ini memang rencana yang benar2 cerdik dan tak dapat disangkal lagi atas kemampuan Muhammad dalam melakukan teror, penjarahan dan penyerangan. Dia benar2 berhati-hati dalam merencanakan penyerangan ke Mekah ini.

Ketika semua sudah siap, Muhammad memanggil orang2nya dan mengatakan kepada mereka untuk melakukan serangan mendadak ke Mekah. Dia juga mengajak suku2 tetangganya untuk bergabung dengannya menyerang Mekah. Ayat2 keras, pidato yang berpengaruh dan ceramah2 agama yang membangkitkan semangat dilakukan untuk mempersiapkan mental para Jihadis dalam penyerangan ke Mekah. Sewaktu persiapan penyerangan ini dilakukan, seorang Muslim bernama Hatib b. Abi Baltaah mengirim sebuah surat kepada Quraish yang isinya memberitahukan mereka terhadap persiapan Muhammad untuk menyerang Mekah. Seorang budak wanita menyembunyikan surat ini di bawah penutup kepalanya di dalam rambutnya dan pergi untuk menyerahkan surat ini kepada kaum Quraish. Muhammad mendengar kabar tentang kegiatan mata2 Hatib dari surga dan menyuruh Ali b. Abi Talib dan seorang Muslim lain untuk menangkap budak wanita ini. Mereka bergerak cepat dan berhasil menangkap wanita itu. Mereka memeriksa pelana kuda, tapi tidak menemukan apa2. Ketika Ali mengancam untuk menelanjanginya, wanita itu mengambil surat dari rambutnya dan menyerahkannya kepada Ali b. Abi Talib. Lalu Ali menyerahkan surat itu kepada Muhammad. Setelah tahu isi surat ini, Muhammad memanggil Hatib. b. Abi Baltaah dan meminta penjelasan akan tindakannya. Hatib berkata bahwa semua anggota keluarganya masih tinggal di Mekah dan dia ingin memperingatkan mereka agar mereka selamat. Mendengar hal ini Umar menjadi marah dan minta ijin Muhammad untuk memancung kepala Hatib. Tapi Muhammad memaafkan Hatib karena Hatib berperang dengan sengit bagi pihak Muslim di perang Badr. Allah dengan segera menurunkan ayat QS 60:1-4 untuk memaafkan Hatib. b. Abi Baltaah. [Ibn Ishak, p.545]
Dengan persiapan penuh untuk menyerang Mekah, Muhammad meninggalkan Medina pada tanggal 1 January, 630 M, tapi dia menyembunyikan tujuan pasti keberangkatan ini dari pengikutnya. Beberapa pengikutnya mengira mereka akan menyerang suku Hawazin, beberapa yang lain mengira mereka akan merampok suku Thaqif, beberapa berkata mereka akan menyerang kaum Quraish. Meskipun dia dan pasukannya membawa persenjataan lengkap, dia tidak menunjuk seorang pemimpin militer dan tidak membawa bendera apapun, sehingga tujuan penyerangan ini merupakan teka-teki bagi pengikutnya. Pasukan Muhammad berjumlah sekitar 8.000 sampai 10.000 orang di bawah pimpinan Muhammad yang meninggalkan Medina dengan cepat. Dua orang istrinya yakni Zaynab bt. Jahsh dan Umm Salamah menemaninya dalam perjalanan.

Pada saat itu adalah bulan Ramadhan, Muhammad dan para prajuritnya puasa. Ketika mereka tiba di al-Kadid, ketua B. Sulaym yang bernama Uyanah b. Hisn bergabung dengannya. Ketika Muhammad dan pasukannya berangkat pergi, banyak suku2 kecil yang berdiam di daerah sekitar juga bergabung bersama Muhammad. Ketika mereka bertanya padanya tentang tujuan perjalanan itu, Muhammad tidak memberitahu mereka. Dia buka puasa di al-Kadid dan dia mengatakan pada para pengikutnya bahwa mereka boleh melanjutkan puasa atau batal. Lalu dia mendirikan perkemahannya di Marr al-Zahran setelah melakukan perjalanan selama 8 hari. Tentara dari suku2 lain yang berjumlah 1.700 orang juga bergabung dengannya untuk menyerbu Mekah. Sampai saat ini, kaum Quraish belum tahu tentang rencana Muhammad. Di malam hari Muhammad berkemah di Marr al-Zahran, dia memerintahkan setiap Jihadis untuk menyalakan api bagi diri sendiri. Maka 10.000 api menyala untuk menunjukkan kesan pasukan tentara yang luar biasa besarnya. Tak jauh dari sana Abu Sufyan b. Harb bersama Hakim b. Hizam dan Budayl b. Warqa kebetulan juga sedang berada di daerah sekitar untuk mencari tahu tentang gerak-gerik Muhammad.

Ketika Muhammad berhenti di Marr al-Zaharan, al-Abbas b. Abd al-Muttalib menemuinya. Seperti yang telah ditulis di bagian sebelumnya, al-Abbas sebenarnya adalah pengintai bagi Muhammad, dan dia memberitahu Muhammad tentang kegiatan para pasukan Quraish. Sebagai seorang pengusaha sukses dan ahli keuangan, al-Abbas adalah seorang yang cerdas dan pandai dalam berkata-kata. Ketika dia mengetahui tanpa ragu lagi bahwa keponakannya (Muhammad) telah jadi penguasa militer yang kuat, dia bergabung dengannya, tapi merahasiakan hubungan ini dengan kaum Quraish. Muhammad menyambutnya dengan hangat.

Alasan al-Abbas b. Abd al-Muttalib mengunjungi Muhammad adalah untuk menjamin keselamatan orang2 Mekah karena dia takut jika banyak orang Mekah yang dibunuh oleh Jihadis Muslim, maka orang2 Mekah akan hancur sepenuhnya dan ini nantinya akan menghancurkan pula usaha bisnisnya yang berhasil. Dia berkata pada Muhammad bahwa jika dia mendapat jaminan keselamatan itu dari Muhammad, dia akan memberitahu siapapun yang dia temui di jalan agar pesan keselamatan ini terdengar oleh semua orang di Mekah.

Muhammad melanjutkan perjalanan dan tiba di Niq al-Uqh, tempat diantara Mekah dan Medina. Abu Sufyan bin al-Harith bin Abd al-Muttalib (bukan Abu Sufyan bin Harb; Abu Sufyan bin al-Harith adalah saudara sepupu Muhammad dan seorang penyair) dan seorang Quraish ingin bertemu dengan Muhammad. Tadinya Muhammad menolak menemui mereka karena Muhammad menuduh keduanya dahulu menyakiti hatinya ketika Muhammad masih tinggal di Mekah. Ketika kedua orang ini berkata pada Umm Salamah, istri Muhammad, bahwa mereka berdua akan melakukan mogok makan jika Muhammad tidak mau menemui mereka, hati Muhammad yang sekeras batu jadi agak melunak. Mereka berdua menemui Muhammad dan lalu memeluk Islam. Ibn Ishak[Ibn Ishak, p.546] melapokan bahwa Muhammad dengan geram memukul dada Abu Sufyan bin al-Harith karena dulu dia pun memukul Muhammad. Abu Sufyan bin al-Harith lalu meminta Muhammad agar Allah bersedia menghapus dosanya yang dulu.

Setelah bertemu dengan Muhammad dan mendapat jaminan keselamatan, al-Abbas kembali ke Mekah. Ketika dia tiba di al-Arak dia bertemu Abu Sufyan bin Harb dan Hakim bin Hizam dan seorang Quraish lain yang sedang dalam perjalanan untuk memeriksa keadaan sekitar. Ketika mereka mlihat kobaran api yang dinyalakan oleh para tentara Muhammad, mereka sangat terkejut karena mereka belum pernah melihat jumlah tentara sebanyak itu.

Abu Sufyan bertanya kepada al-Abbas apa yang terjadi, dan al-Abbas memberitahunya bahwa Muhammad bersama 10.000 tentara Muslim akan menyerang Mekah dan jika Abu Sufyan berani datang menghadap Muhammad, maka kepalanya akan dipancung. Karena tidak siap menghadapi serangan Muslim yang dahsyat itu, Abu Sufyan jadi gelisah dan tertekan sehingga dia pun menuruti nasihat al-Abbas. Al-Abbas mempersilahkan Abu Sufyan naik keledai bersamanya. Kedua kawan Abu Sufyan yang lain mengikutinya sambil berjalan kaki. Mereka lalu bertemu sekelompok tentara Muslim di daerah perkemahan Umar bin Khattab. Umar segera menyerang Abu Sufyan dengan pedangnya dan mencoba membunuh Abu Sufyan. Karena itu, al-Abbas dengan cepat memacu keledainya untuk melarikan diri dari Umar. Umar mengejar dan mereka semua akhirnya mencapai perkemahan Muhammad. Umar masuk kemah Muhammad untuk minta ijin memancung kepala Abu Sufyan. Al-Abbas mengingatkan Muhammad bahwa dia sendiri telah memberi jaminan keselamatan Abu Sufyan. Karena permohonan al-Abbas, maka Muhammad menyampaikan pesan bahwa dia ingin bertemu dengan Abu Sufyan di pagi hari. Abu Sufyan ditahan dan bermalam dengan gelisah di perkemahan Umar.

Di pagi harinya, Umar membawa Abu Sufyan untuk bertemu Muhammad. Ketika Muhammad menyatakan dirinya adalah utusan Allah, Abu Sufyan mengatakan dia tidak percaya akan hal itu. Al-Abbas dengan cepat memperingatkan Abu Sufyan agar memeluk Islam, kalau tidak kepalanya bisa dipancung Muhammad. Inilah yang dikatakan al-Abbs, “Hati2lah! Katakan pengakuanmu sebelum, demi Allah, dia akan memancung kepalamu.”[Hamidullah, p.80] Karena takut dan ingin menyelamatkan nyawanya, Abu Sufyan tidak punya pilihan dan saat itu juga dia jadi Muslim.

Ada beberapa alasan mengapa Abu Sufyan bin Harb menyerah begitu mudah kepada Muhammad. Sebelumnya, dia telah kehilangan pemimpin tentaranya yang lihai dan dia percayai yakni Khalid bin Walid karena Khalid menjadi Muslim dan bergabung dengan Muhammad dalam usaha2 perampokan. Lagipula kaum perampok Jihadis telah menutup jalur perdagangan bagian utara dan selatan bagi kaum Quraish padahal kehidupan mereka tergantung pada kedua jalur perdagangan itu. Keadaan diperburuk karena terjadinya bencana kelaparan besar di Mekah. Dimengerti bahwa bencana kelaparan ini disebabkan oleh Muhammad. Dengan mengambil sumber tulisan ibn Hisham, Hamidullah mengutip, “Ketika Thumamah ibn Uthal, yakni ketua suku Yamamah, atas perintah Muhammad berhenti mengirim suplai gandum, para penulis sejarah mencatat bahwa itulah sebab terjadi wabah kelaparan di Mekah.” [Tabari, vol. viii, p.173] Karena semua keadaan yang menghimpit ini, Abu Sufyan menjadi tidak berdaya dan dia menyerah pada Muhammad untuk menyelamatkan nyawa penduduk Mekah dari ancaman pembantaian oleh tentara haus darah yang sudah siap untuk menyerang Mekah.

Lalu al-Abbas meminta Muhammad untuk memberi Abu Sufyan keringanan karena dia telah memeluk Islam. Muhammad berkata, “Baiklah, siapapun yang masuk rumah Abu Sufyan akan aman; siapapun yang masuk tempat perlindungan itu tidak akan dicelakai; dan siapapun yang mengunci dirinya di dalam rumah akan selamat.” [Tabari, vol. viii, p.173] Dalam jaminan keamanan ini, tempat perlindungan yang dimaksud adalah Kaabah. Meskipun begitu, Hadis Sahih Muslim menuliskan bahwa biarpun telah mengucapkan janji itu, Muhammad tetap saja memerintahkan bahwa siapapun yang berada di atas puncak gunung Safa harus dibunuh. Ini Hadisnya.

Hadis Sahih Muslim: Book 019, Number 4396:

Dikisahkan atas kuasa Abdullah b. Rabah yang berkata:
Kami bertemu dengan Mu’awiya b. Abu Sufyan sebagai seorang utusan dan Abu Huraira ada diantara kami. Setiap orang dari kelompok kami menyiapkan makanan bagi kawan2nya secara bergiliran tiap hari. Ketika tiba giliranku, aku berkata, “Abu Huraira, hari ini adalah giliranku. Maka mereka datang ke tempatku. Makanan belum siap disajikan, jadi aku berkata kepada Abu Huraira, “Aku harap kau bersedia menceritakan padaku kisah dari Rasul Allah sampai makanan selesai disajikan.” (Dengan menyetujui permintaanku) Abu Huraira menjawab, “Kami sedang bersama Rasul Allah pada hari penaklukkan Mekah. Dia menunjuk Khalid b. Walid sebagai pemimpin pasukan sayap kanan, Zubari sebagai pemimpin pasukan sayap kiri, dan Abu ‘Ubaida sebagai pemimpin pasukan infanteri (yang sedang melaju) ke daerah dalam lembah. Dia lalu berkata, “Abu Huraira, panggilah kaum Ansar menghadap padaku.” Lalu aku memanggil mereka semua dan mereka datang dengan segera. Dia berkata,”Wahai kalian orang Ansar, kau lihat para bajingan bajingan orang Quraish itu?” Mereka berkata, “Ya.” Dia berkata,”Maka, kalau kau bertemu mereka besok, musnahkan mereka semua.” Dia menunjukkan hal ini dengan tangannya, diletakannya tangan kanannya di atas tangan kirinya dan berkata, “Kalian akan bertemu dengan kami di as-Safa’.” (Abu Huraira melanjutkan): Siapapun yang dilihat mereka pada hari itu akan dibunuh. Sang Rasul Allah naik ke gunung as-Safa’. Kaum Ansar juga tiba di sana dan mengepung gunung itu. Lalu datanglah Abu Sufyan dan berkata, “Rasul Allah, kaum Quraish sudah kalah. Tiada seorang pun dari kaum Quraish yang akan selamat hari ini.” Rasul Allah berkata, “Siapapun yang masuk rumah Abu Sufyan akan selamat, yang meletakkan senjata akan selamat, yang mengunci pintunya akan selamat.” (Beberapa) orang Ansar berkata, “(Akhirnya) Orang itu (Muhammad) goyah jadi lembut terhadap sanak saudara dan rasa cintanya akan kotanya sendiri.” Mendengar hal ini, datanglah inspirasi illahi kepada Rasul Allah. Dia berkata, “Kau berkata bahwa orang itu goyah jadi lembut terhadap sanak saudara dan rasa cintanya akan kotanya sendiri. Tahukah kalian siapa namaku? Aku adalah Muhammad, orang jaminan Tuhan dan RasulNya.” (Dia mengulangi kalimat ini tiga kali). “Aku meninggalkan tempat asalku karena Allah dan menggabungkan kalian. Sehingga aku akan hidup bersamamu dan mati bersamamu.” Sekarang orang2 Ansar berkata, “Demi Tuhan, kami berkata begitu karena keserakahan kami akan Allah dan RasulNya.” Dia berkata, “Allah dan RasulNya bersaksi padamu dan menerima permohonan maafmu.”

Setelah masuk Islam dan dapat jaminan keselamatan dari Muhammad, Abu Sufyan segera mendahului tentara Muslim masuk Mekah dan mengumumkan jaminan keselamatan dari Muhammad kepada semua orang2 Mekah. Orang2 Mekah yang ketakutan langsung masuk ke dalam rumah2 mereka atau menuju ke tempat perlindungan yakni Kaabah. Banyak pula yang masuk ke rumah Abu Sufyan untuk menyelamatkan nyawa mereka dari serangan orang2 Muslim.

Setelah Abu Sufyan dan Hakim bin Hizam pergi, Muhammad mengirim al-Zubayr yang membawa bendera Muslim dan memerintahkannya untuk menancapkan tiang bendera itu di bagian atas daerah Mekah (yakni di sebelah gunung utara) dan memerintahkannya untuk tidak beranjak dari situ. Muhammad masuk ke Mekah dari tempat itu.

Muhammad memerintahkan Khalid bin Walid dan orang2 yang baru saja memeluk Islam seperti kaum Banu Sulaym, Qudaah, dll untuk masuk Mekah melalui daerah yang lebih rendah dari Mekah (yakni bagian selatan jalan raya ke Yemen). Ini adalah daerah Banu Bakr. Meskipun Abu Sufyan menyerah, beberapa pemimpin Quraish yang lain di bawah pimpinan Ikrimah bin Abi Jahl tidak mau membiarkan kaum Muslim masuk Mekah tanpa perlawanan. Maka mereka mengumpulkan orang dari Banu al-Harith dan orang2 Ahabish dan beberapa suku kecil lain yang merupakan bagian dari Mekah untuk melawan tentara Muhammad. Khalid bin Walid ditunjuk untuk melawan orang2 ini. Muhammad memerintahkannya untuk hanya memerangi mereka yang melawannya. Pasukan Ikrimah bertarung melawan pasukan Khalid, tapi kalah sehingga Ikrimah bin Abi Jahl melarikan diri bersama beberapa pasukannya. Dua puluh empat orang pagan (atau 28 menurut Muir) dibunuh. Ini adalah satu2nya pertempuran yang terjadi di Mekah. Akan tetapi, sebagian tentara al-Zubayr mengambil jalur terpisah dari yang ditentukan Muhammad. Mereka menutup jalur barat ke arah pantai yang dikenal sebagai jalan Kada. Jalur2 timur dan utara ditutup oleh tentara2 Muhammad. Jadi Mekah diserang dari 4 penjuru sehingga tentara Quraish sukar melarikan diri. Meskipun sudah dikepung seperti itu, tentara al-Zubayr bertemu dengan beberapa tentara Quraish di Kada dan pihak Quraish berhasil membunuh beberapa tentara Muslim.

Lalu Muhammad masuk Mekah lewat tempat al-Zubayr menancapkan benderanya. Hari itu adalah tanggal 11 Januari, 630, sepuluh hari setelah Muhammad meninggalkan Medina. Banyak orang2 Mekah yang mengelilinginya untuk memeluk Islam. Muhammad tinggal di Mekah selama setengah bulan. Ketika Muhammad masuk Mekah, dia memberikan pengampunan bagi seluruh penduduk Mekah kecuali bagi 8 orang (atau 10 menurut Ibn Sa’d, vol. ii, p.165]. Dia memerintahkan agar orang2 ini dibunuh bahkan walaupun mereka bersembunyi di bawah tirai Ka’abah. Sebenarnya menumpahkan darah di tempat suci itu sangatlah dilarang bagi kaum pagan. Muhammad ingin mempertahankan tradisi ini, tapi keinginannya untuk membalas dendam lebih kuat sehingga dia menyatakan bahwa Allah mengijinkan hanya untuknya untuk menumpahkan darah di tempat suci untuk beberapa jam saja. Ini Hadis Sahih Bukhari tentang hak khusus bagi Muhammad untuk menumpahkan darah di tempat suci.

Hadis Sahih Bukhari, Volume 3, Book 34, Number 303:


Dikisahkan oleh Ibn Abbas: Rasul Allah berkata, “Allah membuat Mekah sebagai tempat suci dan tidak diijinkan seorang pun sebelumnya atau sesudah aku (untuk berperang di tempat itu). Dan berperang diperbolehkan bagiku untuk beberapa jam dalam satu hari khusus saja. Tidak seorang pun boleh mencabut semak2nya yang berduri atau memotong pohon2nya atau mengejar maksudnya atau memungut Luqata (benda2 yang jatuh) –nya kecuali oleh orang yang akan mengumumkan hal ini secara umum.” 'Abbas bin 'Abdul-Muttlib meminta kepada sang Nabi, “Kecuali Al- Idhkhir, bagi tukang2 emas kami dan atap2 rumah kami.” Sang Nabi berkata, “Kecuali Al-Idhkir.” ‘Ikrima berkata, “Tahukah kamu apa yang dimaksud dengan mengejar maksudnya? Itu berarti memindahkannya dari kegelapan dan duduk di tempatnya.” Khalid berkata, “(‘Abbas berkata: Al Idhkir) bagi tukang2 emas dan kuburan2 kita.

Nafsu amarah Muhammad berkobar-kobar terutama bagi mereka yang murtad dari Islam. Inilah daftar orang2 Mekah yang diincar untuk dibunuh oleh Muhammad:

1. Abd Allah bin Sa’d.

Dosa Abd Allah bin Sa’d adalah murtad setelah memeluk Islam. Dia adalah juru tulis Muhammad, tapi tak lama kemudian dia menyadari akal2an Muhammad yang mengaku dapat ilham illahi, sehingga dia lalu meninggalkan Islam dan kembali ke Mekah. Ketika Muhammad ingin orang membunuh Abd Allah, dia melarikan diri kepada Uthman, yang merupakan saudara angkatnya. Ketika ribut2 kedatangan pasukan Muhammad ke Mekah telah mereda, Uthman membawa Abd Allah kepada Muhammad untuk minta diampuni. Ketika Uthman meminta Muhammad menunjukkan belas kasihan kepada Abd Allah, dia (Muhammad) diam untuk waktu yang lama sebelum akhirnya berkata, ‘baiklah.’ Setelah Abd Allah berlalu, pengikut2 Muhammad bertanya mengapa dia berdiam diri lama sekali. Muhammad menjawab bahwa sikap berdiam diri itu maksudnya agar pengikutnya berdiri dan membunuh Abd Allah. Lalu seorang Ansar bertanya kepada Muhammad mengapa dia tidak langsung saja memberi isyarat untuk membunuh Abd Allah. Muhammad menjawab, “Seorang nabi tidak membunuh dengan menggunakan isyarat.” [Tabari, vol. viii, p.179]

2. Abd al-Uzza bin Khatal atau Abd Allah ibn Khatal.

Kesalahan Abd Allah ibn. Khatal adalah dia membunuh budaknya ketika budak itu tidak memasak makanan baginya (Catatan: membunuh budak tidak dianggap sebagai tindakan kriminal serius di jaman itu). Lalu Abd Allah ibn Khatal melarikan diri ke Mekah dan meninggalkan Islam. Dia memiliki dua orang gadis yang biasa bernyanyi satir (ejekan) bagi Muhammad. Muhammad memerintahkan kedua gadis ini dan Abd Allah ibn. Khatal dibunuh. Ketika diketahui bahwa Abd Allah ibn. Khatal bersembunyi di dalam tirai Kabah, kedua Jihadis yakni Said b. Hurayth al-Makhzumi dan Abu Barzah membunuh Abd Allah dengan merobek perutnya. [Ibn Sa’d, vol.ii, p174]

3. Satu dari kedua gadis anak Abd Allah yang bernama Fartana juga dibunuh.



4. Gadis penyanyi yang lain berhasil melarikan diri.

Tentang pembunuhan gadis penyanyi, Sunan Abu Daud menulis Hadis ini:


Sunaan Abu Dawud: Book 14, Number 2678:

Dikisahkan oleh Sa'id ibn Yarbu' al-Makhzumi:
Sang Nabi berkata: di hari penaklukkan Mekah, ada 4 orang yang tidak akan kuampuni di tempat suci maupun non suci. Dia lalu menyebutkan nama orang2 itu. Dua gadis penyanyi al-Maqis; yang seorang dibunuh dan yang seorang lagi melarikan diri dan memeluk Islam.

5. Al-Huwayrith

Muhammad menuduh dia menyakiti anak wanita sulung Muhammad yang bernama Zaynab ketika Zaynab berusaha melarikan diri dari Mekah. Atas perintah Muhammad, Ali bin Talib membunuh Al-Huwayrith.

6. Miqyas bin Subabah

Sebelumnya, Miqyas bin Subabah membunuh pembunuh saudara lakinya dan lalu melarikan diri ke Medinah dan murtad (lihat Teror 46). Muhammad memerintahkan agar dia dibunuh karena kemurtadannya. Numaylah bin Abd Allah lalu membunuhnya.

7. Ikrimah b. Abi Jahl


Ikrimah bin Abi Jahl melarikan diri ke Yemen. Lalu istri Ikrimah memohon kepada Muhammad agar Ikrimah diampuni. Muhammad mengampuni Ikrimah dengan syarat dia kembali ke Mekah dan memeluk Islam. Istri Ikrimah lalu menyusulnya ketika dia hendak pergi melaut ke Ethiopia. Istrinya membawanya kembali ke Mekah. Ikrimah dan istri lalu memeluk Islam guna menyelamatkan nyawa mereka.

8. Sarah

Sarah adalah budak yang dimerdekakan yang tadinya milik anak laki Abd al Muttalib. Muhammad menuduhnya suka menyakiti Muhammad ketika dia dulu masih hidup di Mekah. Dikisahkan kemudian bahwa Muhammad pada akhirnya memaafkan Sarah.

Di samping ke-8 orang2 Mekah itu, Ibn Sa’d menulis dua orang lagi yang Muhammad incar untuk dibunuh. Mereka adalah

9. Habbar b. al-Aswad

Dosa Habbar bin al-Aswad adalah menyakiti anak Muhammad yakni Zaynab ketika dia berusaha meninggalkan Mekah. Habbar b. al-Aswad lalu menyembunyikan diri tapi beberapa bulan kemudian tertangkap. Habbar bin al-Aswad lalu memeluk Islam dan nyawanya diampuni.

10. Hind binti Utbah, istri dari Abu Sufyan b. Harb.

Hind binti Utbah mengunyah hati Hamzah yang sudah terbunuh di Perang Badr II (Perang Uhud). Hind lalu memeluk Islam dan Muhammad pun mengampuninya.

Di kemudian hari, Umar membunuh Sarah dengan cara menggunakan kudanya untuk menginjak-injaknya di al-Abtah. Di hari penaklukkan Mekah, Muhammad memerintahkan 6 pria dan 4 wanita dibunuh. Para wanita adalah:

1. Hind binti. Utbah bin Rabiah,

2. Sarah, budak merdeka yang tadinya milik Amr bin Hashim bin Abd al-Muttalib; dia dibunuh (menurut penulis biografi Muhammad yakni Waqidi) di hari Mekah ditaklukkan.

3. Quraybah; dibunuh di hari Mekah ditaklukkan

4. Fartana menyelamatkan diri dari pembunuhan dan terus hidup sampai Kalifah Uthman berkuasa.

Pembunuhan2 atas wanita2 Mekah itu merupakan tamparan di muka Islam yang mengaku sebagai agama yang melarang pembunuhan wanita dalam perang. Kenyataannya, kita bisa kutip dari hadis sahih untuk menunjukkan bahwa pembunuhan wanita dan anak2 dan orang2 tua pagan secara jelas diperintahkan oleh Muhammad. Ini beberapa contohnya:

Sahih Muslim: Book 019, Number 4321:

Dikisahkan atas wewenang Sa’b bin Jaththama bahwa sang Nabi ketika ditanya tentang para wanita dan anak2 pagan yang mati dibunuh di malam penyerangan, menjawab: Mereka (wanita dan anak2 itu) adalah bagian dari mereka (masyarakat pagan, sehingga sah saja untuk dibunuh).

Sunaan Abu Dawud: Book 14, Number 2664:

Dikisahkan oleh Samurah ibn Jundub:
Sang Nabi berkata: “Bunuh orang2 tua yang berkepercayaan pagan, tapi jangan bunuh anak2nya.”

Setelah pembunuhan dilaksanakan di Mekah, Muhammad lalu menuju sebuah bukit, ke tempat dekat kuburan Abu Thalib, pamannya, dan Khadijah, istri pertamanya.. Dia mendirikan tenda di sana. Ketika pengikutnya bertanya apakah dia ingin mengunjungi rumahnya yang dulu, dia menjawab, “Tidak.” Bendera besar ditancapkan di pintu tendanya. Sekarang dialah penguasa Mekah.

Tak lama kemudian dia mengendarai al-Qaswa, untanya, dan menuju Kabah dan mengitari Kabah tujuh kali. Lalu dia memerintahkan pengikutnya untuk menghancurkan patung2 berhala di Kabah. Patung berhala besar Hubal di depan Kabah dihancurkan. Dikatakan bahwa terdapat 360 patung berhala dalam Kabah. Semua patung2 ini dihancurkan di hadapan orang2 Quraish yang terperangah, dan atas agama penuh toleransi yang dikhotbahkan oleh Muhammad, Allah dengan segera menurunkan ayatQS 17:81 yang mengumumkan sirnanya kesalahan dan datangnya kebenaran.

Setelah menaklukkan Mekah dengan sangat mudah dan tanpa banyak pertumpahan darah, Muhammad berdiri di depan pintu Kabah dan memuji Allah dan berterima kasih pada Allah karena kemenangan itu. Bersamanya adalah Usama bin Zayd, Uthman bin Talhah dan Bilal, seperti yang ditulis di hadis berikut.

Hadis Sahih Bukhari, Volume 1, Book 9, Number 483:

Dikisahkan oleh Ibn ‘Umar:
Sang Nabi masuk Kabah bersama Usama bin Zaid, 'Uthman bin Talha dan Bilal dan berada di sana untuk waktu yang lama. Ketika mereka ke luar, akulah orang pertama yang masuk Ka’abah. Aku bertanya pada Bilal, “Di manakah sang Nabi sembahyang?” Bilal menjawab, “Diantara dua pilar depan.”

Allah dengan gesitnya mengirim turun ayat QS 49:13 dan mengumumkan bahwa umat manusia diciptakan sebagai lelaki dan wanita dan Dia menciptakan banyak negara dan suku2 bangsa.

Lalu Muhammad pergi ke rumah Abraham yang berjarak 20 sampai 30 langkah dari Kabah dan mengambil kunci Kabah dan memberikannya kepada Uthman ibn Talha untuk menjaga Kabah secara turun temurun. Al-Abbas ditunjuk untuk menyediakan minum bagi para peziarah. Muhammad lalu menghancurkan gambar2 Abraham dan malaikat2 yang berada di dinding2 Kabah. Dia menghancurkannya dengan kedua tangannya sebuah patung merpati terbuat dari kayu dan lalu melemparkannya. Allah cepat2 menurunkan ayat QS 3:67 tentang Abraham yang mensahkan penghancuran yang dilakukan Muhammad atas patung2 berhala dan gambar2. Di ayat ini Allah mengumumkan bahwa Abraham bukanlah orang Yahudi atau Kristen, tapi Hanif (Muslim?) dan Muhammad adalah yang terdekat dengan Abraham.

Ini Hadis tentang penghancuran patung2 berhala Kabah.

Hadis Sahih Bukhari, Volume 3, Book 43, Number 658:

Dikisahkan oleh ‘Abdullah bin Masud:
Sang Nabi masuk Mekah dan (di saat itu) terdapat 360 patung2 berhala di sekitar Kabah. Dia mulai menusuk-nusuk patung2 berhala dengan tongkat di tangannya dan berkata, “Kebenaran (Islam) telah datang dan Kekeliruan (tak percaya) telah dilenyapkan.”

Setelah itu Muhammad mengumumkan bahwa siapapun yang percaya kepada Allah tidak boleh menyimpan gambar apapun dalam rumahnya dan harus menghancurkan segala patung berhala di dalam rumahnya. Dia menyampaikan khotbah penuh perasaan tentang kedekatan hatinya atas kota Mekah. Para ahli sejarah Muslim menulis bahwa khotbah ini berhasil menarik hati dan pikiran masyarakat Mekah. Para penduduk Medina sekarang mulai curiga bahwa Muhammad akan tinggal di Mekah selamanya. Tapi Muhammad menghibur mereka dengan mengatakan dia tidak akan pernah meninggalkan Medina. Lalu dia kembali ke tendanya. Abu Bakr membawa ayahnya yang tua dan buta bernama Abu Quahafa untuk menghadap Muhammad dan dia lalu memeluk Islam di hadapan Muhammad.

Setelah semua patung2 berhala dihancurkan dan disingkirkan, Muhammad memerintahkan Bilal untuk naik ke atas Kabah dan menyuarakan Adhzan – yakni suara panggilan sembahyang. Lalu para Muslim berkumpul dan sembahyang di bawah pimpinan Muhammad.

Lalu Muhammad mengumumkan pengampunan umum bagi masyarakat Mekah. Dia duduk di al-Safa dan Umar bin Khattab mengucapkan sumpah persekutuan orang2 Mekah dengan Islam. Pertama-tama, para pria mengucapkan sumpah, lalu para wanita. Diantara kaum wanita adalah Hind bini. Utbah, istri Abu Sufyan bin Harb. Hind memakai kerudung untuk menyembunyikan dirinya dan dia khawatir jangan2 Muhammad akan menghukumnya. Ketika dia berjumpa dengan Muhammad, dia minta maaf padanya. Muhammad memaafkannya dan mengikatnya dengan sumpah bahwa dia tidak akan berzinah dan membunuh anak2. Karena Muhammad tidak pernah bersalaman dengan wanita kecuali dengan wanita2 yang diijinkan baginya, pengutaraan sumpah dengan wanita dilakukan dengan cara Muhammad meletakkan tangannya di dalam air dan wanita itu melakukan hal yang sama.

Safwan bin Umayyah, seorang Quraish dan musuh besar Muhammad pergi ke Jeddah untuk menetap di Yemen. Ketika dia mendengar berita kemenangan Muhammad, dia hampir saja bunuh diri dengan terjun ke laut. Orang2 mendekati Muhammad dan menceritakan hal ini kepadanya. Dia mengampuni Umayyah dan memberikan Umayyah sorbannya sendiri sebagai tanda pengampunannya. Umayr pergi dan bertemu Umayyah dan menunjukkan sorban Muhammad itu kepada Umayyah. Muhammad memberi waktu 4 bulan bagi Umayyah untuk mengambil keputusan masuk Islam atau mati. Akhirnya Umayyah masuk Islam. Istrinya yang bernama Fakhitah binti Al-Walid juga jadi Muslim.

Ibn Sa’d [Ibn Sa’d, vol.ii, p.179] menulis bahwa Muhammad juga mengunjungi rumah Umm Hani (yang juga dikenal sebagai Hind bt. Abu Talib), yang adalah saudara sepupunya dan melakukan sembahyang kemenangan di sana. Umm Hanni lalu memeluk Islam dan suaminya pun melakukan hal yang sama. Dua saudara ipar Umm Hani yang menganut agama pagan dan tidak suka akan Muhammad tinggal di rumah Umm Hani. Ali ingin membunuh kedua orang ini, tapi Umm Hani memohonkan ampun kepada Muhammad bagi kedua saudara iparnya itu. Ditulis bahwa Muhammad memberi mereka pengampunan dan mereka pun memeluk Islam.

Wahsi, sang budak Abyssia yang membunuh Hamza, melarikan diri ke Taif dan akhirnya dia pun dapat pengampunan.

Muhammad sangat murah hati kepada masyarakat Mekah. Dia melakukan hal ini untuk keuntungan bagi dirinya. Para politisi cerdik dalam keadaan serupa juga akan melakukan hal yang sama, yakni memberikan pengampunan umum. Sikap murah hatinya mengakibatkan banyak masyarakat Mekah yang mendukungnya. Dalam waktu dua minggu, 2.000 orang Mekah memeluk Islam.

Muhammad lalu menikahi Mulaykah bt Dawud al-Laythiyaah. Sebelum mengawini Mulaykah, Muhammad membunuh ayahnya. Ini diceritakan padanya oleh istri2 Muhammad. Salah satu istri2 Muhammad datang kepada Mulaykah dan berkata padanya, “Apakah kau tidak malu menikahi pria yang membunuh ayahmu?” [Tabari, vol. viii, p.187] Karena itu Mulaykah yang muda dan cantik meninggalkan Muhammad. Dikisahkan bahwa Muhammad membunuh ayah Mulaykah di hari dia menaklukkan Mekah.

Sejarawan Muslim seringkali memuji-muji kemurahan hati Muhammad kepada masyarakat Mekah. Mereka juga memuji bahwa tidak ada pertumpahan darah. Akan tetapi, dengan berpikir sedikit saja dapat diketahui bahwa demi keuntungan Muhammad sendiri dia harus menaklukkan Mekah tanpa pembunuhan besar2an. Jika dia melakukan genosida dan menjarah seperti biasanya dilakukan, maka dia tidak akan dapat banyak dukungan orang2 Mekah dan dia tahu akan hal itu. Selain itu dia pun berasal dari suku yang sama dengan orang2 Mekah. Dia punya banyak hubungan saudara dengan orang2 itu, dan ini membuktikan kebenaran pepatah ‘darah lebih kental daripada air’.

Kita juga bisa menyangkal bahwa penaklukkan ini tidak mengucurkan darah sama sekali. Sejumlah kecil para pagan telah melawan dan dalam pertempuran mereka dan beberapa Muslim juga terbunuh. Di samping itu, Muhammad di kemudian hari terus-menerus mengirim pasukan demi pasukan untuk menghancurkan suku manapun di sekitar Mekah yang menolak Islam. Lebih2 lagi, dua tahun setelah dia memberikan pengampunan umum kepada masyarakat Mekah, dia membatalkan pengampunan ini sewaktu dia mengirim dua utusannya yakni Abu Bakr dan Ali untuk mengumumkan kepada kaum pagan di Mekah bahwa mereka akan menghadapi hukuman mati jika tidak masuk Islam (QS 9:5 yang dikenal sebagai ayat pedang membatalkan pengampunan apapun yang diberikan kepada kaum pagan Mekah).

Meskipun begitu, harus diakui kecerdikan Muhammad dalam menaklukkan tempat yang nantinya jadi pusat Islam terbesar yakni Mekah. Orang memang perlu dedikasi, kekejaman, kelicikan, kecerdikan dan di atas semuanya pengabdian pada paham fasisme mutlak yang ditunjukkan oleh Muhammad untuk jadi biang teroris atau penguasa militer (warlord).

Banyak Jihadis yang tidak senang dengan jatah jarahan yang mereka terima. Mereka menggerutu dan Muhammad harus pinjam duit dari orang2 kaya Quraish untuk memberi upah 50 Dirham (sekitar US$250) sampai 2.000 Dirham setiap Jihadis yang ‘membutuhkan’ itu [Rodinson, p.262]. Akhirnya di hari penaklukkan Mekah, Muhammad membuat peraturan bahwa Muslim wajib untuk melakukan Jihad (perang agama) terhadap non-Muslim di mana pun mereka diminta melakukan itu. Ini beberapa hadis yang menjelaskan sifat keharusan dari Jihad:

Hadis Sahih Muslims: Book 020, Number 4597:

Dikisahkan berdasarkan wewenang dari Ibn ‘Abbas bahwa Rasul Allah berkata di hari penaklukkan Mekah: Tidak ada Hijrah sekarang, tapi yang ada adalah Jihad (perang demi Islam) dan ketulusan tujuannya (untuk dapat upah besar); jika kau diminta untuk melakukannya (dalam perang demi Islam) kau harus bersedia melakukannya.

Hadis Sahih Bukhari: Volume 4, Book 52, Number 42:


Dikisahkan oleh Ibn 'Abbas: Rasul Allah berkata, "Tidak ada Hijrah (pindah dari Mekah ke Medinah) setelah penaklukkan (Mekah), tapi Jihad dan tujuan tulus tetap berlaku, dan jika kau dipanggil (oleh pemimpin Muslim) untuk berperang, pergilah segera.

Sahih Bukhari: Volume 4, Book 52, Number 311:


Dikisahkan oleh Ibn 'Abbas: Sang Nabi berkata, di hari penaklukkan Mekah, "Tidak ada Hijrah (setelah penaklukkan), tapi (yang tetap ada adalah) Jihad dan tujuan tulus, dan jika kau dipanggil untuk melakukan Jihad, kau harus segera melakukannya."

Teror Tujuh Puluh Tiga


Penghancuran al-Uzza di Nakhla oleh Khalid b. al-Walid—January, 630M

Dua minggu setelah Muhammad menaklukkan Mekah (lihat Teror 72), keaslian pandangan Muhammad tentang kebebasan beragama dan toleransi menjadi tampak nyata. Setelah menguasai Mekah, dia mengirim bala tentara ke segala daerah sekitar Mekah untuk menghancurkan patung2 berhala dan memaksa orang masuk Islam. Tindakan pertama dari ‘pembersihan agama’ ini terjadi 5 hari sebelum akhir Ramadhan dan yang dihancurkan adalah al-Uzza oleh panglima perang yang ditakuti yakni Khalid b. al-Walid. Al-Uzza adalah dewi terbesar di Nakhla, lebih baru daripada al-Lat dan dipuja dan disembah oleh suku B. Shayban, cabang suku B. Sulaym, Quraysh, Kinanah dan al-Mudar, yang semuanya tinggal di sekitar Mekah. Ibn Kalbi menulis argumen bahawa Muhammad pernah sekali memberikan persembahan kepada al-Uzza. Dia menulis:

“Kita telah diberitahu bahwa Rasul Allah pernah sekali mengucapkan tentang al-Uzza dan berkata, “Aku telah mempersembahkan seekor domba putih kepada al-Uzza ketika aku masih jadi penganut agama masyarakatku.”’ (Ibn al-Kalbi, hal. 16)

Atas perintah Muhammad, Khalid menjarah kuil dan menghancurkan berhala. Dia menjarah kuil ini dua kali. Di kali pertama, dia potong sebuah pohon dalam kuil, menghancurkan berhala dan membunuh para jemaat dan kembali ke Medina. Karena tidak puas akan ini, Muhammad sekali lagi mengirim Khalid ke sana. Kali ini, Khalid datang dengan segala kebuasan, menghancurleburkan kuil di hadapan pengurus kuil dewi al-Uzza yakni Dubayyah al-Sulami yang menangis melihatnya. Khalid membunuhnya, memotong sebuah pohon lain di lingkungan kuil. Ketika Khalid sedang sibuk menghancurkan, seorang wanita Ethiopia yang melolong dan telanjang menyerbu Khalid. Khalid memenggal kepalanya, mengambil perhiasannya dan menyerahkannya kepada Muhammad. Melihat perhiasan2 itu, Muhammad merasa sangat senang dan berkata bahwa wanita telanjang itu sebenarnya adalah al-Uzza itu sendiri.

Teror Tujuh Puluh Empat

Penghancuran Suwa di Ruhat oleh Amr b. al-As—January, 630M

Hampir pada waktu yang bersamaan kala Muhammad mengirim Khalid untuk menghancurkan al-Uzza, dia juga mengirim Amr b. al-As untuk menghancurkan berhala batu dewi Suwa di Ruhat yang jaraknya sekitar 3 km. dari Mekah. Suwa adalah sebuah arca yang berbentuk wanita untuk mewakili perubahan dan keindahan [Yusuf Ali, The Holy Qur’an, Appendix xiii, p.1619]. Suwa dipuja oleh suku Hudhayl. Pengurus kuil Suwa adalah seorang dari B. Lihyan [Ibn al-Kalbi, p.8]. Amr b. al-As menghancurkan berhala batu sampai hancur berkeping-keping dan memaksa pengurus kuil dengan ancaman pedang untuk masuk Islam. Amr merasa kecewa karena tidak menemukan barang berharga dalam kuil itu.

Teror Tujuh Puluh Lima

Penghancuran al-Manat di al-Kadid oleh Sa’d b. Zayd al-Ashhali—January, 630M

Lalu Muhammad mengirim Sa’d b. Zayd pergi ke al-Kadid bersama 20 tentara berkuda dan menghancurkan dewi Manat yang disembah orang2 suku al-Aws al-Khazraj dan Ghassan. Manat adalah dewi yang paling purba dari semua dewa dewi di daerah sekitar Mekah. Ketika tentara Muslim tiba di kuil, mereka berjumpa dengan seorang wanita kulit hitam yang rambutnya berantakan. Sa’d menebasnya dengan pedang dan membunuhnya. Lalu Sa’d mengobrak-abrik kuil itu guna mencari harta berharga tapi tidak mendapatkan apapun. Beberapa penulis mengatakan bahwa Manat telah dihancurkan oleh Ali. Ali menemukan dua batang pedang di bawah fondasi kuil Manat dan Muhammad memberikan kedua pedang itu kepada Ali.[Ibn al-Kalbi, p.14]

Teror Tujuh Puluh Enam

Penyerangan Terhadap B. Jadhimah di Tihamah oleh Khalid b. al-Walid—January, 630M

Karena puas atas hasil kerja Khalid, Muhammad mengirimnya lagi dengan 350 pasukan untuk menyerang Banu Jadhimah yang tinggal di dataran rendah Tihamah. Mereka bukanlah penganut pagan atau politheisme, melainkan Sabean. Orang2 Sabean percaya bahwa diri mereka adalah keturunan dari Seth, anak Adam. Mereka memuja Matahari, Bulan dan Bintang, percaya bahwa agama mereka adalah agama Nabi Nuh. [Hughes Dictionary of Islam, p.551] Muhammad memerintah Khalid untuk meminta mereka masuk Islam dengan sukarela. Akan tetapi ketika Khalid tiba di tempat itu, dia mengungkit-ungkit masalah permusuhan lama dan tidak bersikap baik terhadap mereka. Karenanya masyarakat B. Jadhimah tidak mau memeluk Islam dan bangkit melawan Khalid.

Tapi setelah beberapa anggota senior masyarakat membujuk, akhirnya masyarakat B. Jadhimah menyerah. Meskipun sudah menyerah, Khalid b. Walid tetap saja membunuh beberapa orang dari mereka. Haykal [Ch. The Conquest of Mecca] menulis bahwa mereka yang menyerah tapi tidak mau masuk Islam akan dibunuh. Ketika Muhammad menerima berita pembunuhan yang dilakukan Khalid, dia merasa tidak senang dan meminta pada Allah untuk membebaskan dirinya dari kesalahan atas tindakan kekerasan yang dilakukan Khalid, yang dianggap berdosa atas tindakan itu. Dia berkata, “Bunuh orang2 selama kau tidak mendengar Muadhdin (panggilan sembahyang Islam) atau melihat sebuah mesjid.” [Ibn Sa’d, vol. ii, p.182] Ini hadisnya yang mengungkapkan kekejaman yang dialami B. Jadhimah oleh Muslim:

Hadis Sahih Bukhari, Volume 5, Book 59, Number 628:

Dikisahkan oleh ayah Salim:
Sang Nabi mengirim Khalid bin Al-Walid ke suku Jadhima dan Khalid mengundang mereka untuk memeluk Islam tapi mereka tidak sanggup mengatakan, “Aslamna (yakni kami memeluk Islam),” dan mereka mulai berkata, "Saba'na! Saba'na (yakni kami telah meninggalkan agama lama dan memeluk agama baru).” Khalid terus-menerus membunuh (beberapa dari mereka) dan menahan sebagian dari mereka dan menyerahkan setiap tawanan kepada kami. Ketika suatu hari Khalid memerintah setiap orang (tentara Muslim) untuk membunuh tawanan2 itu, aku berkata, “Demi Allah, aku tidak akan membunuh tawananku, dan tiada kawan2ku yang mau membunuh tawanan2 mereka pula.” Ketika kami datang kepada Nabi, kami menyampaikan seluruh cerita. Mendengar itu, Muhammad mengangkat kedua tangannya dan berkata dua kali,”O Allah! Aku bebas dari apa yang telah dilakukan Khalid.”

Lalu Muhammad meminta Ali pergi ke B. Jadhimah untuk membayar ganti rugi pembunuhan yang dilakukan Khalid. Ali membayar uang darah terhadap B. Jadhimah dan barang2 kepunyaan mereka yang dihancurkan Khalid.

Tapi menurut Ibn Ishak [Tabari, vol.viii, p.190], Muhammad telah memerintahkan Khalid untuk membunuh B. Jadhimah karena tidak mau memeluk Islam. Inilah kisah kekejaman tentara Muslim seperti yang dikisahkan oleh seorang Jihadis [Tabari, vol.viii, p.191] ketika Khalid menyerang B. Jadhimah:

Menurut Sa’id b. Yahya al-Umawi …. Abdallah b. Abi Hadrad, yang berkata:
Dia adalah salah satu dari para tawanan, kedua tangannya terikat di lehernya dengan seutas tali, dan beberapa wanita dikumpulkan tidak jauh dari dirinya – dia berkata kepadaku, “Anak muda!” “Ya, “ kujawab. Dia berkata, “Sudikah kau memegang tali ini dan menuntunku ke arah para wanita itu, sehingga aku bisa berbicara dengan mereka? Setelah itu kau bisa membawaku kembali dan berbuat sekena hatimu atas diriku.” Aku berkata, “Demi Tuhan, yang kau minta adalah hal sepele.” Aku pegang talinya dan membimbingnya sampai berada dekat kaum wanita itu. Dia berkata, “Selamat tinggal, Hubayshah, karena nyawaku sudah habis!”

Saat orang itu bertemu dengan kekasih hatinya, dia lalu melantunkan sajak bagi wanita itu dan wanita itu menjawab, “Dan engkau – semoga engkau hidup selama 10 tahun, lalu 7 tahun tanpa gangguan, dan 8 tahun lagi setelah itu!”

Setelah itu para Jihadis membawanya pergi dan memenggal kepalanya. Sang wanita yang sedih itu berlari menghampiri kekasihnya yang sudah putus kepalanya, menjatuhkan dirinya dan terus menciuminya sampai dia pun mati di sebelah kekasihnya.

Teror Tujuh Puluh Tujuh

Penyerangan Kedua terhadap B. Hawazin atau Perang Hunayn oleh Muhammad—January, 630M

Suku B. Hawazin merupakan kelompok besar suku2 Arabia utara yang bermusuhan dengan B. Quraysh. Permusuhan ini gara2 persaingan dagang antara Mekah dan Taif. Tempat berlangsungnya pertempuran adalah sebuah lembah yang disebut Hunayn dan jauhnya tiga hari perjalanan dari Mekah. Perang ini disebut di ayat Qur’an 9:25-26. Muhammad tinggal di Mekah selama dua minggu setelah menaklukkan Mekah. Selama itu dia mengirim bala tentaranya ke daerah sekitar Mekah untuk menyingkirkan sisa2 masyarakat yang masih menganut politheisme dan memaksa masyarakat non-Quraish yang tinggal di sekitar Mekah untuk memeluk Islam. Dia melakukan penindasan agama ini dengan mudah karena kebanyakan masyarakat pagan tidak siap menghadapi serangan mendadak yang ganas itu. Suku2 Hawazin dan Thaqif sangat marah akan penghancuran berhala2 mereka di Mekah dan daerah sekitar. Mereka mengambil keputusan untuk tidak membiarkan penindasan dan perlakuan barbar tentara Muhammad ini berlangsung tanpa perlawanan.

Ditulis bahwa ketika Malik b. Awf dari B. Nasri (cabang dari suku Hawazin), mendengar takluknya Mekah di bawah kekuasaan Muhammad, dia lalu menggalang kekuatan yang terdiri dari B. Tharif, B. Nasr dan B. Jusham dan suku2 kecil lainnya. Dengan harapan bergabungnya suku2 cabang dari Hawazin, suku2 lainnya yang tinggal di daerah itu bergabung dalam rencana perang ini untuk menentang serangan Muhammad. Di hari2 terakhir dia tinggal di Mekah, Muhammad menerima berita bahwa suku Hawazin dan Thaqif ke luar untuk melawan Mekah dan sudah tiba di Hunayn untuk menantang Muhammad.

Suku Hawazin dengan 20.000 pasukan tentara [Rodinson, p.263] di bawah pimpinan Malik b. Awf berbaris untuk melawan Muhammad dan membawa para wanita, anak, dan ternak mereka. Ini berarti mereka bertekad perang sampai mati. Begitu Muhammad mendengar berita berkumpulnya B. Hawazin dan Thaqif, dia mengirim Abd Allah b. Abi Hadrad al-Aslami untuk memata-matai mereka dan mencari keterangan akan apa yang mereka rencanakan. Mata2 Muslim menyelusup ke dalam masyarakat Hawazin dan Thaqif dan kembali kepada Muhammad bahwa mereka memang hendak perang. Ditulis oleh Tabar bahwan ketika mata2 Muhammad, Abd Allah b. Abi Hadrad al-Aslami membawa informasi tentang B. Hawazin, Umar b. Khattab tidak percaya dan memanggil mata2 Muslim itu sebagai pembohong. Karena sakit hati dituduh begitu, mata2 Muslim ini mengungkapkan rahasia bahwa Umar dalam beberapa kejadian juga memanggil Muhammad sebagai pembohong pula. Inilah yang dikatakan Abd Allah, “O, Umar, jika kau menuduh aku berbohong, maka kau telah banyak kali menyangkal kebenaran. Kau pun telah menuduh orang yang lebih baik dari aku (yakni Muhammad) berbohong.” [Tabari, vol. ix, p.6, footnote 45]

Tabari [vol ix, p.5, footnote 38]
 menulis lebih lanjut bahwa kaum Hawazin dan suku2 lain Mekah menganggap Muhammad seorang yang murtad di jamannya karena dia memisahkan diri dari agama Quraish. Malik bersumpah kalau dia tidak menang melawan orang murtad (yakni Muhammad) maka dia akan bunuh diri. Prajurit2 Malik juga setuju untuk melakukan hal yang sama, menang atau mati. Setelah mendapat dukungan penuh dari masyarakatnya, Malik memberi perintah kepada tentaranya bahwa kalau mereka melihat musuh, maka mereka akan menyerang mereka dalam satu kesatuan pasukan dan karenanya mempertahankan kesatuan yang utuh dalam berperang.
Setelah itu mata2 Malik ke luar untuk mendapat keterangan tentang gerakan tentara Muhammad. Dongengnya mengatakan bahwa mereka melihat orang2 putih (malaikat?) naik kuda putih dan hitam dan setelah itu mereka jadi tidak bisa melihat lagi sehingga harus cepat2 balik lagi. [Tabari, vol. ix, p.6]
Setelah Muhammad mendengar berita dari mata2 Muslim tentang B. Hawazin dan sekutunya, dia bertekad untuk menghadapi musuh. Karena pada saat itu dia hanya punya sedikit uang, dia datang kepada Safwan b. Umayyah (Safwan di bawah hukuman mati yang dibatalkan oleh Muhammad – lihat Teror 72), yakni seorang yang punya usaha membuat peralatan perang. Safwan menganut agama politheisme. Dia meminjamkan para tentara Muslim peralatan perang yang dibutuhkan. Safwan menerima perjanjian peminjaman peralatan perang dari Muhammad dan menyuplai (sebagai pinjaman) dan membawa semua senjata yang diperlukan Muslim untuk berperang.

Setelah mendapat persenjataan dari orang kafir, Muhammad bersama 10.000 tentara Medina dan 2.000 tentara Mekah yang baru saja masuk Islam, jadi total adalah 12.000 Jihadis, bergerak maju untuk menghadapi B. Hawazin dan b. Thaqif. Ini adalah pertempuran kedua terhadap B. Hawazin oleh Muslim (yang pertama dapat dibaca di Teror 54). Dia memerintah Attab b. Asid yang baru saja masuk Islam untuk mengawasi keadaan Mekah selama perang berlangsung. Yang terbayang di benak para prajurit Muslim adalah barang jarahan yang banyak sekali dari B. Hawazin dan sekutunya. Ini hadisnya yang menerangkan bagaimana Muhammad memotivasi prajuritnya dengan barang jarahan (karena panjang sekali, maka kami kutip bagian yang relevan saja).

Hadis Sahih Sunaan Abu Dawud, Book 14, Number 2495:


Dikisahkan oleh Sahl ibn al-Hanzaliyyah: Di hari Hunayn kami melangsungkan perjalanan bersama Rasul Allah dan kami bergerak lama sampai malam tiba. Aku melakukan sembahyang bersama Rasul Allah.

Seorang penunggang kuda datang dan berkata: Rasul Allah, aku berangkat sebelum kau pergi dan mendaki sebuah gunung di mana aku lihat suku Hawazin bersama-sama dengan kaum wanita, unta2, sapi2 dan kambing2, berkumpul di Hunayn.

Rasul Allah tersenyum dan berkata: “Itu adalah barang jarahan Muslim besok jika Allah menghendaki.” Lalu dia bertanya: “Siapa yang harus jaga malam?”……….

Muhammad tiba di Hunayn pada sore atau malam hari dan berkemah di sana. Ibn Ishak (hal. 565) menulis bahwa saat beristirahat dalam perjalanan, kaum Muslim meminta Muhammad untuk membuat sebuah pohon untuk menggantung pedang2 mereka, seperti tradisi kaum Mekah yang biasa menggantung pedang2 mereka dan memotong hewan kurban pada pohon itu. Muhammad membandingkan permintaan para pengikutnya ini dengan permintaan pada Musa untuk membuat patung lembu untuk dipuja sewaktu Musa memimpin bangsa Israel menyeberangi laut Merah. Allah menurunkan ayat QS 7:138 tentang hubungan ini. Di waktu subuh sebelum matahari terbit (kebiasaan Muhammad untuk melakukan teror di pagi hari) Muhammad mengendarai Duldul (keledai putihnya) menuju bagian belakang pasukan. Di bagian depan adalah pasukan B. Sulaym yang dipimpin oleh Khalid b. Walid.

Ketika kaum Muslim mendekati lembah Hunayn dan melampaui celah bukit, tiba2 dari kegelapan tentara Hawazin datang menyerang mereka semua. Kaum Muslim sangat ketakutan dan melarikan diri. Setiap orang berusaha menyelamatkan diri sendiri sambil berlari. Tidak ada satu Jihadis pun yang peduli akan Jihadis lain. Kekacauan karena serangan mendadak itu begitu hebat sehingga tidak ada seorang pun yang mau mentaati perintah Muhammad yang berteriak-teriak kepada kaum Jihadis yang melarikan diri untuk kembali berperang. Dia berkata, “Ke manakah kalian, wahai orang2? Datang padaku! Aku utusan Tuhan! Aku adalah Muhammad, anak Abd Allah!” Tapi permintaannya yang memelas itu tidak didengar pengikutnya. (Tabari, vol. ix, p.8 ).
Hanya sekelompok Jihadis yang diam di tempat, sedangkan yang lain melarikan diri dari medan perang. Yang tetap tinggal bersama Muhammad adalah beberapa Muhajir, beberapa Ansar dan saudara2 terdekatnya seperti Abu Bakr, Umar, Ali, al-Abbas dan anaknya al-Fadl, Abu Sufyan b. al-Harith dan Usamah b. Zayd b. Haritha.

Ketika Muslim saling injak-menginjak berlarian tanpa kontrol, Abu Sufyan b. Harb berkata, “Mereka saling injak dan tidak akan berhenti sampai mereka mencapai lautan!” Abu Sufyan b. Harb hampir menggunakan sihir tapi saudara angkatnya yakni Safwan b. Umayyah b.Khalaf berkata bahwa sihir tidak ada gunanya lagi hari itu. Safwan masih seorang pagan pada saat itu. Ini adalah termasuk dalam senjang waktu yang diberikan Muhammad padanya sebelum masuk Islam (lihat Teror 72). Tapi Abu Sufyan b. Harb panik karena dia lebih memilih dipimpin orang dari suku Quraish daripada jatuh di bawah pimpinan orang Hawazin. Desas-desus tersebar bahwa Muhammad telah dibunuh, dan ini menambah kepanikan dan rasa teror dalam diri para Muslim.

Akan tetapi segera setelah terdengar kabar bahwa usaha membunuh Muhammad pada keadaan panik ini ditengahi oleh kekuasaan Ilahi – begitu katanya. Pada saat ini, Muhammad bertemu dengan seorang wanita hamil yang bernama Umm Sulaym bt Milhan yang adalah istri dari Abu Talhah. Umm Sulaym menasehati Muhammad untuk membunuh para Jihadis yang melarikan diri dari medan perang sama seperti Muhammad membunuh musuhnya dalam perang. Tapi Muhammad tidak tertarik untuk melakukannya dan berkata bahwa Allah sudah cukup baginya. Di hari itu, Umm Sulaym dan suaminya telah bersenjata lengkap untuk membunuh orang pagan sebanyak mungkin dan mengambil jarahan perang milik korbannya. Suaminya Abu Talhah mengambil jarahan perang dari 20 orang yang dia bunuh.

Ketika Muhammad mengetahui bahwa panggilannya terhadap para Jihadis sia2 belaka, dia memanggil pamannya al-Abbas (yang bersuara menggelegar), untuk meneriakkan panggilan dengan suara yang sangat keras bagi para Muslim untuk kembali dan melanjutkan perang. Al-Abbas lalu melakukannya, dan akhirnya 100 orang Muslim kembali berkukmpul mengelilingi Muhammad. Mereka pun mulai bertempur melawan musuh dengan semangat baru dan Muhammad menonton peperangan dengan berdiri di atas pedal keledainya.

Ketika peperangan berlangsung, Ali b. Abi Talib menyerang seorang pemimpin Hawazin dari belakang yang sedang bertarung dengan sengitnya dengan tombaknya. Ali menahan unta orang itu. Orang2 Muslim berloncatan menyergapnya dan memotong pergelangan kakinya dan separuh betisnya. Orang Hawazin ini tetap bertempur sampai akhirnya mati.

Ketika perang semakin sengit, Muhammad turun dari keledainya, si Duldul, dan ia memungut beberapa kerikil dari tanah dan melemparkannya ke arah musuh (ingat perang Badr II?) dan mulai melafalkan ayat Sura Ha-Mim (Sura 41); pihak musuh mulai mundur (???). Lalu benda seperti kain hitam tampak turun dari langit, oh ternyata itu adalah kumpulan semut2 hitam! Mereka adalah malaikat2 dari surga yang datang untuk membantu para Muslim, demikian kata Muhammad. Sebenarnya kumpulan semut hitam ini tampaknya adalah awan gelap di langit, seperti yang ditulis oleh Ibn Sa’d [Tabari, vol. ix, p.8] dan bahwa hujan turun pada saat perang Hunayn berlangsung (Ibn Sa’d, vol. ii, hal.194). Dengan bantuan malaikat2 yang menyamar jadi semut hitam ini, para Muslim akhirnya mengalahkan B. Hawazin – demikian ditulis sejarawan Muslim. Beberapa sejarawan Muslim bahkan menulis bahwa malaikat2 pakai sorban merah di saat perang Hunayn!

Setelah mengalahkan B. Hawazin, terjadi pembunuhan terhadap mereka. 70 orang dibunuh ketika bendera Hawazin tumbang. Ibn Ishak (p.566-576) menulis bahwa panglima perang Khalid b. Walid yang ganas membunuh beberapa wanita dan anak kaum pagan. Muhammad memperingatkan Khalid karena melakukan hal itu. Malik berusaha sebaik mungkin tapi tetap tidak dapat menyelamatkan kaum wanita dan anak2. Karena itu dia melarikan diri. Kaum wanita dan anak2 jatuh ke tangan Muhammad, juga barang2, perkemahan dan ternak mereka. 6.000 orang ditawan. Ibn Ishak (p.837) menulis bahwa beberapa orang yang diikat tangannya dipancung karena menyinggung perasaan orang2 Muslim. Para prajurit Jihadis lalu merampasi baju2 perang, persenjataan dan barang2 berharga lainnya dari mayat2 musuh yang dibunuh dengan tangan mereka sendiri. Seorang Jihadis membeli tanah dari barang jarahan ini. Ini Hadisnya:

Hadis Muwatta Malik, Book 21, Number 18.299

Yahya menyampaikan padaku dari Malik dari Yahya ibn Said dari Amr ibn Kathir ibn Aflah dari Abu Muhammad, dari Abu Qatada bahwa Abu Qatada ibn Ribi berkata,

“Kami pergi bersama Rasul Allah (SAW) di tahun Hunayn. Ketika pasukan bertemu, pihak Muslim jadi kacau balau. Aku melihat orang pagan yang sedang mengalahkan seorang Muslim, lalu aku berbalik dan datang dari belakangnya dan menusuknya dengan pedangku ke bagian bahunya. Dia berbalik padaku dan menerjangku begitu keras sampai aku jatuh dan mencium bau kematian. Lalu orang itu mati dan melepaskanku.”

Dia melanjutkan, “Aku bertemu Umar ibn al-Khattab dan berkata padanya, “Apa yang terjadi dengan orang2?” Dia menjawab, “Perintah Allah.” Lalu orang2 meninggalkan perang dan Rasul Allah berkata, “Siapapun yang membunuh musuh dan dapat membuktikannya, dia boleh mengambil barang2 pribadi musuh itu.” Aku berdiri dan berkata, “Siapa yang bisa jadi saksiku?” lalu aku duduk. Rasul Allah mengulangi, “Perintah Allah.” Lalu orang2 meninggalkan perang dan Rasul Allah berkata, “Siapapun yang membunuh musuh dan dapat membuktikannya, dia boleh mengambil barang2 pribadi musuh itu.” Aku berdiri dan berkata, “Siapa yang bisa jadi saksiku?” dan Rasul Allah berkata, “Ada apa, Abu Qatada?” Lalu kusampaikan kisahku padanya. Seseorang berkata, “Dia bicara jujur, Rasul Allah. Aku menyimpan harta orang yang dibunuhnya, maka kiranya berilah dia barang gantinya, Rasul Allah.”

Abu Bakr, berkata, “Tidak, demi Allah! Dia tidak bermaksud bahwa satu dari singa2 Allah harus berperang demi Allah dan RasulNya dan lalu memberimu barang2 jarahannya.” Rasul Allah berkata, “Dia bicara benar, serahkan kepadanya.” Dia memberikan (barang jarahan) kepadaku, dan aku menjual baju perang dan kubeli sebuah taman di daerah Banu Salima dengan uang itu. Itu adalah kekayaanku yang pertama, dan kudapat itu karena Islam.”

Beberapa penulis menyatakan bahwa pihak Muslim hanya kehilangan sedikit kerugian, tapi penulis lain berkata mereka kehilangan sangat banyak orang – dua suku musnah dan karenanya Muhammad mengadakan sembahyang khusus. Muhammad kehilangan pembantunya yakni Umm Ayman di perang ini.

Sisa2 tentara pagan beserta pemimpin mereka Malik, melarikan diri ke Taif. Beberapa yang lain pergi ke Nakhla, dan yang lain ke Awtas. Di hari kemudian, orang2 Awtas dikalahkan melalui pertarungan sengit.

Tentara Muhammad mengejar musuh yang melarikan diri ke Nakhla tapi balik kembali setelah mengejar dalam waktu singkat. Ketika mengejar musuh, tentara2 Muslim menangkap Durayd b. Simmah, orang tua yang tidak bertempur sama sekali di perang itu. Durayd bertanya kepada seorang Jihadis muda bernama Rabiah b. Rufay apakah yang dia ingin lakukan terhadap Durayd. Rabiah menjawab bahwa dia ingin membunuhnya. Lalu Rabiah menggunakan pedangnya untuk membunuh Durayd tapi tebasan pedang tidak membunuhnya. Durayd tertawa melihat cara Rabiah menggunakan pedang. Durayd lalu minta Rabiah memberikan pedang itu padanya dan Durayd menunjukkan cara yang tepat menggunakan pedang untuk membunuh. Kemudian Durayd berkata pada Rabiah bahwa setelah dia membunuhnya, Rabiah harus kembali kepada ibunya sendiri dan memberitahunya tentang pembunuhan terhadap Durayd, karena Durayd sebelumnya telah menyelamatkan banyak nyawa wanita2 dari tempat Rabiah berasal.

Setelah membunuh Durayd, Rabiah menghadap ibunya dan menceritakannya tentang apa yang baru saja dia lakukan. Ibunya berkata, “Demi Tuhan, dia telah membebaskan tiga ibu2mu.” (Tabari, vol. ix, p.17).

Inilah contoh bagaimana Jihadis fanatik memperlakukan musuh mereka yang lanjut usia di waktu perang. Di Hadis sahih bisa kita baca bahwa dalam Jihad diijinkan untuk membunuh kafir usia lanjut, tapi anak2nya tidak boleh dibunuh. Ini Hadisnya.

Sunaan Abu Dawud: Book 14, Number 2664:

Dikisahkan oleh Samurah ibn Jundub:
Sang Nabi berkata: Bunuh orang2 tua yang pagan, tapi jangan bunuh anak2 mereka.
[Catatan: Hukum Syariat (hukum Islam) mengijinkan pembunuhan orang usia lanjut dalam Jihad].
Akan tetapi di Hadis sahih yang lain kita baca bahwa dalam penyerangan malam hari, Muhammad mengijinkan pembunuhan anak2 kafir. Ini Hadisnya.

Hadis Sahih Muslim Book 019, Number 4322:


Dikisahkan oleh Sa'b b. Jaththama bahwa dia berkata (kepada sang Nabi suci): “Rasul Allah, kami membunuh anak2 pagan dalam serangan2 malam hari.” Dia berkata: “Mereka (anak2 tsb.) berasal dari mereka (kaum pagan).”

Seperti yang dikisahkan sebelumnya, setelah kalah dalam perang Hunayn, Malik b. Awf melarikan diri bersama prajuritnya. Seorang pria Hawazin bernama Bijad juga melarikan diri bersamanya. Muhammad mengincar Bijad karena dia menuduh Bijad telah memotong-motong tubuh seorang Muslim dan membakarnya. Muhammad memberi perintah siapapun yang menangkap Bijad tidak boleh melepaskannya.

Pihak Muslim mengejar Bijad yang lari bersama saudara perempuannya yakni Shayma bt. al-Harith. Tentara Muslim akhirnya berhasil menangkap mereka, lalu mengikat mereka dan membawa mereka ke hadapan Muhammad. Ternyata Shayma bt. al-Harith adalah saudara angkat Muhammad (yakni Shayma adalah anak Halimah, wanita yang menyusui Muhammad sewaktu bayi) tapi pihak Muslim tidak percaya atas pengakuan Shayma. Muhammad minta bukti bahwa Shayma memang benar saudara angkatnya. Lalu Shayma menunjukkan pada Muhammad bekas gigitan di punggungnya yang dilakukan Muhammad ketika dia memanggul Muhammad di pinggangnya. Bukti ini meyakinkan Muhammad dan dia lalu menawarkan pada Shayma pilihan untuk hidup dengan Muhammad atau kembali ke masyarakatnya sendiri. Shayma memilih kembali ke masyarakatnya. Muhammad memberinya seorang budak pria bernama Mukhul dan seorang budak wanita. Setelah dia pergi, dia menjodohkan kedua budak ini untuk menikah. Versi kisah yang lain mengatakan bahwa akhirnya Shayma memeluk Islam dan Muhammad memberinya 3 budak. Tidak diketahui apa yang terjadi pada Bijad.

Kemenangan Hunayn menghasilkan jumlah tawanan dan jarahan yang jauh lebih banyak daripada yang pernah dilihat Muslim sebelumnya. Jarahan perangnya besar sekali: 22.000 unta, 42.000 kambing, 4.000 ons perak. Pihak Muslim merampas semuanya. Barang jarahan (yang kira2 bernilai sekitar SETENGAH TRILYUN) dan 6.000 tawanan (berjumlah sekitar12 milyar), terdiri terutama atas kaum wanita dan anak dikawal tentara Muslim dan dibawa ke lembah Jirana dan ditempatkan di sebuah gudang penyimpanan di sana. Pihak Muslim mabuk keserakahan. Mereka merayakan kemenangan mereka dan menunggu pembagian harta jarahan. Akan tetapi Muhammad memerintahkan orang2nya untuk bergerak ke Taif untuk menangkap Malik. Mereka harus menunggu menerima barang jarahan sampai usaha menangkap Malik berhasil – begitu perintah Muhammad.

Orang2 Thaqif yang berhasil selamat dari perang Hunayn kembali ke Taif dan menutup diri mereka dalam benteng yang kokoh. Mereka trampil dalam melakukan perang modern dan bersiap untuk menjalani perang jangka panjang. Untuk menyaingi mereka, Muhammad mengirim Urwah b. Masud dan Ghaylan b. Salamah ke Jurash untuk belajar teknik perang menggunakan ketepel dan testudo – tank primitif dari kayu. Dua orang Muslim ini tidak ikut perang Hunayn atau Taif karena tugas untuk mempelajari teknik perang modern.

Teror Tujuh Puluh Delapan

Penghancuran Berhala Yaghuth di Dhu al-Kaffyan oleh Tufayl ibn ‘Amr al-Dawsi—January, 630M

Ketika Muhammad mengirim Urwah b. Masud dan Ghaylan b. Salamah (lihat Teror 77) ke Jurash untuk mempelajari teknik perang menggunakan ketepel dan Testudo, dia juga mengirim al-Tufayl ibn ‘Amr al-Dawsi untuk menghancurkan patung berhala Dewa Yaghuth di Dhu al-Kaffyan. Patung berhala ini berbentuk seekor singa (atau kerbau) yang memperlihatkan kekuatan fisiknya (Yusuf Ali, The holy Quran, appendix xiii, hal.1619) dan berhala ini dimiliki masyarakat Amr ibn Humamamh al-Dawasi (suku asal Tufayl). Muhammad memerintahkan Tufayl untul mengumpulkan orang2 untuk menghancurkan berhala ini. Setelah itu Tufayl harus bergabung bersama Muhammad di Taif. Dengan bantuan 400 orang, Tufayl menghancurkan patung berhala dengan membakarnya. Lalu Tufayl dengan 400 prajuritnya pergi ke taif untuk bergabung bersama Muhammad. Mereka juga membawa ketepel dan Testudo ( diserahkan kepada Tufayl oleh Urwah di Taif).

‘Sesuatu belum tentu benar hanya karena orang mati akan hal itu’ --- Oscar Wilde (1854-1900)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...